Momen-Momen Kebahasaan

1.   Pendahuluan

Manusia menandai hal-hal dan peristiwa penting yang terjadi di sekelilingnya. Penandaan tersebut membantu mereka belajar dari pengalaman sehingga dapat menjaga keberlangsungan kehidupan. Penandaan tersebut ditindaklanjuti dengan peringatan-peringatan untuk mengingat kembali peristiwa penting, mengajak orang lain berpartisipasi melakukan sesuatu, atau mencegah terulangnya hal buruk. Tak terkecuali dalam hal bahasa.

Sebagai unsur yang melekat dalam diri manusia, bahasa sangat berpengaruh dalam membentuk pikiran, identitas, dan cara pandang individu. Di luar individu, bahasa merupakan sarana ampuh perajut integrasi sosial yang memungkinkan manusia satu sama lain bekerja sama dari zaman ke zaman. Karena menyadari arti penting bahasa dalam kehidupan itulah, momen-momen kebahasaan diciptakan untuk merawat dan mengembangkan bahasa agar mampu menjadi sarana peningkatan kualitas hidup manusia.

2. Momen Kebahasaan: Dari Hari Bahasa hingga Dekade Bahasa

Berbagai peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa terekam dalam sejarah dan diperingati pada waktu tertentu. Selain itu, terdapat pula momen yang dirancang sebagai wahana mengoptimalkan gerakan kebahasaan yang akan dilaksanakan. Momen-momen tersebut terwujud dalam hari/pekan/bulan/tahun/dekade bahasa, baik yang berskala internasional maupun lokal.

2.1 Hari Bahasa

Dari 365 hari dalam kalendar Masehi, terdapat beberapa hari yang ditetapkan sebagai hari bahasa untuk mengampanyekan ihwal kebahasaan. Berdasarkan skalanya, kampanye tersebut ada yang bersifat  internasional, regional, nasional, dan lokal. Penetapan hari bahasa internasional dilakukan oleh Majelis Umum PBB, sedangkan hari bahasa selain itu ditetapkan oleh organisasi kawasan, pemerintah pusat sebuah negara, maupun pemerintah daerah. 

Hari Bahasa Ibu Internasional yang setiap tahun diperingati pada 21 Februari merupakan salah satu contoh yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB melalui resolusi A/RES/56/262 pada 9 April 2002 setelah sebelumnya dimaklumatkan dalam Sidang Umum UNESCO tahun 1999. Penetapan tanggal 21 Februari merupakan pengakuan terhadap Hari Martir Bahasa atau Ekushe yang telah diperingati di Bangladesh sejak tahun 1953. Peringatan tersebut dilaksanakan untuk menghormati para martir Gerakan Bahasa yang gugur pada 21 Februari 1952 ketika memperjuangkan agar bahasa Bengali (Bangla) menjadi salah satu bahasa resmi di Pakistan—selain Urdu—karena 56% penduduk Pakistan merupakan penutur jati bahasa Bengali (Thomson, 2007). Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional dilaksanakan setiap tahun dengan tema yang berbeda untuk mempromosikan keberagaman bahasa dan multilingualisme di dunia.     

Selain penetapan Hari Bahasa Ibu Internasional, pada tahun 2010 terdapat inisiatif untuk mengampanyekan multilingualisme dan kesetaraan penggunaan bahasa melalui penetapan hari bahasa tertentu untuk tiap bahasa resmi PBB. Perayaan tersebut dilaksanakan oleh semua organisasi di lingkup PBB.

Hari Bahasa Prancis ditetapkan tanggal 20 Maret untuk memperingati berdirinya Organisasi Frankofon Internasional. Hari Bahasa Mandarin ditetapkan tanggal 20 April (sebelumnya 12 November) untuk menghormati Cangjie, tokoh yang dianggap sebagai penemu karakter Kanji pada masa Kaisar Kuning. Hari Bahasa Inggris ditetapkan tanggal 23 April karena dipercaya sebagai hari kelahiran sekaligus hari kematian William Shakespeare. Hari Bahasa Spanyol juga ditetapkan tanggal 23 April (sebelumnya 12 Oktober sebagai penanda kedatangan Columbus di Amerika) untuk memperingati kematian penulis terkemuka Spanyol, Miguel de Cervantes Saavedra. Hari Bahasa Rusia ditetapkan tanggal 6 Juni untuk memperingati kelahiran penulis yang dikenal sebagai Bapak Sastra Rusia dan dianggap sebagai pendiri sastra Rusia modern, Aleksander Pushkin. Hari Bahasa Arab ditetapkan tanggal 18 Desember untuk memperingati resminya bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa kerja PBB pada 18 Desember 1973.

Selain hari-hari di atas, terdapat tanggal-tanggal lain yang berkaitan dengan kebahasaan, di antaranya,  (1) Hari Bahasa Portugis Sedunia (5 Mei); (2) Hari Bahasa Isyarat Internasional (23 September); (3) Hari Bahasa Eropa (26 September); (4) Hari Aksara Hangul (9 Oktober); (5) Hari Literasi/Aksara Internasional (8 September); dan (6) Hari Penerjemahan Internasional (30 September). Berbagai aktivitas kebahasaan dilaksanakan pada hari-hari tersebut.

Setakat ini, pemerintah Republik Indonesia belum menetapkan hari tertentu sebagai hari bahasa Indonesia. Kendati demikian, terdapat beberapa hari yang ditengarai merupakan hari kelahiran bahasa Indonesia. Adib (2020) menyebutkan lima pilihan tanggal—beserta argumentasinya—yang berpotensi ditetapkan menjadi hari lahir bahasa Indonesia, yaitu 28 Oktober, 18 Agustus, 2 Mei, 10 Januari, dan 11 Februari. Barangkali suatu saat akan terpilih satu yang paling tepat untuk menjadi hari kelahiran bahasa Indonesia atau bahkan ditetapkan menjadi Hari Bahasa Indonesia.

Senada dengan penetapan hari bahasa, di beberapa daerah di Indonesia juga muncul regulasi yang berisi, antara lain, imbauan kepada pegawai pemerintah dan/atau masyarakat umum agar menggunakan bahasa daerah pada hari-hari tertentu. Wali Kota Bandung, misalnya, menetapkan hari Rabu sebagai hari berbahasa Sunda dalam semua kegiatan pendidikan, pemerintahan, dan kemasyarakatan (Perda No. 9/2012). Gubernur Jawa Tengah mewajibkan penggunaan bahasa Jawa di lingkungan pemprov dan pemkab/pemkot setiap hari Kamis (SE Gubernur Jawa Tengah No. 430/9525). Senada dengan itu, di laman resmi bone.go.id disebutkan bahwa Gubernur Sulawesi Selatan juga mewajibkan penggunaan bahasa daerah sesuai dengan dialek masing-masing di sekolah setiap hari Rabu (Pergub. No. 79/2018).

2.2 Pekan Bahasa

Pekan bahasa atau minggu bahasa merupakan kampanye bahasa yang dilaksanakan selama tujuh hari pada bulan tertentu. Tak jarang pekan bahasa diselenggarakan bersamaan dengan hari bahasa agar publisitas keduanya lebih efektif.

Pekan Bahasa Isyarat merupakan kampanye yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Maret di Inggris. Kampanye ini dikoordinasi oleh Asosiasi Tuli Inggris dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh para pengguna bahasa isyarat. Selain Pekan Bahasa Isyarat, terdapat pula Pekan Tuli Internasional (International Week of the Deaf People) yang diselenggarakan setiap minggu terakhir bulan September. Dalam Siaran Pers Komnas Perempuan (2020) disebutkan bahwa Pekan Tuli Internasional merupakan inisiatif dari Federasi Tuli Sedunia untuk mempromosikan identitas bahasa dan keragaman kultural komunitas tuli dan pengguna bahasa isyarat lainnya.

Contoh lain berasal dari Selandia Baru. Di sana terdapat Pekan Bahasa Maori yang sudah diselenggarakan sejak 1975. Selain itu, terdapat pula Pekan Bahasa Samoa, Pekan Bahasa Isyarat Selandia Baru (setiap Mei), dan Pekan Bahasa Internasional (diselenggarakan setiap minggu ketiga Agustus untuk mempromosikan bahasa dan budaya dari seluruh dunia).     

Di Indonesia, Pekan Bahasa dan Sastra biasanya diselenggarakan pada bulan Oktober. Selain pemerintah (melalui balai/kantor bahasa di provinsi), beberapa kampus dan sekolah juga menyelenggarakan pekan bahasa, misalnya Unair (Jatim), UNS (Jateng), dan SMAN 1 Kintamani (Bali).

2.3 Bulan Bahasa

Setidaknya terdapat empat bulan bahasa yang dikenal setakat ini, yaitu (1) Bulan Bahasa Filipino (Buwan ng Wika), (2) Bulan Bahasa Kebangsaan (Melayu, Malaysia), (3) Bulan Bahasa Inggris, dan (4) Bulan Bahasa dan Sastra (Indonesia). 

Buwan ng Wika di Filipina diselenggarakan setiap tahun pada bulan Agustus. Peringatan ini bertepatan dengan bulan kelahiran Presiden Manuel L. Quezon yang dianggap sebagai Bapak Bahasa Nasional atas jasanya menetapkan bahasa nasional pada tahun 1937. Bahasa nasional yang kini dikenal sebagai bahasa Filipino tersebut merupakan ragam standar dari bahasa Tagalog. Bahasa daerah lain di Filipina juga dirayakan selama perayaan Buwan ng Wika.

Bulan Bahasa Kebangsaan di Malaysia diselenggarakan sejak tahun 1960-an meskipun dengan nama yang berbeda-beda, mulai dari Gerakan Cintailah Bahasa Kita, Gerakan Bahasa Kebangsaan Sektor Swasta, Minggu Sastera, hingga Bulan Bahasa dan Sastera Negara. Berbagai aktivitas kebahasaan untuk menyemarakkan agenda ini dikoordinasikan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP).       

Bulan Bahasa Inggris merupakan perpanjangan dari Hari Bahasa Inggris (23 April) yang telah ditetapkan oleh PBB. Penetapan April sebagai Bulan Bahasa Inggris pada tahun 2018 tidak dilakukan oleh pemerintah atau negara tertentu, tetapi berdasarkan inisiatif TOEFL® test yang disampaikan kepada National Day Calendar, platform berpengaruh yang berkantor di Mandan, North Dakota.

Bulan Bahasa dan Sastra di Indonesia diselenggarakan setiap tahun pada bulan Oktober. Gafur (1983) menjelaskan bahwa pada tahun 1980, pemerintah melalui Menteri Muda Urusan Pemuda menetapkan Oktober setiap tahun menjadi Bulan Bahasa. Selain diselenggarakan oleh Badan Bahasa, Bulan Bahasa dan Sastra juga diselenggarakan di berbagai kampus dan sekolah di Indonesia.

Di tingkat daerah, terdapat Bulan Bahasa Bali yang diselenggarakan sejak 2019 setiap bulan Februari. Hal itu sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. Pada momen tersebut, diadakan berbagai festival, lomba, pertunjukan, seminar, dan kegiatan lain dengan menggunakan bahasa Bali.

2.4 Tahun Bahasa

Pada tanggal 19 Desember 2016, Majelis Umum PBB menetapkan 2019 sebagai Tahun Internasional Bahasa-Bahasa Daerah (International Year of Indigenous Languages). Penetapan itu memiliki arti penting dalam rangka melindungi bahasa daerah, meningkatkan kualitas hidup penuturnya, dan memastikan kehadiran bahasa daerah dalam pembangunan, perdamaian, dan rekonsiliasi. Penetapan ini dijabarkan ke dalam berbagai rencana aksi yang melibatkan banyak pihak.

Lebih dari satu dekade sebelumnya, PBB juga mendeklarasikan 2008 sebagai Tahun Internasional Bahasa-Bahasa (International Year of Languages) untuk menunjukkan komitmen penuh terhadap keberagaman bahasa dan multilingualisme. Isu tentang bahasa menjadi sorotan penting pula untuk meningkatkan dialog antarbudaya, mencapai misi pendidikan untuk semua, dan membangun masyarakat berpengetahuan inklusif.

Selain tahun bahasa yang ditetapkan oleh PBB, terdapat pula tahun bahasa yang ditetapkan oleh organisasi regional atau nasional. Uni Afrika, misalnya, menetapkan 2006—2007 sebagai Tahun Bahasa-Bahasa Afrika (Year of African Languages). Sebelumnya, Parlemen Eropa  Bersama Dewan Uni Eropa juga menetapkan 2001 sebagai Tahun Bahasa-Bahasa Eropa (European Year of Languages). Keduanya juga menitikberatkan pada pengakuan akan keberagaman bahasa di kawasan tersebut. Di Amerika, Dewan Amerika untuk Pengajaran Bahasa Asing (ACTFL) menjadikan tahun 2005 sebagai Tahun Bahasa (Year of Languages in the US) dengan tujuan untuk mendorong warga Amerika agar memiliki kemahiran dalam bahasa-bahasa lain selain Inggris.

2.5 Dekade Bahasa

Dekade Bahasa merupakan gerakan kebahasaan yang dicanangkan untuk periode sepuluh tahun. Setidaknya terdapat dua dekade dalam kategori ini yang ditetapkan oleh PBB, yaitu Dekade Internasional Bahasa Daerah (2022—2032) dan Dekade Literasi PBB (2003—2012).  Dekade Internasional Bahasa Daerah menunjukkan keberpihakan dunia terhadap pelindungan bahasa daerah, terutama bahasa yang rentan terancam punah karena globalisasi. Dekade Literasi diprioritaskan untuk menjangkau pihak yang dianggap kurang beruntung, seperti kaum wanita, kalangan minoritas, kaum migran, pengungsi, para penyandang cacat, dan anak putus sekolah.

3. Momen Kebahasaan: Bagaimana kita menyikapinya?

Penetapan hari/minggu/bulan/tahun/dekade bahasa tertentu menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap keberadaan bahasa tersebut. Pertanyaannya, bagaimana momen-momen tersebut dioptimalkan agar kepedulian tidak berhenti pada penetapan semata?

Gagasan yang ditawarkan oleh David Crystal dalam artikelnya “What do we do with an International Year of Languages?” tampaknya masih relevan untuk menjawab pertanyaan di atas. Gagasan tersebut terangkum dalam konsep LADDA: Location, Award, Days, Data, Artworks.

Lokasi (location) merujuk pada tempat-tempat yang berkaitan dengan bahasa sehingga perlu dikunjungi ketika merayakan momen kebahasaan, seperti museum, galeri, monumen, rumah bahasa, dan sebagainya. Di Dhaka, Bangladesh, terdapat Monumen Shaheed Minar yang ramai dikunjungi pelajar dan wisatawan ketika peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional. Di Western Cape, Afrika Selatan, juga terdapat Monumen dan Museum Bahasa Afrikaans yang dibuka untuk publik sejak tahun 1975. Di Indonesia, Museum Sumpah Pemuda di Jakarta dan Laboratorium Kebinekaan Bahasa di IPSC, Sentul, barangkali dapat dikembangkan lebih jauh agar dapat menjadi destinasi wisata kebahasaan. Selain itu, barangkali sudah saatnya diwujudkan keberadaan Museum Bahasa Indonesia sebagai wahana edukasi tentang sejarah perkembangan bahasa Indonesia dari masa ke masa.

Anugerah (award) merujuk pada penghargaan yang diberikan kepada tokoh/kelompok/institusi yang berkontribusi besar dan memberikan praktik baik dalam bidang kebahasaan. Anugerah Linguapax yang diberikan sejak tahun 2002 merupakan salah satu contohnya. Anugerah ini diberikan kepada pihak yang dinilai berhasil dalam melestarikan dan merevitalisasi bahasa, memberdayakan komunitas bahasa, dan mempromosikan multilingualisme. Salah satu lembaga pelestari bahasa daerah dari Indonesia, yaitu BASABali, merupakan penerima Anugerah Linguapax pada tahun 2018.  Di Indonesia, berbagai penghargaan telah diberikan oleh Badan Bahasa, Kemendikbudristek, misalnya, Penghargaan Adibahasa, Anugerah Tokoh Kebahaasaan dan Kesastraan, dan Anugerah Hoesein Djajadiningrat.

Hari (days) merujuk pada hari-hari bahasa yang perlu dirayakan/dimeriahkan sehingga mengingatkan kembali masyarakat tentang bahasa yang mereka miliki. Hari bahasa dapat dirayakan oleh siapa pun, baik di keluarga, sekolah, organisasi/komunitas, perusahaan, maupun pemerintah. Pada era digital saat ini, upaya itu dapat dilakukan dengan menyokong tagar kebahasaan di media sosial dan mengunggah konten-konten kebahasaan yang bermutu. 

Data (data) mengacu pada pemutakhiran data kebahasaan agar mampu menjadi rujukan sahih para pemerhati/ilmuwan bahasa dan pembuat kebijakan. Dari perspektif perencanaan pembangunan, akurasi data sangat menentukan ketepatan sasaran pembangunan bidang kebahasaan. Data yang tidak akurat atau tidak sinkron antarberbagai sumber akan membingungkan bahkan menjerumuskan penggunanya. Pangkalan data kebahasaan yang dimiliki oleh Badan Bahasa (dapobas.kemdikbud.go.id) perlu diperkuat agar mampu menjadi referensi unggulan yang bisa dimanfaatkan oleh pemerhati bahasa-bahasa di Indonesia, baik pemerhati dari dalam negeri maupun luar negeri.

Karya seni (artworks) mengacu pada produk kesenian yang bertema kebahasaan, baik seni patung, seni pahat, seni lukis, cerpen/puisi tentang bahasa, dan sejenisnya. Lukisan Menara Babel karya Pieter Bruegel (meninggal tahun 1569) menjadi contoh klasik yang menggambarkan ambisi manusia dan legenda awal mula terciptanya perbedaan bahasa. Di dunia modern, seni patung yang memadukan huruf dan piktogram sebagai gambaran keberagaman bahasa di dunia karya Jaume Plensa juga menarik perhatian pengunjung Vancouver Biennale (2009—2011). Mural bertema kebahasaan juga beberapa kali dijumpai di Jakarta ketika perayaan Bulan Bahasa dan Sastra.

Kelima langkah di atas tentu saja dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, kita tambahkan satu huruf A (aplikasi) sehingga menjadi LADDAA. Kehadiran berbagai aplikasi pada komputer dan telepon pintar memudahkan upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dewasa ini. Peran aplikasi-aplikasi tersebut tampaknya akan makin besar pada masa mendatang. 

3. Penutup

Hadirnya berbagai momen kebahasaan menandai kepedulian berbagai kalangan tentang arti penting bahasa dalam kehidupan. Kepedulian tersebut perlu ditindaklanjuti dengan strategi jitu dan langkah konkret agar bahasa-bahasa tetap lestari dan bisa diwariskan pada generasi mendatang.   

Referensi:

Adib, Holy. 2020. “Meresmikan Hari Lahir Bahasa Indonesia”, https://www.jawapos.com/minggu/halte/30/08/2020/meresmikan-hari-lahir-bahasa-indonesia/. Diakses pada 23 Agustus 2021

Crystal, David. 2007. What do we do with an International Year of Languages? https://davidcrystal.com. Diakses ada 23 Agustus 2021

Gafur, A. 1983. Peranan Pemuda dalam Pembinaan Bahasa Indonesia. Dalam Kongres Bahasa Indonesia IV. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Thomson, Hanne-Ruth. 2007. “Bangladesh.” Dalam Language and National Identity in Asia, Andrew Simpson (peny.). Oxford: Oxford University Press

https://anydayguide.com/calendar/1928. Diakses pada 22 Agustus 2021

https://bone.go.id/2018/11/25/pergub-sulsel-bahasa-daerah-wajib-diajarkan-2-jam-pelajaran-per-minggu/. Diakses pada 21 Agustus 2021

https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/siaran-pers-komnas-perempuan-pekan-tuli-internasional-dan-hari-bahasa-isyarat-internasional-23-29-september-2020. Diakses pada 21 Agustus 2021

https://www.filipinopod101.com/blog/2020/07/27/buwan-ng-wika-celebrating-filipino-language-month/. Diakses pada 21 Agustus 2021

https://termcoord.eu/2016/04/language-in-art/. Diakses pada 21 Agustus 2021

https://www.un.org/en/observances. Diakses pada 22 Agustus 2021

*Penulis adalah anggota Tim Perencanaan di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek.

Sartono

...

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa