UKBI dan Bonus Demografi 2040 Oleh: Nizar Machyuzaar*

Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dalam versi aplikasi digital diluncurkan Dr. M. Abdul Khaq selaku Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia, Badan Bahasa Kemdikbudristek. Peluncuran tersebut disampaikan dalam Seminar Daring Apresiasi Giat UKBI Adaptif Merdeka pada Senin (30/08/2021).

“Sebelumnya, UKBI dilaksanakan dengan berbasis cetak. Dengan aplikasi digital ini, lembaga, instansi, dan organisasi yang mengikuti UKBI dapat melaksanakannya di tempat bekerja atau di rumah dengan fasilitas internet”, ujarnya saat membuka seminar daring yang diikuti lebih dari 1.400 peserta. Selebihnya, ada sekira 600 peserta yang tidak dapat mengakses aplikasi seminar daring tersebut memirsanya pada kanal aplikasi berbagi video Youtube Badan Bahasa.

Sementara itu, apresiasi diberikan kepada lembaga sekolah yang telah mengikuti program Giat UKBI Adaptif Merdeka dengan membuat lomba artikel multimedia. Dalam kesempatan tersebut, dihadirkan narasumber Ivan Lanin (Direktur Narabahasa), Mustakim (Ahli Bahasa), Samsudin Adlawi (Direktur Radar Banyuwangi-Jawa Pos), Ricky Martin (Konten Kreator National Geographic), Ade Bayu (Fotografer Harian Pikiran Rakyat), dan Nizar Machyuzaar (Ketua Mata Pelajar Indonesia).

Keenam Narasumber yang sekaligus menjadi juri lomba artikel multimedia itu menjelaskan petunjuk pelaksanaan dan teknis serta kriteria penjurian lomba pada peserta seminar dari perwakilan sekolah SMP dan SMA sederajat se-Indonesia.  Sebagai informasi awal, peserta didik yang telah mengikuti program Giat UKBI Adaptif Merdeka telah mencapai 65.000 orang per 30 Agustus 2021.

Tentunya, masih ada waktu bagi satuan pendidikan untuk mengikuti Giat UKBI Adaptif Merdeka sampai tanggal 30 September 2021. Setelah itu, satuan pendidikan dapat mengikuti lomba artikel multimedia dalam berbagai pemodelan teks atau konten. Tujuannya, Giat UKBI Adaptif Merdeka dapat mewadahi kreativitas peserta dalam memproduksi dan mengonsumsi konten berbasis kompetensi bahasa Indonesia.

Relevansi UKBI

Antusiame yang tinggi atas program Giat UKBI Adaptif Merdeka pada tahun ini memiliki relevansi pada kalender pendidikan di satuan pendidikan jenjang SMP dan SMA sederajat. Setidaknya, ada tiga agenda penting di tingkat satuan pendidikan, yakni 1) pembelajaran berbasis teks yang menjadi salah satu ciri Kurikulum 2013, 2) penyelenggaraan Asesmen Nasional yang menyertakan literasi dan numerasi, dan 3) materi Tes Potensi Skolastik pada Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN).

Seperti diketahui, salah satu ciri pembelajaran Kurikulum 2013 adalah kompetensi dalam literasi. Ada enam kompetensi dasar dalam literasi, yakni literasi membaca dan menulis), literasi berhitung atau numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi kewargaan dan budaya.  Keenam literasi dasar ini mensyaratkan peserta didik memiliki kemampuan untuk dapat memadukan  isi dan bahasa (Content Language Integrated Learning). Dengannya, pembelajaran berbasis teks menyasar semua mata pelajaran. Hasil UKBI per peserta didik dapat menggambarkan modalitas peserta didik dalam memahami materi ajar.

Selain itu, pemerintah melalui Kemdikbudristek berencana membuat alat ukur evaluasi atas capaian penyelenggaraan pendidikan, yakni membuat program Asesmen Nasional. Satuan pendidikan dapat menyertakan peserta didiknya untuk mengikuti Giat UKBI Adaptif Merdeka di tahun ini, terutama peserta didik yang sekarang berada di tingkat VIII SMP sederajat dan XI SMA sederajat. Hal ini teristimewa dilakukan karena mereka akan mengikuti Asesmen Nasional. Sebabnya, terdapat tiga komponen dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang menjadi materi uji, yakni teks informasi, teks fiksi atau sastra, dan teks numerasi. Dengan demikian, hasil UKBI per peserta didik dapat dijadikan dasar evaluasi untuk menimbang kesiapan peserta didik dalam mengikuti Asesemen Nasional tersebut.

Lebih khusus, satuan pendidikan pada jenjang SMA sederajat dapat menyertakan peserta didik tingkat XII SMA/SMK/MA/MAK untuk mengikuti UKBI. Hasil UKBI per peserta didik dapat menjadi timbang saran sekolah dan peserta didik dalam kesiapan mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi melalui jalur UTBK SBMPTN. Sebabnya, salah satu materi UTBK SBMPTN adalah Tes Potensi Skolastik (TPS). Sekitar 80 % materi uji TPS melibatkan kompetensi bahasa, yakni materi uji Penalaran Umum, Pemahaman Bacaan dan Menulis, serta Pengetahuan dan Pemahaman Umum.

Karenanya, program Giat UKBI Adaptif Merdeka menjadi momen penting untuk satuan pendidik jenjang SMP dan SMA sederajat melakukan evaluasi atas beberapa agenda penting dalam kalender pendidikan tahun ini. Apalagi, pembelajaran pada masa pandemi korona sekitar satu setengah tahun ini dilakukan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Teknologi informasi telah membuat peserta didik kita akrab dengan materi-materi ajar dalam bentuk digital. Akses informasi menjadi mudah didapat, tetapi kemahiran dalam membaca, menulis, berbicara, mendengar, dan memirsa konten menjadi modal peserta didik memahaminya.

Dengan demikian, pelibatan peserta didik dalam UKBI dapat menggambarkan tingkat literasi. Apalagi, hasil survei yang dilakukan The Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)  menempatkan peringkat literasi peserta didik kita di bawah standar. Survei dengan model materi uji Progamme for International Student Assessment (PISA) telah dilakukan selama lebih dari lima belas tahun. Survei telah melibatkan lebih dari 31 juta peserta didik. Di tahun 2018, responden PISA melibatkan 710.000 siswa dari 79 negara. Komponen PISA meliputi literasi membaca, literasi metematika, dan literasi sains. Hasilnya, tingkat literasi peserta didik Indonesia berada di bawah standar di semua komponen. Hal ini pun tidak berbeda dengan hasil survei pada tahun 2015.

Bonus Demografi

Program Giat UKBI Adaptif Merdeka pada tahun 2021 menjadi signifikan untuk meningkatkan literasi peserta didik. Hal tersebut memiliki relevansi dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan akan mengalami pertambahan jumlah usia produktif pada 2030--2040. Rerata usia produktif tersebut adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar-menengah, dan pendidikan tinggi pada tahun 2000--2025.

Pertambahan usia produktif tersebut sering diistilahkan dengan bonus demografi. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk usia produktif (berusia 15--64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode 2030--2040, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja. Untuk itu, Giat UKBI Adaptif Merdeka pada tahun 2021 dapat dijadikan pemantik untuk meningkatkan literasi peserta didik kita.

*Penulis adalah Salah satu narasumber Seminar Daring Apresiasi Giat UKBI Adaptif Merdeka. Penulis aktif di organisasi Mata Pelajar Indonesia, Sanggar Sastra Tasik, Teater Ambang Wuruk, Gelanggang Sasindo Unpad. Karya tulis dimuat di Laman Artikel Badan Bahasa Kemdikbud, Koran Tempo, Majalah Tempo, Pikiran Rakyat, Bandung Pos, Kabar Priangan, dan beberapa portal berita digital.

Nizar Machyuzaar

...

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa