Pembelajaran Daring bagi Siswa Berkebutuhan Khusus
Pembelajaran daring merupakan bentuk dari pelayanan
pendidikan bagi siswa yang mengalami hambatan jarak. Pembelajaran daring
menjembatani kondisi keharusan untuk tetap megikit pembelajaran,
tetapiterkendala situasi yang tidak mendukung (pandemi Covid-19), jarak, waktu,
dan lain sebagainya yang tidak mengurangi pelayanan pembelajaran bagi siswa.
Pendidikan bertujuan membangun kemandirian dan meningkatkan keterampilan
adaptif pada setiap anak. Oleh karena itu, belajar merupakan hak bagi setiap
siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus.
Kaplan (Tanduklangi & Amri, 2019) menjelaskan
pembelajaran daring adalah pendekatan pembelajaran yang tidak menuntut siswa
hadir secara fisik di sekolah. Pembelajaran daring terjadi ketika guru dan
siswa dipisahkan oleh ruang dan waktu, tetapi tetap bersifat interaktif.
Interaksi antara guru dan siswa dimediasi dengan satu atau lebih teknologi
(Cavanaugh, 2006; Laudato, 2002). Manfaat pembelajaran daring meliputi
fleksibilitas dalam pembelajaran, aksesibilitas, dan kemampuan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang serba mandiri, serta lebih sedikit waktu
yang terbuang (McVey, 2008). McVey juga menyebutkan kekurangan dari
pembelajaran daring ini, yaitu berkurangnya motivasi dan disiplin siswa yang
rendah dalam belajar Hal ini dipengaruhi bagaimana guru terlatih menyampaikan
dan membuat pembelajaran yang bermakna saat pembelajaran daring.
Pembelajaran
yang bermakna dapat terwujud ketika guru dan siswa dapat berinteraksi dan membangun ikatan yang kuat.
Chakraborty & Nafukho (2014) menyebutkan ada lima hal yang harus dilakukan
guru dalam memperkuat ikatan dengan siswa, yaitu (1) menciptakan dan memelihara
lingkungan belajar yang positif; (2) membangun komunitas belajar; (3)
memberikan umpan balik yang konsisten secara tepat waktu; (4) mempraktikkan fleksibilitas menggunakan teknologi untuk
memberikan konten yang tepat; dan (5) menyediakan sistem dukungan yang tepat.
Interaksi dan ikatan tersebut dapat terbangun apabila pada pelaksanaan pembelajaran
daring dapat berlangsung secara
interaktif. Cavanaugh (2006) menjelaskan bahwa pembelajaran daring yang interaktif dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui chat,
telepon, audio conference, video conference, broadcast audio dan video.
Pembelajaran daring bagi siswa khususunya siswa berkebutuhan
khusus sangat membutuhkan peran orang tua/pendamping untuk mendampingi saat
pembelajaran daring berlangsung. Orang tua/pendamping siswa berkebutuhan khusus
dalam pembelajaran daring berperan sebagai sebagai penghubung antara guru dan
siswa. Selain itu, keberadaannya dibutuhkan bukan hanya sebagai penghubung
antara guru dan siswa, tetapi juga dalam penggunaan teknologi yang digunakan
saat belajar, contohnya dalam mengoperasikan penggunaan gadget atau laptop saat
pembelajaran daring berlangsung.
Keberhasilan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti keterampilan yang diperlukan dalam belajar
dan komunikasi, adaptasi teknologi, mengaitkan pembelajaran ke dalam aktivitas
yang relevan, dan keterampilan mencari sumber belajar yang baik (Cavanaugh,
2006). Keterampilan-keterampilan tersebut membutuhkan
perhatian khusus bagi siswa berkebutuhan khusus, contohnya bagi siswa autis yang memiliki salah satu kriteria yaitu memiliki hambatan
dalam berkomunikasi. Hambatan
siswa autis ini menjadi kendala dalan keberhasilan pembelajaran daring jika
didasarkan pada teori
Cavanaugh. Berdasarkan contoh tersebut, maka pembelajaran daring bagi
siswa berkebutuhan khusus dapat dilaksanakan dengan melibatkan pendamping baik orang tua, pengasuh, atau orang terdekat lain.
Pembelajaran daring bagi siswa berkebutuhan khusus juga
harus memperhatikan kondisi antara rumah dan sekolah yang tentu berbeda
sehingga membutuhkan adaptasi dan penyesuaian bagi siswa berkebutuhan khusus.
Pembelajaran bagi siswa kebutuhan khusus selain mencakup akademik, juga
mencakup pemberian pemahaman pada perkembangan fisik dan mental sehingga
membutuhkan keterampilan khusus dalam pelaksanaannya. Pendamping pembelajaran
daring bagi siswa berkebutuhan khusus diharapkan memiliki kemampuan mengaitkan
pembelajaran kontekstual dengan kehidupan di rumah dan kemampuan menciptakan
situasi belajar yang kondusif. Hal tersebut berkaitan dengan emosi dan perilaku
siswa berkebutuhan khusus yang terkadang tidak stabil sehingga jika memiliki
permasalahan sekecil apapun dapat mengganggu proses pembelajaran daring di
rumah. Subarto (2020) menjelaskan bahwa orang tua memiliki peran penting dalam
membangun regulasi diri anak dan penguatan selama pembelajaran di rumah.
Kompetensi dan keterampilan guru sangat berpengaruh untuk
meningkatkan keberhasilan pembelajaran daring, dalam hal ini guru harus bekerja
sama dengan pendamping siswa
berkebutuhan khusus agar mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Orang
tua memiliki peran penting dalam membangun regulasi diri pada anak dan
penguatan selama pembelajaran di rumah. Regulasi diri dapat dilatih melalui
penjadwalan, aturan di rumah yang disiplin, yang dapat disertai dengan
pemberian penguat positif bagi anak. Agar hal tersebut terlaksana orang tua
membutuhkan pendampingan dari guru atau professional seperti psikolog dan
pedagog untuk dapat memahami tentang manajemen perilaku, regulasi diri, dan
bagaimana menyiapkan anak untuk siap belajar di rumah.
Setiawan (2020) menerangkan bahwa pendidikan orang tua
(education parenting) perlu dijadikan program kerja sama yang nyata antara
sekolah dan orang tua. Berdasarkan pengamatan di media sosial, kegiatan
pembekalan parenting terlihat marak dilakukan oleh akademisi maupun prakitisi
berkenaan pendampingan belajar yang dilakukan melalui webinar, kuliah Whatsapp
(kulwap) atau pun siaran langsung di Instagram atau Youtube. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya dukungan bagi guru maupun orang tua dalam pelaksanaan
pembelajaran. Pembelajaran daring bagi siswa berkebutuhan khusus memerlukan
kesiapan orang tua dan guru. Berbagai kendala serta pengalaman yang dihadapi
dapat menjadi indikator dalam evaluasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran daring. Guru dan orang tua adalah aktor dalam
pembelajaran daring ini, sehingga penting bagi pemangku kebijakan, akademisi,
dan pihak-pihak terkait lainnya untuk turut mendampingi dan membantu keduanya
melaksakan tugasnya. Oleh sebab itu, guru dan orang tua harus terus
meningkatkan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki dalam mendampingi,
mengajarkan, dan beradaptasi pada pembelajaran daring.
Pelaksanaan pembelajaran daring pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia bagi siswa autis dapat menggunakan metode Lovaas atauapplied behavior
analysis (ABA). Metode ini merupakan metode yang mengajarkan kedisplinan yang
kurikulumnya dapat dimodifikasi dengan aktifitas seharihari dan dilaksanakan
secara konsisten untuk meningkatkan perilaku yang signifikan. Penerapan metode
ini pada pengajaran Bahasa Indonesia, guru dapat menggunakan instruksi yang
jelas dan tegas seperti “baca!, tulis!”
disesuaikan kebutuhan topik bahasan. Pada kegiatan menulis, guru juga
dapat memberikan instruksi dengan mengarahkan pekerjaan atau tugas yang
diberikan kepada siswa. Selain itu, guru juga memberikan reinforcement atau
penguatan kepada siswa apabila mampu mengikuti instruksi dan pembelajaran
dengan baik. Penguatan dapat disesuaikan dengan kondisi dan keinginan siswa
dengan tujuan untuk memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar.
Pada kegiatan belajar menulis, guru dapat memberikan bantuan
kepada siswa untuk mengarahkan siswa belajar dengan baik. Selain itu, guru juga
memberikan penguatan kepada peserta didik apabila siswa mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik. Penguatan dapat disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan anak yang dapat memotivasi anak untuk lebih semangat. Setiap siswa
memiliki kemampuan yang berbeda dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Ketika mengajarkan materi pelajaran Bahasa Indonesia kepada
siswa, guru menggunakan media gambar untuk mempermudah anak dalam mempelajari
materi yang dipelajari dan menambah fokus anak, karena gambar tersebut dapat
membuat anak lebih tertarik. Saat mengajarkan untuk membaca dan menulis
mengenai suatu bacaan, guru menambahkan gambar untuk mempermudah siswa dalam
memahami apa yang sedang mereka baca. Media visual dengan gambar dapat membuat
siswa autis menjadi lebih fokus dengan stimulus yang kita berikan. Siswa yang
belum bisa berkomunikasi dengan baik dan memiliki kemampuan motorik baik, guru
memberikan latihan motorik halus dengan cara menjepit jepitan baju pada kotak, menulis
dalam pasir, bermain lilin (malam) dan meremas kapas. Hal tersebut bertujuan
untuk melatih motorik halus dan memperkuat tangan siswa ketika memegang pensil.
Strategi lain dalam mengajarkan siswa belajar Bahasa
Indonesia adalah melalui bernyanyi. Guru dapat mengubah suatu materi pelajaran
melalui lagu dan dicontohkan kemudian siswa diminta mengikuti dan
mempraktikkkannya. Melalui lagu, siswa akan lebih mudah menghafal materi yang
ia pelajari dan lebih menarik bagi siswa. Salah satu lagu yang dinyanyikan
untuk menghafal abjad alfabet adalah lagu ABCD yang dicontohkan, diikuti, dan
dibimbing oleh guru. Metode ini membuat siswa lebih antusias dan bahagia ketika
mereka mempraktikkan menyanyikan lagu tersebut.
Penggunaan metode Lovaas atau applied behavior analysis
(ABA) harus diiringi dengan program pembelajaran individual (PPI) bagi siswa
berkebutuhan khusus, sehingga penggunaan metode ini disesuaikan dengan
kemampuan siswa dan sejalan dengan materi pelajaran bahasa Indonesia yang harus
dicapai siswa. Kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan metode ini dan
penggunaan media daring untuk pengajaran membutuhkan keahlian guru yang terus
menerus harus dilatih dan diasah. Guru juga disarankan untuk selalu belajar
pengetahuan dan pembelajaran serta penerapan pengajaran dengan berbagai
strategi dan cara yang termutakhir sehingga dalam pengajarannya selalu menarik
dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajarannya meskipun dilaksanakan
secara daring.
DAFTAR PUSTAKA
Cavanaugh, C. (2006). Distance Learning. In N. J. Salkind (Ed.), Encyclopedia of Human Development (Vol. 1, pp. 382-383). Thousand Oaks, CA: SAGE Reference.
Chakraborty, M & Nafukho, F.M , (2014). Strengthening student engagement: what do students want in online courses?. European Journal of Training and Development, Vol. 38 Iss 9 pp. 782 – 802
McVey, M. H. (2008). Distance Learning. In N. J. Salkind & K. Rasmussen (Eds.), Encyclopedia of Educational Psychology (Vol. 1, pp. 261-267). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
Setiawan, H. (2020, 20 Maret). Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Daring. Suaramerdeka. Diperoleh 27 Juni 2020 dari https://suaramerdeka.news/peran-orang-tua-dalam-pembelajarandaring/
Subarto (2020). Momentum Keluarga Mengembangkan Kemampuan Belajar Peserta Didik Di Tengah Wabah Pandemi Covid-19. Adalah: Buletin Hukum dan Keadilan, 4 (1), 13--18.
Tanduklangi,
A & Amri, C. 2019. Manajemen Sumber Daya Pembelajaran Bahasa Berbantuan
Komputer: Computer Assisted Language Learning. DeePublish: Yogyakarta
Jatu Kaannaha Putri
Menulis