Jejak Hati dalam Ungkapan Bahasa Indonesia

Banyak hal dapat diperbincangkan tentang hati. Melalui tajuk di atas, terlihat bahwa penulis tak hendak membicarakan kajian religiositas yang menyangkut fenomena hati. Penulis tidak pula hendak menyoal hati dari sisi kesehatan fisik. Akan tetapi, sesuai dengan tema pada ruang virtual ini, penulis ingin menyampaikan pengamatan sederhana tentang ungkapan dalam bahasa Indonesia yang memuat kata hati.

Apakah pembaca pernah mendengar peribahasa Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu? Sekalipun isi hati seseorang sulit diketahui, ternyata banyak ungkapan yang dibentuk dalam bahasa Indonesia tentang hati dan yang menandai aktivitas hati, baik dalam bentuk frasa nominal, nomina majemuk, maupun idiom. Setidaknya penulis menemukan seratus dua ungkapan. Tidak terbayang jumlahnya sebanyak itu, bukan? Satu di antara seratus dua itu adalah ungkapan kolaborasi hati. Kemunculan ungkapan itu seiring dengan berita beberapa selebritas yang mungkin saja didahului pula dengan penggunaan kata kolaborasi yang lebih intensif sehingga  idiom itu terbentuk.

Dari seratus dua ungkapan tersebut terdapat ungkapan yang bermakna negatif, bermakna positif, dan ada yang netral. Secara umum, semua ungkapan yang teridentifikasi tersebut terdiri atas dua kata, baik kata dasar maupun kata turunan. Sebagian ungkapan sudah terdapat dalam KBBI dan sudah diberi makna. Tanda bintang pada tabel yang akan disajikan menunjukkan bahwa ungkapan tersebut tidak atau belum muncul pada KBBI. Peluang untuk muncul pada KBBI akan besar setelah dipastikan kemunculan pada korpus tinggi. 

Sejumlah 58 ungkapan bermakna positif, seperti kaya hatilembut hati, dan baik hati. Sejumlah 25 ungkapan berkonotasi negatif, seperti lemah hatisusah hati, dan patah hati. Sejumlah 19 ungkapan bermakna netral, seperti isi hatisuasana hati, dan merah hati. Berikut ini tabel yang dapat dicermati.

TABEL UNGKAPAN

No.

Frasa

No.

Frasa

No.

Frasa

1.
buruk hati
35.
kolaborasi hati*
69.
hati kecil
2.
baik hati
36.
suasana hati*
70.
hati kedondong
3.
tinggi hati
37.
pesona hati*
71.
hati berlian
4.
rendah hati
38.
curahan hati*
72.
hati nurani
5.
ringan hati*
39.
pelangi hati*
73.
hati sanubari
6.
berat hati
40.
catatan hati*
74.
hati tangan
7.
besar hati
41.
racun hati*
75.
hati tawajuh
8.
kecil hati
42.
jejak hati*
76.
hati galau
9.
lemah hati
43.
tambatan hati
77.
hati gajah
10.
kuat hati*
44.
dambaan hati*
78.
hati ayam
11.
kaya hati
45.
susah hati*
79.
merah hati
12.
miskin hati*
46.
patah hati
80.
hati damai*
13.
senang hati
47.
sakit hati
81.
larat hati
14.
sedih hati*
48.
jatuh hati*
82.
hati suci*
15.
lembut hati
49.
jantung hati
83.
bintang hati*
16.
keras hati
50.
nyeri hati*
84.
hati terbuka
17.
mata hati
51.
panas hati
85.
hati terlonjak
18.
buah hati
52.
rintihan hati*
86.
mencuri hati
19.
jendela hati
53.
jeritan hati*
87.
menaruh hati
20.
pintu hati
54.
rasa hati
88.
menusuk hati
21.
kata hati
55.
makan hati
89.
berhati batu
22.
isi hati
56.
malu hati*
90.
berhati baja
23.
gerak hati
57.
lurus hati*
91.
berhati binatang
24.
cermin hati*
58.
muram hati*
92.
berhati busuk
25.
taman hati*
59.
suka hati*
93.
berhati emas
26.
mutiara hati
60.
perintang hati
94.
berhati sali
27.
tali hati*
61.
senandung hati
95.
berhati tungau
28.
suara hati
62.
dingin hati
96.
berhati walang
29.
tirai hati*
63.
pilu hati*
97.
berhati putih
30.
luka hati*
64.
mati hati
98.
berhati rendah
31.
idaman hati*
65.
main hati*
99.
berhati mutu
32.
teman hati*
66.
bimbang hati*
100.
berhati berjantung
33
lubang hati*
67.
sepenuh hati*
101.
berhati berlian
34.
 obat hati*
68.
rentan hati
102.
jejak hati

 

Pada banyak ungkapan tersebut, kata hati yang merupakan nomina atau kata benda sering menjadi bentuk dasar sebelum menjadi frasa nominal, nomina majemuk,   atau idiom. Sekalipun demikian, terdapat juga kata hati yang menjadi pewatas. Hati-hati merupakan bentuk turunan dari kata hati. Bentuk turunan lain, seperti berhati-hatikehati-hatianpemerhati, dan perhatian, dan sehati. Jika hati berupa nomina, hati-hati merupakan adverbia, berhati-hati merupakan verba, serta pemerhati dan perhatian merupakan nomina.

Frasa nominal adalah frasa yang intinya nomina. Frasa nominal dibentuk dengan jalan memperluas suatu nomina ke kiri dan/atau ke kanan.  Ungkapan merah hati dan hati ayam merupakan frasa nominal. Ungkapan merah hati memiliki inti frasa berupa kata merah, dan hati menjadi pewatasnya. Secara umum dalam bentuk frasa nominal, kata hati dapat berupa inti dan dapat pula menjadi pewatas. Pewatas dalam perluasan kata hati yang membentuk frasa nominal dapat berupa nomina, adjektiva, dan verba. Berikut ini contoh ungkapan dalam bentuk frasa nominal yang menggunakan kata hati.

Ungkapan yang yang akan ditelaah kemudian adalah nomina majemuk. Nomina majemuk terdiri atas komponen berupa kata yang tidak dapat dipertukarkan dari segi struktur komponen. Dari segi hubungan makna komponennya, nomina majemuk dapat dibedakan atas (a) nomina majemuk kopulatif, (b) nomina majemuk endosentrik, dan (c) nomina majemuk eksosentrik. Nomina majemuk kopulatif menunjukkan kedudukan yang setara unsurnya, nomina majemuk endosentrik menunjukkan tingkatan hiponim unsur antara inti dan pewatas, dan nomina majemuk eksosentrik menunjukkan kedudukan inti dan pewatas tanpa tingkatan hiponim.

Dalam kaitannya dengan hati, nomina majemuk kopulatif ditunjukkan dengan frasa hati sanubari. Kedua unsur tersebut, hati dan sanubari sama-sama memberi kontribusi makna yang setara pada frasa hati sanubari, yang satu bukan hiponim dari yang lain. Nomina majemuk endosentris ditunjukkan oleh frasa hati suci. Sementara itu, nomina eksosentrik ditunjukkan dengan frasa hati tangan. Inti dari frasa tersebut adalah tangan, sedangkan hati merupakan pewatasnya. Akan tetapi, keduanya tidak menunjukkan hiponim.

Sekalipun ungkapan yang berkaitan dengan hati berstruktur sama, tetapi dari segi makna komponen-komponennya terdapat perbedaan antara nomina majemuk dan idiom. Walaupun dapat mempunyai makna harfiah, makna idiom umumnya tidak bertalian dengan makna harfiah atau makna komponen-komponen idiom tersebut. Misalnya, ungkapan kaya hati dimaknai dengan ‘pemurah’ atau ‘dermawan’ dan keras hati dimaknai dengan ‘tidak lekas putus asa; tidak akan berhenti bekerja sebelum yang dicita-citakan tercapai’.

Dengan pola struktur yang sama, sejumlah ungkapan berupa idom dari kata hati terbentuk. Ungkapan tersebut adalah buruk hati, baik hati, tinggi hati, rendah hati, ringan hati, berat hati, besar hati, kecil hati, lemah hati, kuat hati, kaya hati, miskin hati, senang hati, sedih hati, lembut hati, dan keras hati. Terdapat keunikan pada sejumlah idiom tersebut. Ternyata, ungkapan tersebut saling berantonim. Buruk hati berantonim dengan baik hati, tinggi hati berantonim dengan rendah hati, ringan hati berantonim dengan berat hati, besar hati berantonim dengan kecil hati, lemah hati berantonim dengan kuat hati, dan kaya hati dengan miskin hati. Tampaknya keantoniman ungkapan tersebut dipengaruhi oleh komponen pewatas berupa adjektiva yang juga dapat berantonim dengan pewatas lain berupa adjektiva.

Selain berantonim, terdapat pula ungkapan idiomatis yang bersinonim. Ungkapan kata hati, isi hati, gerak hati, suara hati, dan rasa hati merupakan ungkapan yang bersinonim. Karena berupa idiom, kesinoniman ini pun menjadi lebih liat daripada kesinoniman kata atau frasa. Dalam KBBI kata hati dimaknai ‘perasaan yang timbul di dalam hati; gerak hati’,  isi hati dimaknai ‘apa yang terkandung di dalam hati; apa yang terasakan atau terpikirkan’, sedangkan suara hati dimaknai ‘kata hati’.

Terdapat beberapa ungkapan yang mungkin dapat dikategorikan sebagai frasa nominal sekaligus idiom. Ungkapan nyeri hati yang maknanya berkaitan dengan kesedihan merupakan idiom. Adapun nyeri hati yang dimaknai nyeri pada anggota tubuh bagian hati merupakan frasa adjektival dengan nyeri sebagai inti dan hati sebagai pewatas.

Ungkapan yang terbentuk dengan perluasan ke kiri, selain dengan pewatas adjektiva, juga dapat dilakukan dengan nomina. Dengan demikian, idiom yang terbentuk secara stuktur berupa deret nomina. Sejumlah ungkapan tersebut adalah mata hati, kata hati, buah hati, jendela hati, pintu hati, cermin hati, taman hati, mutiara hati, tali hati, suara hati, tirai hati, luka hati, teman hati, lubang hati, obat hati, catatan hati, racun hati, rintihan hati, jeritan hati, perintang hati, jejak hati, idaman hati, dan tambatan hati. Nomina sebagai pewatas dalam ungkapan tersebut tidak hanya berupa bentuk dasar, tetapi juga bentuk turunan seperti dalam ungkapan tambatan hati dan dambaan hati.

Selanjutnya perluasan ke kiri tersebut dapat dilakukan dengan verba. Tidak banyak jumlah kata hati yang diperluas dengan verba. Akan tetapi, yang teridentifikasi di antaranya patah hati, makan hati, dan  jatuh hati. Patah, makan, dan jatuh merupakan verba dasar yang menjadi pewatas dalam ungkapan berupa idom tersebut.

Perluasan ke kiri dengan verba turunan berjumlah cukup banyak. Akan tetapi, pada ungkapan tersebut, hati bukan merupakan inti. Contoh ungkapan tersebut adalah mencuri hati, menaruh hati, dan menusuk hati.

Perluasan ke kanan kata hati dapat dilakukan dengan menambah pewatas berupa adjektiva, nomina, dan verba. Hati kecil dan hati suci merupkan perluasan ke kanan dengan pewatas adjektiva. Ungkapan hati kedondong, hati berlian, hati gajah, hati tungau, hati nurani, dan hati tangan merupakan ungkapan dengan inti hati yang diperluas ke kanan dengan pewatas nomina. Adapun hati terbuka dan hati terlonjak merupakan frasa nominal dengan pewatas verba.

Dengan melihat banyaknya ungkapan yang berasal dari kata hati, dapat diasumsikan bahwa penutur bahasa Indonesia sangat memperhatikan apa yang terjadi pada hati atau pandai mengungkapkan ihwal hati. Jika dikaitkan dengan budaya penutur bahasa Indonesia, mungkin saja akan muncul penanda lain yang berkaitan erat. Bagaimanapun, ungkapan yang dituturkan dalam suatu bahasa menunjukkan pula kebudayaan dalam bahasa tersebut. Bertalian dengan itu, pengetahuan dan pemahaman terhadap kekayaan kosakata, termasuk di dalamnya ungkapan, merupakan bagian tidak terpisahkan dari kemahiran berbahasa seseorang. Makin beragam pengetahuan seseorang tentang kosakata, makin leluasa ia menentukan bentuk dan pilihan kata yang tepat dalam menyampaikan gagasan saat berbicara dan menulis. Untuk melihat potensi itu, pembaca dapat mengikuti tes kemahiran berbahasa.

Nah, apakah Anda ingin segera menilik suasana hati Anda? Silakan dicermati kembali beragam ungkapan dari kata hati tersebut. Setulus hati saya persembahkan ucapan terima kasih untuk Anda, pembaca yang telah berbaik hati mencermati tulisan ringan ini.

Atikah Solihah

Penulis adalah Koordinator Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa