Manfaat UKBI Adaptif Merdeka
Sejak diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi, Nadiem A. Makarim, pada tanggal 29 Januari 2021, Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka sampai dengan Agustus 2022 telah
diujikan kepada 284.819 penutur bahasa Indonesia. Angka itu menunjukkan
lonjakan drastis dalam hal jumlah peuji UKBI jika dibandingkan dengan waktu dua
tahun dalam masa lalu sebelum pengembangan UKBI Adaptif Merdeka. Perlu dicatat
bahwa angka itu tidak menunjukkan homogenitas peuji karena peuji berasal dari
berbagai kalangan penutur bahasa Indonesia, baik pelajar, mahasiswa, guru,
dosen, pejabat fungsional, kalangan profesional, pejabat struktural, maupun
penutur asing.
Angka yang hampir mencapai 300 ribu itu juga menggambarkan keluasan
wilayah asal peuji yang mencakupi peuji
dari Provinsi Aceh hingga Provinsi Papua, juga peuji warga negara asing yang
berasal dari berbagai negara. Selain itu, angka itu dapat dibedah untuk menunjukkan
keragaman hasil uji, mulai dari yang tidak berpredikat (kondisi prawicara),
predikat Terbatas yang terendah hingga predikat Istimewa yang merupakan
predikat tertinggi dalam UKBI. Dapat dikatakan bahwa angka itu mencerminkan
keragaman peuji dan hasil uji, dari
jenjang kemahiran terendah hingga yang tertinggi, sesuai dengan karakteristik
UKBI Adaptif Merdeka, yaitu adaptif, dinamis, andal, dan canggih.
Keunggulan
UKBI
Sekalipun beberapa pakar psikometri di tanah air telah menyampaikan
keunggulan UKBI, terdapat ruang yang perlu diisi dengan sangat kuat berkaitan
dengan manfaat UKBI. Sebelum mempersoalkannya lebih jauh tentang manfaat UKBI,
dapat diungkap terlebih dahulu keunggulan UKBI sebagai sebuah tes bahasa.
Dalam Diseminasi Kemahiran Berbahasa Indonesia Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, salah seorang pakar psikometri, Bahrul Hayat, berpendapat bahwa UKBI pada beberapa tahun ini merupakan fenomena baru yang diunggulkan dalam pengujian bahasa di tanah air. Setidaknya ada empat hal yang melekat pada UKBI Adaptif Merdeka. Keempat hal itu menandai UKBI Adaptif Merdeka sebagai tes yang bermutu dan modern. Pertama, instrumen UKBI telah memiliki pijakan teori yang kukuh, baik dari sisi kebahasaannya maupun teori tesnya yang mengadopsi sistem uji MSAT (multistage adaptive testing). Kedua, dalam menyeleksi dan membangun bank soal, UKBI telah menggunakan analisis psikometri. Ketiga, UKBI telah memiliki skala penilaian yang baku, yaitu penskoran dengan rentang 251—800 dan tujuh predikat dengan rentang skor tertentu (lihat ukbi.kemdikbud.go.id) yang disertai dengan deskripsi untuk variabel yang diukur. Keempat, UKBI telah memperhatikan administrasi tes dengan menggunakan sistem yang canggih, mulai dari pendaftaran, pengujian (memperdengarkan suara dialog/monolog, merekam tulisan, dan merekam suara peuji), hingga sertifikasi digital yang berskala nasional yang ditandatangani oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz. Keempat hal itu dapat terangkum dalam beberapa pilihan kata untuk menggambarkannya, yaitu adaptif, dinamis, andal, dan canggih.
Tes yang telah dikembangkan dan diimplementasikan oleh suatu lembaga tentu diharapkan memiliki dampak bagi masyarakat. Demikian pula dengan pengembangan dan pelaksanaan UKBI Adaptif Merdeka yang diharapkan berdampak positif bagi penutur bahasa Indonesia. Dampak positif ini mengacu pada peningkatan kualitas berbahasa penutur bahasa Indonesia. Hubungan tes dan dampaknya dapat dilihat dalam gambar berikut.
Dari gambar dapat dilihat bahwa tes dapat berdampak positif, berdampak negatif, berdampak positif sekaligus negatif, dan tidak berdampak. Dengan jumlah peuji yang mencapai hampir 300 ribu orang pada saat tulisan ini disusun, UKBI Adaptif Merdeka memiliki dampak postif bagi pengembangan dan pembinaan bahasa di Indonesia. Dampak postif itu dapat disetarakan dengan manfaat UKBI Adaptif Merdeka bagi masyarakat penutur bahasa Indonesia, lembaga, bangsa, dan negara. Manfaat tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yaitu manfaat praktis, manfaat elitis, manfaat ideologis, dan manfaat teoretis. Keempat hal tersebut akan dipaparkan selanjutnya dalam tulisan ini.
MANFAAT
PRAKTIS
Manfaat praktis UKBI Adaptif Merdeka dapat didefinisikan
secara operasional sebagai keuntungan yang diperoleh penutur bahasa Indonesia,
lembaga, dan negara atas keikutsertaan penutur bahasa Indonesia sebagai peuji
dan pemerolehannya atas sertifikat UKBI Adaptif Merdeka. Manfaat praktis UKBI
Adaptif Merdeka bagi penutur bahasa Indonesia adalah dapat meningkatkan nilai
tambah kualitas diri peuji sebagai sumber daya manusia yang telah teruji dengan
UKBI. Beberapa manfaat praktis yang dapat diketengahkan adalah sebagai berikut.
A. Kemudahan akses ke jenjang pendidikan selanjutnya
Bagi kalangan pelajar, sertifikat
UKBI dapat dijadikan sebagai salah satu hal yang perlu dimiliki agar dapat
dipertimbangkan dalam pemilihan jenjang pendidikan selanjutnya. Beberapa dinas Pendidikan
kabupaten telah memberikan kemudahan bagi peserta UKBI kalangan pelajar jenjang
SMP yang memperoleh skor tinggi untuk memilih sekolah yang diminati. Di sisi
lain, pengalaman mengikuti UKBI dari kalangan pelajar SMA ternyata mampu
meningkatkan skor UTBK pelajar di sekolahnya. Bahkan, secara khusus ada sekolah
yang berkirim kabar bahwa siswa sekolah memiliki kenaikan skor yang tinggi
dalam UTBK setelah mereka mengikuti UKBI Adaptif Merdeka.
B. Pemenuhan syarat beasiswa
Sertifikat UKBI saat
ini telah dijadikan sebagai pemenuhan syarat bagi pelajar dan mahasiswa dalam
pemerolehan beasiswa dari beberapa lembaga pemerintah dan swasta. Beberapa
mahasiswa bahkan mengaku baru mengetahui UKBI setelah yang bersangkutan
mendaftar sebagai peserta beasiswa. Diharapkan pada masa depan lembaga pemberi
beasiswa nasional dan pemberi beasiswa tingkat institusional dapat secara
konsisten mensyaratkan hasil UKBI kepada calon penerima beasiswa.
C. Syarat keberhasilan pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional
Salah satu upaya peningkatan mutu para pejabat fungsional adalah memberikan mereka pendidikan dan pelatihan. UKBI telah dijadikan sebagai salah satu mata diklat yang bermuara pada peningkatan kemahiran berbahasa Indonesia peserta diklat. Jabatan fungsional tertentu, seperti penerjemah melalui lembaga Sekretariat Kabinet dan widyabasa melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, telah mensyaratkan sertifikat UKBI sebagai salah satu hal yang dinilai dalam pemenuhan jenjang jabatannya. Pejabat fungsional lainnya, seperti guru, dosen, widyaiswara, widyaprada, dan penyuluh di bidang apa pun diharapkan akan menjadikan UKBI sebagai mata diklat peningkatan mutu sumber daya manusia.
D. Syarat
kelulusan
Setidaknya terdapat 70 perguruan tinggi di Indonesia yang telah
menjadikan UKBI sebagai salah satu syarat kelulusan. Ada yang menerapkan UKBI
untuk kelulusan mata kuliah Bahasa Indonesia dan ada yang menerapkannya untuk
syarat mengikuti sidang skripsi, tesis, atau disertasi. Selain itu, ada pula
yang menerapkannya sebagai syarat kelulusan mahasiswa dari perguruan tinggi.
Bahkan, ada pula yang sejak awal menjadikan
UKBI sebagai syarat masuk perguruan tinggi, khususnya untuk mahasiswa jurusan
Bahasa Indonesia dan mahasiswa asing. Keragaman penggunaan tersebut bergantung
pada kebijakan perguruan tinggi. Keragaman tersebut menunjukkan fleksibilitas
penggunaan UKBI yang disesuaikan dengan
kebutuhan penutur bahasa Indonesia.
E. Syarat bekerja
Pekerjaan tertentu, misalnya diplomat asing yang akan bekerja di
Indonesia dan warga negara asing yang bekerja di dunia perbankan, telah dipersyaratkan
untuk mengikuti UKBI. Pekerjaan lain, seperti wartawan dari kantor berita nasional
dan transkriptor dari lembaga negara, telah dipersyaratkan untuk memiliki sertifikat
UKBI. Pengajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) yang diutus oleh
negara ke berbagai negara di dunia, baik dengan pengajaran tatap muka maupun
pengajaran daring, juga telah dipersyaratkan untuk memiliki sertifikat UKBI. Beberapa
lembaga yang akan memilih pimpinan di lingkungan lembaganya juga telah
menetapkan sertifikat UKBI sebagai salah satu pertimbangan dalam penilaiannya. Pada
masa depan diharapkan pekerjaan seperti editor, penulis, dan wartawan akan
mensyaratkan juga hasil UKBI sebagai jaminan mutu profesi tersebut dalam melaksanakan
kerja profesionalnya yang sangat erat hubungannya dengan kemahiran berbahasa.
MANFAAT ELITIS
Manfaat elitis dapat didefinisikan sebagai keuntungan
yang tinggi bagi lembaga pengguna UKBI atas penerapan sertifikat UKBI kepada
pemangku kepentingan yang berada di wilayah kewenangannya. Keuntungan yang
tinggi itu dapat dipahami karena instrumen UKBI Adaptif Merdeka dapat dijadikan
sebagai saringan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan
untuk dapat belajar dan bekerja secara cepat dan tepat. Kemampuan belajar
secara cepat dan tepat itu memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan memahami
informasi dalam kemahiran mendengarkan dan membaca. Demikian pula, produktivitas
bekerja yang dilakukan secara cepat dan tepat memiliki kaitan yang erat dengan
kemahiran berbicara dan menulis.
Produktivitas bekerja berkaitan dengan proses komunikasi kepada para pemangku
kepentingan serta pencatatan data yang dimulai dari perencanaan, pelaporan, hingga
penyampaian hasil kerja. Aktivitas tersebut berkaitan dengan kemampuan daya
tangkap, daya tahan, daya serap, dan daya ungkap seseorang yang berhubungan
dengan informasi. Semua hal tersebut membutuhkan kemahiran menulis dan
kemahiran berbicara di samping kemahiran mendengarkan dan membaca.
Manfaat elitis tersebut lebih terlihat secara langsung pada lembaga yang
membidangi pekerjaan yang berhubungan dengan kebahasaan, seperti penerbitan,
pendidikan, dan jurnalistik. Sebaliknya, manfaat elitis ini mungkin tidak dapat
terlihat secara langsung, terutama bagi lembaga yang tidak membidangi
kebahasaan, seperti bidang teknik, industri, pariwisata, dan teknologi. Akan
tetapi, manfaat elitis ini merupakan investasi besar dalam membangun kemajuan
lembaga, apa pun bidang kerjanya.
MANFAAT
IDEOLOGIS
Manfaat ideologis dapat didefiniskan
sebagai keuntungan yang diperoleh bangsa dan negara dalam hal penguatan
ideologis kebangsaaan dari penutur bahasa Indonesia. Ratusan ribu peserta yang
mengikuti UKBI telah terpajan dengan teks bahasa Indonesia yang memuat tidak hanya
informasi yang bermanfaat, tetapi juga contoh teks yang bermakna dengan bahasa
yang baik dan benar dalam wacana dan
soal yang disajikan dalam UKBI Adaptif Merdeka. Pemajanan ini akan memberi
gambaran penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada peuji dari berbagai kalangan.
Kalangan pelajar yang telah mengikuti UKBI Adaptif Merdeka juga memberi
penghargaan dan minat yang lebih baik terhadap pelajaran Bahasa Indonesia. Jika
dikaitkan dengan Pelajar Pancasila, keikutsertaan pelajar dalam mengikuti UKBI,
setidaknya telah menguatkan beberapa karakter pelajar yang diharapkan terdapat
dalam Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia yang dalam hal ini berupa akhlak kepada manusia dengan
berbahasa yang baik dan benar serta akhlak bernegara dengan menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Selain itu, karakter mandiri dan bernalar kritis
juga dapat diperoleh pelajar ketika bersentuhan dengan proses pendaftaran dan
pengujian serta saat menjawab soal UKBI Adaptif Merdeka yang bervariasi dan berjenjang.
MANFAAT
TEORETIS
Manfaat teoretis dapat didefinisikan secara
operasional sebagai keuntungan bagi perkembangan ilmu, pengetahuan, dan
teknologi atas pengembangan dan pelaksanaan UKBI Adaptif Merdeka. UKBI Adaptif
Merdeka merupakan salah satu model penerapan teori tes MSAT dalam tes bahasa.
Setakat ini UKBI Adaptif Merdeka merupakan pelopor dalam penerapan teori MSAT dalam
tes bahasa yang diterapkan dalam skala nasional, dilakukan secara masif, dan
dilakukan dengan teknologi informasi yang canggih. Kecanggihan itu pada masanya
nanti tentu akan tereduksi dengan kemajuan dan kebaruan dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karena itu, akan
sangat terbuka bagi pihak mana pun yang akan berkontribusi dalam mengkaji UKBI Adaptif
Merdeka agar sebagai tes standar dengan skala nasional, bahkan digunakan secara
internasional, UKBI dapat makin berkembang dan dapat selalu seturut dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Bahasa Indonesia bagi penutur di Indonesia tidak selalu merupakan bahasa
ibu karena bahasa ibu penutur bahasa Indonesia bisa jadi berupa bahasa daerah.
Akan tetapi, penguasaaan bahasa ibu yang baik tidak
menghambat seseorang untuk memiliki kemahiran berbahasa Indonesia yang mumpuni.
Oleh karena, keberadaan
bahasa Indonesia tidak perlu dipertentangkan dengan keberadaan bahasa daerah.
Ada banyak peluang secara teoretis bahwa seseorang mampu menjadi poliglot yang menguasai
dua bahasa atau lebih dengan
baik, apalagi dalam
konteks bahasa Indonesia dan bahasa daerah,
dua bahasa tersebut memiliki
kedudukan yang penting, sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa daerah.
Kemahiran berbahasa Indonesia bagi penutur bahasa Indonesia dapat
diperoleh dengan dua jalan, jalan pemerolehan dan jalan pembelajaran. Jalan
pemerolehan merupakan hal yang dilalui oleh penutur bahasa Indonesia yang
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ia terlahir, tumbuh dan
berkembang dengan menggunakan bahasa Indonesia. Jalan pembelajaran merupakan
hal yang dilalui penutur bahasa Indonesia melalui pembelajaran, baik formal maupun
nonformal. Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa kedua, bahkan
bahasa asing bagi dirinya.
Geenberg telah melakukan pemilahan fitur
bahasa untuk melihat sisi persamaan dan perbedaan bahasa. Pemilahan tersebut
berhasil menentukan fitur yang dimiliki oleh semua bahasa, fitur yang dimiliki
kebanyakan bahasa, dan fitur yang dimiliki oleh beberapa bahasa. Dengan memahami itu, khususnya bagi penutur muda,
penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dapat
seiring dengan penguasaan bahasa daerah yang digunakan dalam hubungan keluarga,
kekerabatan, dan sosial.
Manfaat teoretis juga dapat diperoleh dengan mengembangkan lebih lanjut
sistem pengujian UKBI untuk tes bahasa daerah. Peluang pengembangan untuk tes
kemahiran berbahasa daerah yang adaptif bagi penutur, mulai dari penutur muda,
dewasa, hingga penutur tua sangat besar potensinya. Bahasa Indonesia memiliki
718 bahasa daerah. Dari ratusan bahasa daerah tersebut, sebagian kecil telah dikenai
program revitalisasi dan konservasi. Sistem pengujian kemahiran berbahasa yang
adaptif akan dapat menguji penutur bahasa daerah dengan beragam latar
bahasa sehingga akan menjadi tes
multibahasa spektakuler. Tes itu merupakan suatu ancangan potensial karena sumber
daya yang dikuasai oleh para ahli bahasa dan kolaborasi kerja yang terbuka
dengan para ahli di bidang linguistik komputasional, ahli psikometri, serta
ahli teknologi informasi. Tentu saja pengembangan tersebut membutuhkan kerja
sama berbagai pihak, baik pemangku kepentingan maupun pemangku kebijakan di
bidang bahasa daaerah.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah mewujudkan tes UKBI
Adaptif Merdeka dengan layanan yang dapat diakses lintas wilayah dan lintas
negara dapat berkolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak dalam
pengembangan UKBI agar lebih berdampak positif. Manfaat UKBI sebagaimana yang sudah dijelaskan merupakan
petikan realitas yang dapat diidentifikasi. Selain itu, masih terbuka beragam
manfaat yang dapat diungkap jika diawali dengan iringan semangat berbagai pihak
untuk meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesia.
Pada akhirnya, UKBI
Adaptif Merdeka yang lahir dari rahim ibu pertiwi diharapkan dapat tumbuh,
berkembang, dan bermanfaat secara optimal sehingga lebih luas dan berderet lagi
manfaat praktis, elitis, ideologis, dan teoretis
yang didapat. Dengan meningkatnya kesadaran para pengambil kebijakan
untuk menerapkan UKBI Adaptif Merdeka bagi penutur bahasa Indonesia yang
menjadi sasaran pembinaan dan kewenangannya, makin tergali manfaat yang
beragam. Kita merupakan bagian dari penutur bahasa Indonesia yang mengawali
kehidupan sosialnya dengan bahasa, menjalani proses kemanusiaannya dengan
bahasa, dan mengakhirinya dengan meninggalkan jejak bahasa. UKBI Adaptif
Merdeka, teruji lebih terpuji, teruji UKBI bukti cinta NKRI.
Dr. Atikah Solihah
Penulis merupakan Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional UKBI di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.