TikTok sebagai Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang wajib
dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia
memiliki empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa, yaitu
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa Indonesia
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia serta untuk menguasai ilmu dan teknologi.
Inovasi pembelajaran bahasa Indonesia sangat perlu dilakukan agar
pembelajaran tidak membosankan. Salah satunya dengan menggunakan aplikasi TikTok yang merupakan sebuah jaringan sosial dan platform video musik
Tiongkok yang diluncurkan pada September 2016. Aplikasi tersebut membolehkan
para pemakai untuk membuat video musik pendek mereka sendiri. Sepanjang kuartal
pertama (Q1) 2018, TikTok mengukuhkan diri sebagai aplikasi paling banyak
diunduh yakni 45,8 juta kali. Jumlah itu mengalahkan aplikasi populer lain
semacam YouTube, WhatsApp, Facebook Messenger, dan Instagram (Fatimah Kartini
Bohang, 2018). Menurut tekno.kompas.com ada sekitar 10 juta pengguna aktif
aplikasi TikTok di Indonesia. Mayoritas dari pengguna aplikasi TikTok di
Indonesia sendiri adalah anak milenial, usia sekolah, atau biasa dikenal dengan
generasi Z.
Kementerian Komunikasi dan
Informasi telah melakukan pemantauan mengenai aplikasi ini
selama sebulan dan mendapati akan banyak sekali masuknya laporan yang mengeluh
tentang aplikasi ini. Namun,
dengan berbagai pertimbangan dan regulasi baru pada bulan Agustus 2018 aplikasi
TikTok ini dapat kembali di unduh. Salah satu regulasi yang ditengarai adalah
batas usia pengguna, yaitu usia 11 tahun. Terlepas dari kontrovesi tersebut,
melihat fakta jumlah pengguna yang mencapai 10 juta lebih di Indonesia dan
mayoritas merupakan anak usia sekolah (siswa) dapat diketahui bahwa aplikasi
TikTok menjadi primadona, digandrungi, dan menarik minat para milenialyang
mayoritas anak usia sekolah. Berdasarkan hal tersebut, sebagai salah satu upaya
inovasi dalam pembelajaran, aplikasi TikTok dapat diolah menjadi
media pembelajaran yang menarik dan interaktif bagi siswa.
Aplikasi TikTok dapat digunakan sebagai
media dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia karena dapat memenuhi
kebutuhan belajar siswa dan menarik
minat siswa dengan
keterbaharuannya, serta
memiliki banyak fitur yang dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran.
Selain itu, aplikasi ini ekuivalen dengan perkembangan kematangan dan
pengalamannya serta karakteristik peserta didik yang merupakan generasi
milenial yang lekat dengan dunia digital khususnya gawai.
Aji & Budiyono (2018) menyatakan,“The
success of Curriculum 2013 implementation can be assessed through the
implementation of the learning plan, learning process, the formation of
competence, and the character of learners. In general, learning activities
include initial activity or opening, core activity or the inclusion of
competence and character, and the final or concluding activities”.
Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dapat diukur melalui proses perencana
pembelajaran yang matang. Salah satunya adalah pemilihan media pembelajaran
yang tepat. Media pembelajaran berupa aplikasi
TikTok dapat dijalankan pada perangkat bergerak berbasis Android dan iOS sehingga media pembelajaran ini dapat dioperasikan kapan pun dan di mana pun.
Media pembelajaran ini termasuk dalam kategori media pembelajaran berbasis mobile
learning. O’Malley dalam Purbasari (2013), mobile learning yaitu
suatu pembelajaran yang pembelajar (learner) tidak diam pada satu tempat
atau kegiatan pembelajaran yang terjadi ketika pembelajar memanfaatkan
perangkat teknologi bergerak. Aplikasi TikTok
dalam pembelajaran keterampilan bersastra dapat diterapkan dalam banyak kompetensi dasar, misalnya keterampilan bermain peran. Dalam kompetensi dasar tersebut menekankan pada aspek
suprasegmental siswa dalam memerankan sebuah naskah drama, dialog, atau bahkan
monolog. Siswa dapat diminta
untuk menyiapkan sebuah rekaman yang berisi nasrasi, dialog, dan monolog,
kemudian siswa dapat mengunggahnya dengan fitur media lagu latar yang ada pada aplikasi TikTok. Setelah terunggah siswa diminta untuk suam mulut (dubing)
suara yang terunggah tersebut dengan menggunakan ekspresi yang tepat. Setelah
itu, dikomunikasikan dalam jejaring kelas. Pada tahap ini guru dan siswa dapat melakukan evaluasi bersama. Siswa dapat memanfaatkan fitur duet atau kolaborasi
untuk membuat sebuah percakapan/dialog.
Arono dalam Loren (2017) mengatakan, ”That
interactive multimedia is an effective learning medium for improving critical
listening skills for students. learning media as one component in learning
plays an important role for learning and can take place in accordance with the
purpose of learning.” Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa
dibutuhkan media pembelajaran yang bersifat audio visual untuk
menunjang pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk
keterampilan menyimak. Hal itu sejalan dengan karakter dan fitur yang
ditawarkan aplikasi TikTok dengan mengakomodasi
kebutuhan audio visual. Aplikasi ini juga memiliki fitur
duet sehingga
dapat menampilkan pembelajaran menyimak yang bersifat kooperatif. Contoh guru menampilkan sebuah video drama pendek di
TikTok lalu siswa diminta menyimak dan
memahami alur cerita drama dalam video tersebut.
Dalam keterampilan
berbicara kemampuan yang ditargetkan adalah mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan atau
menyampaikan maksud, ide, gagasan, dan pikiran, serta perasaan yang disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat
dipahami (Wahyuni Oktavia & Kunci, 2015). Sejalan dengan target kemampuan dalam keterampilan berbicara aplikasi
TikTok memberi kemudahan dan keluwesan kepada penggunanya untuk memasukkan
suara latar ke dalam aplikasi, yaitu dengan cara mengolah kata-kata yang
mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan maksud, ide, gagasan, dan pikiran,
serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak. Contoh pemanfaatannya adalah dalam kompetensi dasar
menceritakan kembali isi teks narasi. Langkah yang dilakukan guru memberikan
teks narasi untuk dicermati. Setelah itu, siswa diminta mengubah teks tersebut menjadi sebuah dialog percakapan. Dialog yang sudah dibuat kemudian direkam dan
dipraktikkan melalui fitur duet yang disediakan TikTok.
Selanjutnya dalam keterampilan menulis,
kemampuan yang ditargetkan adalah mampu
menuangkan gagasan atau ide ke dalam sebuah tulisan supaya orang lain dapat
memahami dan mengerti informasi yang tertuang di dalamnya (Aji, 2016). Aplikasi TikTok dapat mengakomodasi keterampilan ini, contohnya guru
memberikan gambar atau rekaman terhadap sebuah objek tertentu dengan
menggunakan fitur rekam. Setelah itu, siswa diminta menulis teks deskripsi
sesuai dengan objek yang telah diamati. Tulisan tersebut lantas dibacakan serta
direkam dengan fitur rekam suara. Selanjutnya adalah menggabungkan semuanya
menjadi video yang utuh. Kemudian hasil video tersebut disajikan di jejaring media
sosial dan dapat dievaluasi
bersama.
Selain keterampilan berbicara dan menulis, salah satu
keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap orang adalah keterampilan membaca.
Tomkins dan Hoskisson dalam Darmawan (2013) menjelaskan, “Reading has
two purposes: they are reading for enjoyment and reading to carry away
information. Reading for enjoyment focuses on the lived-through experience of
reading. They concentrate on the thought, images, feelings, and associations
evoked during reading. Reading to carry away information concentrates on the
public, common referents of the words and symbol in the text.” Tujuan membaca dibedakan menjadi dua, yaitu membaca
untuk tujuan rekreatif dan membaca untuk tujuan pengalian informasi. Membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia
sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan dan wawasan.
Membaca adalah sebuah proses yang bisa dikembangkan dengan menggunakan teknik–teknik yang
sesuai dengan tujuan membaca tersebut (Syifak, 2013). Contoh
pemanfaatannya adalah siswa diminta membaca
teks berita sesuai
dengan teknik yang tepat kemudian merekam dan mengunggah
di media sosial sehingga dapat dievaluasi bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, W. N. (2016). Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi dengan
Metode Inquiry discovery Learning dan Penggunaan Media Video pada Siswa
Kelas VII G SMP Negeri 3 Colomadu. Magistra, 95, 34–42.
Aji, W. N., & Budiyono, S. (2018). The Teaching Strategy of Bahasa
Indonesia in Curriculum 2013. International Journal of Active Learning,
3(2), 58–64. https://doi.org/10.15294/IJAL.V3I2.12222
Darmawan, S. L. (2013). Promoting Students Explicit Information Skill in
Reading Comprehension Through Graphic Organizers. Premise Journal:ISSN Online:
2442-482x, ISSN Printed: 2089-3345, 2(2), 112–118. https://doi.org/10.24127/pj.v2i2.684
Fatimah Kartini Bohang. (2018). TikTok Punya 10 Juta Pengguna Aktif di
Indonesia- Kompas.com. Retrieved September 10, 2018, from https://tekno.kompas.com/read/2018/07/05/09531027/tik-tok-punya-10-jutapengguna-aktif-di-indonesia
Loren, F. T. A. (2017). The Use of Learning Media on Listening Skill in Teaching Indonesian to Speakers of Other Language (Tisol). Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa, 11(1), 1. https://doi.org/10.24036/ld.v11i1.7625
Purbasari, R. J. (2013). Pengembangan Aplikasi Android sebagai Media
Pembelajaran Matematika pada Materi Dimensi Tiga untuk Siswa SMA Kelas X.
Jurnal Online Universitas Negeri Malang.
Syifak, M. (2013). Penggunaan Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Nyaring Siswa Kelas III SDN Margorejo III/ 405 Surabaya M. Syifak.
Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol 1
Wahyuni Oktavia, S., &
Kunci, K. (2015). Inovasi Model Partisipasi Solusi (Partisol) untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa. Seminar Nasional Pendidikan Bahasa
Indonesia, 2477–2636.
Jatu Kaannaha Putri
...