Satu Tahun UKBI Adaptif Merdeka
Sejak
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka diluncurkan pada tanggal
29 Januari 2021 lalu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Kelompok
Kepakaran dan Layanan Profesional Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (KKLP UKBI)
mencatat 168.464 peserta yang telah mengikuti ujian kebahasaan. Angka tersebut
meningkat signifikan dibandingkan tahun 2020 yang mencatat 5.584 peserta tes. Data
tersebut menjadi bukti bahwa UKBI Adaptif Merdeka ini mendapat penerimaan yang
baik di kalangan masyarakat dalam waktu setahun.
Dilihat
dari sejarahnya, UKBI Adaptif yang diberi nama UKBI Adaptif Merdeka 1.0
merupakan pengembangan mutakhir dari sistem layanan UKBI. UKBI Adaptif ini memiliki
sistem uji yang sepenuhnya daring dan menerapkan sistem tes yang sesuai dengan
kemampuan peserta uji sehingga mudah dilakukan di mana dan kapan saja. Peserta
yang telah mengikuti UKBI akan dapat mengukur kemahirannya dalam memahami dan
menggunakan bahasa Indonesia, yaitu kemahiran mendengarkan, membaca, berbicara,
dan menulis, serta kemahiran merespons kaidah bahasa Indonesia.
Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E.
Aminudin Aziz, pembaharuan ini dilakukan sebagai respons terhadap keadaan masa
pandemi yang menuntut kita untuk terus berinovasi, mengurangi aktivitas
bersemuka seperti UKBI sebelumnya, dan mendukung program 3M dalam pencegahan
pandemi. Sebelum diluncurkan, sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
pada setiap butir soal UKBI Adaptif. Tidak hanya itu, butir soal tersebut diujicobakan
kepada para pemelajar bahasa Indonesia, baik pemelajar dari Indonesia maupun asing,
yang berjumlah lebih dari 2.000 orang. Uji coba tersebut dilakukan bukan hanya
kepada para pelajar, melainkan juga kepada para profesional yang diyakini akan
menjadi pengguna UKBI Adaptif ini ke depan.
Dalam
pengujiannya, UKBI terdiri atas lima seksi, yaitu Seksi I (Mendengarkan), Seksi
II (Merespons Kaidah), Seksi III (Membaca) dalam bentuk soal pilihan ganda,
Seksi IV (Menulis) dalam bentuk presentasi tulis, dan Seksi V (Berbicara) dalam
bentuk presentasi lisan. Sementara itu, hasil UKBI peserta uji dipetakan ke
dalam tujuh peringkat, predikat, dan rentang skor. Ketujuh predikat dapat
diserangkaikan dalam satu ungkapan, yaitu Isu Unggul Managitas
(Istimewa, Sangat Unggul, Unggul, Madya, Semenjana, Marginal, dan Terbatas).
Kapan seseorang dikatakan mahir berbahasa Indonesia?
Sebagai
bangsa yang memiliki bahasa modern yang multifungsi dan memiliki jumlah penutur
yang besar, bangsa Indonesia sudah sepantasnya memiliki sarana
evaluasi mutu penggunaan bahasa Indonesia. Tanpa menafikan peran wahana lain,
UKBI memiliki fungsi yang amat strategis, tidak hanya untuk meningkatkan
kualitas bahasa Indonesia serta penggunaan dan pengajarannya di dalam dan luar
negeri, tetapi juga untuk memupuk sikap positif dan rasa bangga masyarakat
Indonesia terhadap bahasanya.
Ada
beberapa karakteristik yang harus dimiliki seseorang sehingga dapat dikatakan
mahir teruji berbahasa Indonesia, yaitu
1. memiliki
kemampuan untuk mengolah informasi faktual, konseptual, dan prosedural dalam
wacana lisan dan tulis;
2. memiliki
pemahaman kaidah bahasa Indonesia yang baik;
3. mampu
menangkap gagasan dari berbagai bacaan;
4. memahami
struktur yang benar dan kosakata yang tepat dalam wacana lisan dan tulis;
5. memahami
hubungan antargagasan di dalam wacana dengan baik;
6. mampu
menyimpulkan wacana, baik dialog, monolog, maupun bacaan dan mampu
merefleksikan gagasan dalam bentuk wacana lisan dan tulis;
7. memahami
tujuan penulisan wacana dengan baik serta mengungkapkannya kembali, baik lisan
maupun tulis;
dan
8. mampu
mengungkapkan kembali informasi yang terdapat di dalam wacana.
Apa saja
yang menjadi hambatan dalam penggunaan UKBI selama ini?
Dalam pelaksanaannya, UKBI Adaptif tentu tidak selalu berjalan mulus, apalagi produk
tersebut merupakan inovasi baru yang menuntut pengguna melakukan uji kebahasaan
secara daring. Ada beberapa hal yang menjadi kendala
selama pengujian UKBI Adaptif Merdeka di antaranya
adalah
a. peserta
uji belum terbiasa menggunakan aplikasi UKBI Adaptif Merdeka;
b. keterbatasan
jaringan internet di beberapa tempat menjadi kendala peserta, terutama dalam
pengerjaan Seksi I (Mendengarkan);
c. tidak
semua peserta mengakses seri pelatihan sehingga kurang memahami bentuk soal
UKBI;
d. perangkat
pengujian peserta belum seluruhnya memadai sehingga ada peserta yang
melaksanakan UKBI dengan menggunakan gawai; dan
e. sikap
peserta uji dalam mengerjakan tes yang kurang cermat.
Dalam
menyikapi hal tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyusun
beberapa strategi untuk mengurangi hambatan ujian sehingga tercipta hasil yang
lebih efisien. Strategi yang dilakukan adalah
a. menyajikan
informasi yang komprehensif dan integratif dalam laman UKBI;
b. melakukan penguatan regulasi di bidang kebahasaan yang disesuaikan dengan
Permendikbudristek Nomor 18 Tahun 2021 tentang Pembakuan dan
Kodifikasi Kaidah Bahasa Indonesia;
c. mengadakan program
prapengujian berupa pelatihan, seminar, dan
lokakarya kemahiran berbahasa;
d. mempertimbangkan
pemutakhiran lebih lanjut UKBI Adaptif Merdeka agar lebih ramah pengguna sehingga memungkinkan
seluruh peserta dapat melaksanakan tes dengan baik;
e. memberikan
pemahaman kepada pemangku kepentingan tentang implementasi standar kemahiran sesuai dengan Permendikbud
70 Tahun 2016; dan
f. membuat
simulasi UKBI Adaptif merdeka.
Dengan disusunnya strategi tersebut diharapkan penggunaan UKBI Adaptif sebagai salah satu alat uji semakin efektif. Pengguna juga dapat membina, merawat, dan memartabatkan bahasa negara, yaitu bahasa Indonesia. (DV)
Sumber:
Kelompok Kepakaran Layanan Profesional UKBI, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek.
Devi Virhana
...