Masalah Sosial sebagai Pembangun Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy (Telaah Pendekatan Sosiologi Sastra)
1. Pendekatan
Sosiologi Sastra sebagai Telaah Populer Sebuah Karya Sastra
Karya
sastra merupakan sebuah objek yang dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan
oleh masyarakat. Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang
yang berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga memunculkan
gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Karya sastra akan menyumbangkan
tata nilai figur dan tatanan dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun karya
sastra berupa fiksi, sastra mampu memberikan manfaat berupa nilai-nilai moral
bagi pembacanya. Sastra selalu menampilkan gambaran kenyataan sosial dan
bertaut dalam kehidupan yang mencakup hubungan antara manusia dan Tuhan, manusia
dan manusia lain, manusia dan lingkungan, dan deretan peristiwa yang terjadi
dalam batin seseorang.
Sebuah
karya sastra tercipta karena adanya deretan peristiwa atau persoalan dunia yang
terekam oleh jiwa pengarang. Seorang pengarang dapat menggambarkan fenomena kehidupan yang ada
sehingga muncul konflik atau ketegangan batin. Pengarang sebagai bagian dari
masyarakat mampu merekam segala bentuk kejadian sosial yang merupakan fenomena kehidupan
esensial. Pengarang tidak dapat memisahkan antara manusia dan kehidupan sosial
beserta masalahnya dalam karya sastra. Sastra tidak dapat terlahir dalam
kekosongan sosial karena proses penciptaannya melalui perenungan dan pengalaman
sastrawan dalam menghadapi permasalahan dan nilai-nilai tentang hidup dan
kehidupan (manusia dan kehidupan). Pengalaman itu merupakan jawaban yang utuh
dari jiwa manusia ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan.
Fungsi
pokok dalam sebuah karya sastra adalah fungsi sosial dan fungsi estetis (Semi,
1993: 56). Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan hiburan (estetis) manusia yang disebut sebagai fungsi
estetis. Namun, di samping itu, novel sering kali terlahir untuk memenuhi fungsi
sosial sebagai cara lain memahami konflik dalam sebuah kehidupan bermasyarakat,
gambaran permasalahan sosial kemasyarakatan, dan pesan kemanusian. Sastra akan
selalu berhubungan dengan suatu lapisan masyarakat tertentu dan dengan sosial
budaya tertentu karena karya sastra sering bernapaskan nilai-nilai yang berlaku
pada waktu dan di tempat-tempat tertentu.
Salah
satu novel yang menyuratkan masalah-masalah sosial antartokohnya adalah novel Pudarnya
Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy. Novel tersebut menceritakan
fenomena sosial yang dibalut pengalaman spriritual. Hal itu membuat novel
tersebut bisa membawa pembaca ke berbagai nuansa personal dalam mengenali
masalah-masalah pokok kehidupan sebagai makhluk sosial. Pada novel tersebut,
Habiburrahman El Shirazy menggambarkan dan mencoba memperbincangkan dilema
kehidupan manusia yang sedang mencari jalan keluar yang bijak atas permasalahan
hidup yang dialami.
Sebuah
novel tidak selalu selesai begitu saja sebagai alat menghibur dan merenung bagi
pembaca. Setelah proses pembacaan, novel dapat dikaji lebih dalam guna
menciptakan sebuah kajian ilmu baru. Proses pengkajian merupakan tahap lanjut
dalam menikmati sebuah karya sastra. Melalui proses pengkajian, nilai-nilai
yang tersirat dalam novel dapat digambarkan secara terperinci sehingga memudahkan
pembaca lain dalam memahami isi sesungguhnya karya sastra tersebut. Salah satu
alat mengkaji yang populer di kalangan masyarakat sastra adalah sosiologi
sastra. Melalui pendekatan sosiologi sastra, pengkaji dapat memaparkan berbagai
macam masalah kehidupan sosial dalam karya sastra dan konflik yang dibangun
antartokoh dalam novel yang dibaca atau diceritakan.
Endraswara
(2003: 77) menyatakan bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra
yang bersifat reflektif. Penelitian tersebut banyak diminati oleh peneliti yang
ingin meneliti sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian
sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial.
Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang
berhasil atau sukses adalah yang mampu merefleksikan zamannya. Itulah sebabnya menjadi
beralasan jika penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan
hubungan antara pengarang dan kehidupan sosialnya.
Sosiologi
sastra adalah sebuah cabang dari kajian sastra yang membahas hubungan antara
karya sastra dan konteks sosial, termasuk pola pembahasan, jenis penikmat, gaya
penyajian dramatis, dan posisi kelas sosial penulis dan pembaca. Hal itu berawal
pada abad ke-19 di Prancis dengan karya-karya Mme de Stael dan Hippolyte Taine.
Sosiologi sastra adalah pendekatan analisis karya sastra dalam hubungan antara
pengarang dan kehidupan sosialnya. Salah satu teori yang dibahas dalam
pendekatan sosiologi sastra adalah munculnya masalah-masalah sosial di dalam
sebuah karya sastra. Masalah sosial adalah sebuah fenomena ketidaksesuaian
antarunsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial
atau menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga sosial tersebut sehingga menyebabkan
kepincangan sosial (Soekamto, 1990: 40). Jika sampai terjadi bentrokan di antara unsur-unsur yang
ada, itu dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial, seperti kegoyahan dalam
kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya
perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dan realita yang ada. Soekanto
(1990: 365—394) menyatakan bahwa masalah sosial yang ada pada umumnya dihadapi
masyarakat, antara lain, kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah
generasi muda dalam masyarakat modern, peperangan, pelanggaran terhadap
norma-norma masyarakat, masalah kependudukan, serta masalah lingkungan hidup
dan birokrasi. Sehubungan dengan masalah sosial tersebut, sosiologi tidaklah
bertujuan untuk membentuk manusia yang bijaksana dan selalu baik dalam
tindakannya, tetapi dalam hal ini, sosiologi sastra menggambarkan bagaimana
setiap masalah itu muncul dan menimbulkan kegaduhan antartokoh yang diceritakan
di dalamnya.
2. Jenis-Jenis
Masalah Sosial dalam Teori Pendekatan Sosiologi Sastra
a. Kemiskinan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketika seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan
taraf kehidupan kelompok dan tidak mampu memanfaatkan tenaga mental dan
fisiknya dalam kelompok tersebut. Dengan berkembangnya perdagangan di seluruh
dunia dan ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan
masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu
sadar akan kedudukan ekonominya sehingga mereka mampu untuk menilai apakah
dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila
perbedaan kedudukan ekonomi masyarakat ditentukan secara tegas. Pada masyarakat
modern, kemiskinan menjadi suatu problema yang cukup rumit dan menakutkan.
b. Kejahatan
Sosiolog berpendapat bahwa kejahatan
disebabkan oleh adanya kondisi dan proses sosial yang sama sehingga menghasilkan
perilaku-perilaku sosial lainnya. Analisis terhadap kondisi dan proses-proses
tersebut menghasilkan simpulan bahwa terdapat hubungan antara variasi angka
kejahatan dan variasi organisasi-organisasi sosial di tempat kejahatan tersebut
terjadi. Dengan demikian, angka kejahatan dalam golongan-golongan masyarakat
dan kelompok sosial tertentu berkaitan dengan kondisi dan proses-proses, misalnya
gerak sosial, persaingan, serta pertentangan kebudayaan, ideologi, politik,
agama, dan ekonomi.
c. Disorganisasi
Keluarga
Disorganisasi sosial adalah perpecahan
keluarga sebagai unit karena anggota gagal memenuhi kewajiban sesuai dengan
peran sosialnya. Secara sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi keluarga,
antara lain, ialah 1) unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan
(dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu keluarga, tetapi
bentuk ini dapat digolongkan sebagai disorganisasi keluarga); 2) disorganisasi
keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian dan ketidakharmonisan; 3)
adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi di antara
anggota-anggotanya; 4) krisis keluarga, misalnya kepala keluarga di luar
kemampuannya sendiri harus meninggalkan keluarganya, mungkin karena meninggal
dunia, menjalani hukuman, atau berperang; dan 5) krisis keluarga yang
disebabkan oleh faktor-faktor internal, misalnya gangguan keseimbangan jiwa
salah seorang anggota keluarga.
d. Masalah
Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah generasi muda pada umumnya
ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, seperti dalam bentuk radikalisme,
delinkuensi, dan sikap yang apatis. Sikap melawan mungkin disertai dengan rasa
takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang, sedangkan
sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi
muda biasanya menghadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang
mencapai usia remaja, secara fisik dia telah matang. Namun, untuk dapat dikatakan
dewasa dalam arti sosial, masih diperlukan faktor-faktor lainnya.
e. Pelanggaran
terhadap Norma-Norma Masyarakat
Setiap kelompok masyarakat memiliki aturan
yang mengatur pola kehidupan masyarakatnya. Aturan tersebut dapat dinamakan
sebagai norma bermasyarakat. Apabila salah satu di dalamnya melakukan
pelanggaran terhadap aturan atau norma tersebut, hal itu akan menyebabkan gesekan
di dalam kelompoknya. Pelanggar dapat dijatuhi hukuman yang telah disepakati
oleh seluruh bagian dari kelompok masyarakat tersebut. Pelanggaran terhadap
norma kemasyarakatan menjadi salah satu masalah sosial yang sering kali timbul
dalam kehidupan sosial manusia.
3. Kajian Masalah Sosial dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy
1. Kemiskinan
Mengetahui keadaan saya yang terjepit. Ayah ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah tempat mereka tinggal dan uang seluruhnya diberikan kepada saya. Untuk modal. Mereka berdua tinggal di ruko kecil dan sempit. (PPC: 35)
Dalam kutipan di atas diceritakan bahwa Pak Qalyubi mengalami kekurangan dalam hal ekonomi. Semua harta benda orang tuanya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup Pak Qalyubi. Pada awalnya orang tua Pak Qalyubi kaya raya, tetapi setelah Pak Qalyubi menikah dengan Yasmin, wanita asal Mesir, dia jatuh miskin. Semua harta yang dimilikinya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup serta menuruti permintaan Yasmin yang serbamewah. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemiskinan melanda Pak Qalyubi karena dia menikahi Yasmin yang suka hura-hura sehingga harta benda orang tua Pak Qalyubi dijual demi memenuhi kebutuhan Pak Qalyubi.
2. Kejahatan
Lalu dengan tanpa rasa dosa sedikitpun, Yasmin bercerita bahwa tadi sdiang saat saya sedang berkunjung ke tempat teman lama yang jadi staf KBRI dia ditelpon teman dan kekasih lamanya saat kuliah dulu. Teman lamanya itu telah menjadi bisnisman sukses di Cairo. Kebetulan istrinya baru saja meninggal. Yasmin diajak makan siang di hotelnya dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. (PPC: 36)
Yasmin
melakukan kejahatan kepada suaminya. Yasmin melakukan perselingkuhan dengan
mantan kekasihnya yang menjadi staf KBRI di Kairo. Yang lebih kejam lagi adalah
Yasmin menceritakan bahwa dia telah berselingkuh di hotel milik selingkuhannya
tersebut. Kejahatan yang dilakukan oleh Yasmin membuat Pak Qalyubi benar-benar
terpukul karena pada saat itu statusnya masih menjadi istrinya. Yasmin memang
mempunyai sifat tidak baik karena dia menginginkan suami yang mempunyai banyak
harta seperti mantan kekasihnya yang telah ditinggal meninggal istrinya dan
kini menjadi orang kaya. Di sisi lain, Pak Qalyubi sangat mencintai Yasmin dan
cinta itu lahir sejak dia menatap wajahnya. Kesabaran Pak Qolyubi diuji. Kemarahannya
akhirnya memuncak hingga dia memukul Yasmin.
Saya pukul dia habis-habisan. Hal yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan padanya. Saya sudah tidak kuat lagi menanggung penderitaan dan sakit batin yang tertahan. Saya sudah mengorbankan untuknya, tapi dia sungguh perempuan yang tidak berhati manusia. Atas tindakan saya dia lapor pada polisi dan keluarganya. Saya ditahan polisi Mesir beberapa hari. Yang menyakitkan seluruh keluarganya tidak ada yang membela saya. Bahwa kehormatan saya sebagai suaminya telah diinjak-injak. (PPC: 37).
Kejahatan
yang dilakukan oleh Yasmin di luar pikiran Pak Qalyubi. Dia tidak pernah
mengira bahwa istrinya akan melaporkannya ke polisi hingga dia harus mendekam
di penjara di Mesir. Ternyata selama Yasmin berada di Indonesia, dia selalu
mengirim surat kepada keluarga yang berada di Mesir. Tak heran jika keluarga
Yasmin tidak ada yang membela Pak Qalyubi pada saat Yasmin ingin bercerai.
Yasmin ternyata juga pandai mengadu domba dan memfitnah Pak Qalyubi.
Ternyata selama di Indonesia ddiam-ddiam Yasmin sering menulis cerita bohong pada keluarganya. Ddia bercerita tentang penderitaannya. Tentang perlakuan saya yang jahat padanya. Dan lain sebagainya. Penjelasan saya yang sesungguhnya tidak diterima oleh mereka. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya terus dipaksa untuk menceraikan Yasmin. (PPC: 37)
Pak
Qalyubi telah difitnah oleh Yasmin yang ingin bercerai dengannya. Padahal, Pak
Qalyubi sangat mencintai istrinya. Demi kesenangan istrinya, harta benda yang
dimilikinya dijual, tetapi balasannya tidak setimpal dengan apa yang telah
dilakukannya. Penyesalan Pak Qalyubi tiada berarti karena semua sudah terjadi.
Istri yang cantik dan menawan ternyata tidak bisa diandalkan. Hal tersebut
tersurat dalam kutipan di bawah ini.
Saya sangat menyesal, saya telah memilih jalan yang salah. Saya telah memilih istri yang salah. Saya menyesal telah menomorsatukan kecantikan. Istri yang cantik tapi berperangai buruk adalah siksaan paling menyakitkan bagi seorang suami. Dan itulah yang aku alami. (PPC: 38)
Kejahatan
dilakukan oleh istri Pak Qalyubi yang bernama Yasmin. Demi mantan kekasihnya
yang sudah menjadi staf KBRI di Mesir, dia rela untuk berpisah atau bercerai
dengan Pak Qalyubi serta anak-anaknya. Padahal, Pak Qalyubi telah merelakan
harta bendanya dijual untuk memenuhi keinginan sang istri. Namun, semua itu
dibalas dengan duka. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh Yasmin
telah menimbulkan masalah sosial berupa kejahatan. Kejahatan itu dilakukan
kepada suaminya, Pak Qalyubi. Yasmin memfitnah Pak Qalyubi karena ingin menikah
dengan mantan kekasihnya yang sudah menjadi orang kaya.
4. Disorganisasi
Keluarga
Tapi Yasmin bersihkukuh tidak akan kembali ke Indonesia selamanya. Keinginannya cuma satu, bercerai dengan saya! Dan tatkala saya hendak membawa seluruh anak saya pulang, Yasmin dan keluarganya mati-matian tidak memperbolehkan. Akhirnya saya hanya bisa membawa si sulung. Karena dia memang sangat dekat dengan kakek neneknya di Indonesia. (PPC: 37—38)
Disorganisasi
keluarga terjadi pada keluarga Pak Qalyubi. Pak Qalyubi dituntut bercerai oleh
istrinya, padahal Pak Qalyubi sangat mencintai istrinya. Perceraian tetap
dilakukan oleh Yasmin karena dia lebih memilih mantan kekasihnya. Pak Qalyubi
merasa tidak tahan berada di Mesir. Dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Pak Qalyubi hanya bisa membawa putra sulungnya karena Yasmin tidak ingin berpisah
dengan anaknya. Setelah beberapa saat di Indonesia, Pak Qalyubi mendapat surat
cerai dari pengadilan Mesir. Hancur hati Pak Qalyubi karena istri yang sangat
dicintai mudah berpaling.
Sejak itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu, saya mendapat surat cerai dari pengadilan Mesir. Sekaligus saya dapat salinan surat nikah Yasmin dengan teman lamanya itu. Kini saya merasa menjadi lelaki paling malang di dundia. Dan hati saya seperti ditusuk-tusuk dengan sembilu setdiap kali mendengar si sulung mengigau meminta ibunya pulang tdiap malam. (PPC: 38)
Akhirnya,
Pak Qalyubi benar-benar bercerai dengan Yasmin. Dia tidak menginginkan perceraian,
tetapi Yasmin tetap menginginkan perceraian. Surat keputusan cerai dan salinan
surat nikah Yasmin bersama teman lamanya dikirimkan ke Indonesia. Jarak yang
memisahkan membuat putra sulungnya merindukan sosok ibunda serta keluarga yang
berada di Mesir. Cerita dari Pak Qalyubi kemudian menyadarkan tokoh Aku yang beruntung mendapatkan istri
yang berasal dari Jawa yang selalu mengabdi dan berkorban. Tokoh Aku yang selama 2 bulan berpisah dengan
Raihana kemudian merasa bersalah dan ingin bertemu dengan Raihana untuk meminta
maaf.
Pak Qalyubi menyadarkan diriku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang di mata. Sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan padanya menyelinap dalam hati. Ddia istri yang sangat salehah. (PPC: 38—39)
Tokoh
Aku pada Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy ini
tidak mencintai istrinya yang bernama Raihana. Dalam hal ini, kepala keluarga
tidak bisa memberikan nafkah batin dan tidak bisa melakukan apa yang harus
dilakukan oleh kepala keluarga pada umumnya. Pernikahannya dilakukan karena
sejak tokoh Aku dalam kandungan, dia sudah dijodohkan dengan anak sahabat karib
Ibu sewaktu menjadi santri di Mangkuyudan, Solo. Raihana meninggal dunia karena
jatuh di kamar mandi, padahal dia sedang hamil.
Istrimu telah meninggal satu minggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal dia berpesan untuk memintakan maaf kepadamu atas segala kekurangan dan khilafnya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. (PPC: 44)
Aku
sangat merasa kehilangan Raihana karena Raihana meninggal dunia. Raihana
meninggal dunia dalam keadaan hamil. Karena tokoh Aku sulit dihubungi saat itu,
keluarga Raihana tidak mengabarinya apa pun. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa disorganisasi keluarga dalam novel ini adalah adanya
perceraian antara tokoh Pak Qolyubi dan tokoh Yasmin serta adanya kekosongan
rasa dalam hati tokoh Aku terhadap istrinya Raihana sehingga menimbulkan
penyesalan.
5. Pelanggaran
terhadap Norma-Norma Masyarakat yang Berlaku
“Lalu dengan tanpa rasa dosa sedikitpun, Yasmin bercerita bahwa tadi siang saat saya sedang berkunjung keteman lama yang jadi staf KBRI ddia ditelfon teman dan kekasih lamanya saat kuliah dulu. Teman lamanya telah menjadi bisnisman sukses di Cairo. Kebetulan istrinya baru saja meninggal. Yasmin diajak makan sdiang di hotelnya. Dan dilanjutkan dengan perselingkuhan.” (PPC:36).
Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat dilakukan oleh Yasmin yang melakukan perselingkuhan dengan mantan kekasihnya. Yasmin hanya mementingkan harta dunia sehingga dia lebih memilih teman lamanya. Perselingkuhan kemudian diketahui Pak Qalyubi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Yasmin telah melanggar norma dengan melakukan perselingkuhan dengan mantan kekasihnya, padahal dia telah berkeluarga.
Simpulan
Masalah
sosial yang terkandung dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya
Habiburrahman El Shirazy adalah kemiskinan yang melanda Pak Qalyubi sehingga
mengakibatkan dia ditinggalkan istrinya; disorganisasi keluarga yang dialami
oleh Pak Qalyubi yang bercerai dengan Yasmin; kekosongan hati (tidak ada rasa
cinta) tokoh Aku terhadap istrinya, Raihana; dan pelanggaran terhadap
norma-norma masyarakat yang dilakukan oleh Yasmin yang melakukan perselingkuhan
dengan mantan kekasihnya.
Rujukan
El Shirazy, Habiburrahman.
2005. Pudarnya Pesona Cleopatra (Sebuah Novel Pembangun
Jiwa).
Jakarta: Republika.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Semi,
Atar. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.
Soekamto, Soejono.
1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Arbi Sanit
...