Istanbul Universitesi dan Asialex 2019

Istanbul Universitesi dan Asialex 2019

?stanbul Üniversitesi dan Asialex2019*

Hal pertama yang dilakukan Sultan Mehmed II Alfatih setelah menaklukkan Konstanstinopel, Juni 1453 adalah membangun rumah sakit dan sekolah. Rumah sakit untuk mengobati pasukannya dan pasukan musuh yang terluka. Sekolah untuk membangun negara. Kesehatan dan pendidikan rupanya menjadi bisnis utama beliau.

Medrese yang beliau bangun pada tahun yang sama dengan penaklukan Konstatinopel itu lalu berkembang menjadi universitas. Universitas tersebut bernama ?stanbul Üniversitesi atau Universitas Istanbul. Pada logo kampus itu tertera angka 1453. Angka itu adalah tahun berdiri kampus, sama dengan jatuhnya Konstatinopel.

 

Logo Universitas Istanbul serta tahun berdirinya

Pintu masuk kampus adalah ikon universitas. Gerbang itu mirip Barndenburg di Berlin, bahkan lebih tua lagi. Bangunan menyerupai gerbang benteng itu adalah bangunan bersejarah sejak zaman Romawi yang dulu bernama Forum Tauri yang dibangun oleh Raja Constantine I. Kemudian, oleh Raja Theodosius I dibangun kembali dan dinamai sesuai namanya, Forum of Theodosius, pada tahun 393.

Forum adalah ruang publik yang berfungsi sebagai pasar atau pengadilan. Bahasa Indonesia menyerap kata tersebut, baik bentuk, maupun maknanya. Forum dalam bahasa Indonesia ju gabermakna sidang (pengadilan), contohnya: perkara itu akan dibawa ke dalam “forum terbuka” yang artinya “sidang atau pengadilan terbuka”. Makna lain forum dalam bahasa Indonesia adalah tempat pertemuan untuk bertukar pikiran. Tidak berbeda dengan makna asalnya.

Ikon sekaligus gerbang utama kampus yang bersejarah

Universitas Istanbul adalah kampus para orang terkenal seperti Presiden Turki Abdullah Gül, Presiden Israel Yitzhak Ben-Zvi, Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion dan Moshe Sharett, serta peraih nobel kimia Aziz Sancar sampai Orhan Pamuk, peraih Nobel sastra terkenal itu. Pamuk termasyhur melalui bukunya yang berjudul Istanbul.

Tidak jauh dari pintu gerbang kampus Universitas Istanbul di Fatih/Beyezid, Istanbul ada pasar buku. Pasar buku itu telah melayani kampus selama berabad-abad. Dari nama dan tahun berdiri yang tertera di gerbangnya diketahui bahwa pasar buku itu sudah berkhidmat sejak tahun 1458, hanya lima tahun sejak berdirinya medrese. Saat ini, di samping masih menjual buku umum, pasar buku atau sahhaflar çar?isi itu terkenal sebagai pusat jual beli buku-buku kuno.

Pasar buku yang sama kunonya dengan Universitas Istanbul

Gedung rektorat kampus adalah bangunan bersejarah tiga lantai. Bangunan yang di depannya terdapat patung perunggu Kemal Ataturk, presiden pertama republik Turki, itu terbuat dari pualam. Tangga, railing tangga, pagar, tiang-tiang, dan lantai adalah pualam berukir. Bukan pualam tempelan seperti biasa kita kenal tetapi pualam gelondongan yang diukir menjadi tiang, railing tangga dan sebagainya. Persis seperti tiang-tiang penyangga kubah-kubah Hagia Sophia atau Basilica Cistern.

Beruntung, konferensi tahunan Assosiation of Asian Lexicography atau Asialex2019 diadakan di Istanbul, tepatnya di Universitas Istanbul, persisnya di gedung rektorat, telaknya di lantai tiga. Ruang-ruang seminar berjendela besar, sehingga tiada yang menghalangi pandangan dari keelokan Istanbul dan ikonnya dari lantai paling atas itu.

 

Hagia Sophia terlihat dari ruang konferensi

Konferensi ke-13 itu diikuti oleh 60 lebih universitas dan institusi dari 40 negara. Ada empat pembicara kunci dari Hongkong UniversityUniversity of PretoriaGhent University, dan tuan rumah: Istanbul University. Seperti biasanya, konferensi Asialex menarik tidak saja orang Asia tetapi dari seluruh benua. Tahun ini daya tarik konferensi berlipat karena diadakan di ibukota dunia versi Napoleon itu.

Dinding dan langit-langit ruang seminar berikut lampu-lampu hiasnya adalah galeri seni lukisan dan mosaik, serta ukiran yang indah berwarna-warni. Langit-langit selasar juga mendapat sentuhan serupa. Salah seorang kawan yang melihat foto seminar menyangka kami berada di salah satu ruangan istana Topkapi atau Dolmabahçe sedang mendengarkan penjelasan dari pembimbing tur.

Dari jendela ruang seminar terpampang jelas Hagia Sophia. Ikon Istanbul itu terbingkai dengan indah di jendela lengkap dengan kehijauan pepohonan di sekitarnya. Pemandangan dari perpustakaan universitas lebih dahsyat lagi. Jaraknya yang lebih dekat membuat Hagia Sophia seperti seolah-olah berada di layar kaca raksasa yang terpateri di dinding perpustakaan. Indah bukan buatan!

 

Nama-nama para editor jurnal Lexicography yang diterbitkan oleh Springer, Jerman.

Bagi Indonesia, konferensi kali ini lebih bermakna, menarik, dan penting. Bermakna, karena Indonesia berkesempatan menjadi salah satu editor jurnal Lexicography yang diterbitkan oleh Springer, Jerman, bersanding dengan para guru besar dan ahli leksikografi dari beberapa perguruan tinggi dunia. Menarik, karena Indonesia berkesempatan membangun jejaring lebih luas dan penting, karena pengalaman mengikuti konferensi tahun ini akan menjadi modal untuk kesuksesan acara serupa di Indonesia tahun depan di Asialex2020.

Selain itu, tak kalah penting, Indonesia diminta menyampaikan eulogi atas meninggalnya Pak Deny Arnos Kwary, Ph.d. salah seorang anggota dewan (board member) Asialex dan tokoh leksikografi Indonesia. Berkaitan dengan berita duka ini, beberapa kali kami menerima rasa bela sungkawa dari para peserta. Beberapa bahkan minta secara khusus agar kami menghubungkan meraka dengan keluarga almarhum.

Anggota dewan Asialex 2019—2021 beserta penyelenggara konferensi tahun 2020 dan 2021

 

Sejarah, lokasi, dan keindahan bangunan universitas tidak saja seperti kapsul yang memerangkap sejarah dan keindahan, tetapi sekaligus menggoda untuk memantulkannya ke masa depan. Sesuai dengan moto Universitas Istanbul: bring together East and West; the past and the future dan moto konferensi Asialex2019: Lexicography: Past, Present, and Future.

*Azhari Dasman Darnis, Lapangan Sultan Ahmed, Istanbul, 21.06.2019

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa