Pembelajaran Daring Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang, terlebih di era komunikasi global saat ini tentu saja menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Segala sumber ilmu dan informasi bermediakan bahasa. Ketika kemampuan bahasa seseorang terhambat dimungkinkan orang tersebut terhambat dalam mengakses ilmu dan informasi. Sumber daya manusia akan berkualitas baik jika aksesnya terhadap ilmu dan informasi tidak terhambat, yaitu pada kemampuan dasarnya dalam berbahasa tidak terhambat. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan bahasa harus diberikan sedini mungkin.

Terkait dengan peran vital bahasa pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran berbasis teks (Mahsun, 2013). Pada pembelajaran teks, materi pembelajaran terhubung dengan berbagai fenomena kehidupan, terhubung dengan keilmuan di bidang lain yang dipelajari oleh peserta didik di sekolah. Oleh karena itu, teks menjadi media untuk berbahasa dan berkomunikasi dan untuk menyampaikan gagasan di segala bidang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia teks menjadi output bagi peserta didik. Tentunya output berupa  teks yang dibuat oleh peserta didik dimulai dengan menguatkan pengetahuan  dan pemahamannya tentang teks, lalu diakhiri dengan terampilnya membuat teks sesuai konteks secara tulis dan lisan.

Mengamati pembelajaran di masa  pandemi Covid-19 kompetensi minimal yang harus dicapai menjadi sesuatu  yang  sulit  untuk  dicapai. Pembelajaran di masa  pandemi  ini menjadi  tidak  efektif  (Dwi,  2020). Perilaku  belajar  menjadi  terabaikan dengan  dominasi  aplikasi  yang  lebih menarik  bagi  peserta  didik  yang  ada pada gadget yang dimilikinya. Sebagian lagi, tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran di masa pandemi ini.

Keterbatasan kemampuan orang tua juga menjadi pemicu ketidakefektifan pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia  problematika  ini  menjadi lebih  kompleks.  Kompetensi yang disusun tidak tercapai dengan  baik.  Pembelajaran  cenderung bersifat pemberian informasi dan pemberian pengetahuan. Dari beberapa wawancara dengan guru bahasa Indonesia  dinyatakan  bahwa  sulitnya mengajarkan   bahasa   Indonesia. Sebagian besar peserta didik tidak dapat mencapai indikator pembelajaran bahkan indikator yang lebih mudah sekali pun.

Kompetensi  yang  harus dimiliki  oleh  peserta  didik  dalam pembelajaran  bahasa  Indonesia,  antara lain  (1) berbahasa Indonesia dengan penekanan pada   kemampuan   mendengarkan, membaca, memirsa,berbicara, dan menulis; (2) mengembangkan kemampuan mendengarkan, membaca, memirsa, berbicara, dan menulis  melalui  media  teks.  Teks merupakan perwujudan kegiatan sosial dan  memiliki  tujuan  sosial.  Pencapaian tujuan  ini  diwadahi  oleh  karakteristik: cara pengungkapan tujuan sosial (yang disebut  struktur  retorika),  pilihan  kata yang  sesuai  dengan  tujuan,  dan  tata bahasa  yang  sesuai  dengan  tujuan komunikasi;  dan  (3)  berkomunikasi dalam   bentuk   tulisan,   lisan,   atau multimodal  (yakni teks yang menggabungkan bahasa dan cara/media  komunikasi  lainnya  seperti visual,  bunyi,  atau  lisan  sebagaimana disajikan  dalam  film  atau  penyajian komputer) (Kemdikbud RI, 2020).

Pembelajaran daring menurut Latjuba Sofyana (2019) bertujuan untuk memberikan layanan yang baik dan bermutu dalam pembelajaran melalui jaringan yang bersifat terbuka untuk menjangkau pada orang yang lebih banyak dan luas. Pembelajaran secara daring ini dilakukan dengan keterlibatan langsung antara pendidik dan siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran daring ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Penting dipahami bahwa untuk membuat pembelajaran daring yang efektif, pemahaman guru tidak boleh hanya mengejar proses penuntasan kurikulum semata, namun yang terpenting juga adalah hasilnya.

Sistem belajar daring harus mengacu prinsip mudah, murah, dan bisa dilakukan oleh siswa seperti laporan kegiatan sehari-hari di rumah. Hal tersbeutehingga pembelajaran itu tidak kemudian membebani siswa atau otang tua. Inti pembelajaran daring adalah memberi kemudahan siswa serta berprinsip orang tua tidak terbebani. Inilah yang menjadi tantangan guru, dengan kata lain menantang kreativitas guru dan inovasi guru. Pada pembelajaran daring, umumnya guru dapat memberikan tugas atau proyek sederhana kegiatan sehari-hari yang dikemas dalam bentuk video atau foto.

Salah satu strategi pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pola  bimbingan in-on. Bimbingan ini di mulai dengan guru bertukar pikiran dengan siswa. Tahap pertama guru memaparkan materi apa saja yang akan dipelajari dalam proses pembelajaran. Siswa dan guru berdiskusi untuk persiapan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta penekanan pada materi apa saja yang perlu dibahas lebih intensif.

Guru dan siswa menyiapkan semua yang diperlukan, proses ini disebut in. Pada pertemuan berikutnya guru memberikan pembelajaran yang sudah dipersiapkan, proses ini disebut on. Dari hasil pertemuan tersebut akan di in kembali dan akan diterapkan pada saat on  pada pertemuan selanjutnya. Demikian seterusnya. Melalui tatap muka dengan menggunakan Zoom, Googlemeeting dan sejenisnya pada saat on diharapkan siswa dapat berinteraksi secara langsung dan menyampaikan segala kesulitan yang dialami, guru berkewajiban membimbing mereka secara langsung. 

Pada saat in guru mempersiapkan materi berupa modul, video, dan soal latihan. Siswa menyiapkan jawaban, komentar, ulasan, dan ringkasan. Setiap pertemuan guru selalu mencari masukan dari siswa mengenai apa saja kesulitan dalam pembelajaran. Keluhan dan masukan dari siswa akan di in kemudian solusi akan di on kembali. Dengan pola pendampingan in-on guru dan siswa dapat saling memberi solusi atas permasalahan dalam kelas di rumah. Sehingga terjadilah perbaikan pembelajaran di kelas daring.

Guru akan terus melakukan penyempurnaan kegiatan pembelajaran menjadi praktik baik. Pada pola pendampingan in-on akan berlanjut ke evaluasi pembelajaran. Hasilnya untuk mengetahui kesiapan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Pada pola bimbingan in-on siswa tidak selalu menggunakan quota yang banyak setiap hari. Pengunaan media Zoom dan sejenisnya dapat dilakukan untuk meminimalkan penggunaan quota mengingat krisis ekonomi mulai terjadi di saat pandemi. Guru diharapkan memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran efektif secara daring.

Pola bimbingan dijadwalkan sesuai jadwal siswa belajar. Bisa melalui Whastapp Group (WAG) atau Telegram Group. Pada kegiatan pembelajaran seperti biasa guru mengunggah materi, video yang mendukung, latihan, dan lembar kerja siswa (LKS). Selanjutnya ketika siswa sedang in maka eksistensi guru sebaiknya mempersiapkan diri  untuk menggunakan aplikasi tatap muka, misalnya menyiapkan beberapa contoh permasalahan untuk diselesaikan sebagai wawasan. Sebagai guru tentu tahu poin-poin yang biasa dikeluhkan oleh siswa.

Pola bimbingan in-on dapat diterapkan agar pembelajaran bisa efektif dari rumah. Selain itu, pola ini akan mendorong siswa lebih aktif. Idealnya pembelajaran di rumah bukanlah lagi sebuah beban, namun sebuah kewajiban untuk memenuhi komitmen yang dibuat bersama guru. Penggunaan pola bimbingan in-on dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat efektif untuk diterap di semua jenjang. Hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian adalah kerja sama antara orang tua, guru, dan semua pihak terkait dengan pendidikan siswa. Selain itu, dibutuhkan komunikasi, sosialisasi, dan kesepakatan untuk memegang kuat komitmen dari semua pihak terkait. Secara tidak langsung pola bimbingan in-on ini telah menerapkan strategi kooperatif dan melakukan modifikasi perilaku dengan melibatkan semua pihak terkait untuk pembelajaran dan pendidikan siswa.


Sumber Bacaan

Kemdikbud RI. (2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Http://Kemdikbud.Go.Id/, (Mei). Retrieved from http://kemdikbud.go.id/main/?lang=id

Latjuba Sofyana, “Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatshap pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika universitas PGRI Madiun”, Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika, Volume 08 Nomor 1 Maret, (Madiun : Teknik informatiak Universitas PGRI 2019),

Mahsun. 2013. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.Jakarta: Rajawali Pers

Nafisah Dwi.,  Eryadini,  N.,  Sidi,  A.,  &  Buana-lamongan,  U.  P.  A.  (2020).  Oleh sebab  itu  dalam pembelajaran  guru  harus  memasukkan  kebiasaan-kebiasaan  positif  untuk  melatih  dan meningkatkan  kecerdasan  emosional  peserta  didik.  Guru  dipaksa  untuk  menjalankan metode pembelajaran baru sesuai dengan kondisi new normal., 3(3).

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa