Pembelajaran Menulis Puisi melalui Media Sosial Twitter
Pada zaman yang
modern ini, seorang
pendidik tidak boleh
merasa puas dengan memberikan materi atau metode
konservatif dan tradisional dalam proses pembelajaran. Pendidik sudah harus
peka melihat perubahan zaman yang semakin maju.
Cara mendidik yang berulang-ulang dengan cara
yang sama hanya membuat siswa merasa bosan dan tidak bersemangat belajar. Seiring berjalannya waktu, teknologi
berkembang dengan pesat.
Teknologi bisa disatukan berdampingan
dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dalam rangka
meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Salah satu mata pelajaran wajib
yang diajarkan di sekolah adalah Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satu
keterampilan yang dicapai adalah pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran menulis puisi merupakan
sebuah kegiatan yang dapat
merangsang imajinasi siswa
dalam merangkai
kata-kata.
Pembelajaran menulis puisi secara konvensional biasanya
diajarkan hanya dengan
meminta siswa menuliskan
sebuah puisi di selembar kertas. Padahal, pembelajaran
menulis puisi akan sangat menyenangkan jika pendidik mampu memotivasi siswa
untuk berkarya dengan metode dan media yang tepat. Hamidah, et
al (2019) menyatakan bahwa salah
satu hambatan siswa
dalam menulis puisi adalah berasal dari guru. Guru kurang dapat memotivasi siswa
untuk lebih menyenangi pembelajaran menulis
puisi. Peranan guru dalam
proses pembelajaran sangat menentukan
proses pembelajaran terhadap siswa, selain juga penerapan model, metode,
dan strategi yang tepat.
Wulandari dan
Fuady (2012)
menjelaskan kegiatan menulis puisi merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari
proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dengan menulis, siswa dapat menuangkan ide, dan gagasan, serta imajinasinya sesuai
dengan keinginan. Hal tersebut sangat berkaitan erat dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang dicantumkan empat keterampilan
berbahasa yang dikuasai
oleh peserta didik,
yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis. Proses pembelajaran merupakan
kegiatan yang penting untuk dipahami dengan baik guna menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Nurdyansyah
(2017) mendefinisikan bahwa “The
education world must innovate in a whole. It means that all the devices in
education system have its role and be the factors which take the important
effect in successful of education system”. Perangkat yang dimaksud
adalah semua hal yang terlibat
dalam sistem pendidikan termasuk proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang
baik dapat terbukti
dari tercapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran dimaksudkan untuk tercapainya tujuan
tertentu agar pembelajaran berjalan efektif
dan efisien (Nurdyansah dan Widodo,
2015). Tujuan pembelajaran
dapat tercapai jika pembelajaran
berjalan dengan baik. Pembelajaran memerlukan hubungan komunikasi yang baik
antara guru dan siswa untuk
meningkatkan hasil pembelajaran
yang optimal. Untuk menunjang hasil yang baik, dibutuhkan
sebuah media pembelajaran
sebagai alat yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam
menyampaikan materi yang diajarkan agar dalam proses pembelajaran tidak
terkesan membosankan. Nurdyansah dan Widodo (2015) menjelaskan bahwa menurut Edgar
Dale “Belajar yang paling baik
adalah belajar melalui
pengalaman langsung”.
Melalui pengalaman langsung, peserta
didik tidak sekadar mengamati
secara langsung, tetapi harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Siswa dapat merasakan
pengalaman langsung dalam
belajar dengan menggunakan
media pembelajaran dalam proses belajar.
Pada zaman ini,
dalam proses pembelajaran, harus
ada campur tangan teknologi. Peran teknologi dalam pembelajaran adalah sebagai media untuk mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Teknologi dapat dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat
sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang tinggi,
baik nilai manfaat maupun nilai
jualnya (Martono, 2012). Pengertian teknologi tersebut diibaratkan seperti
penemuan yang memiliki nilai tinggi dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dalam pendidikan, teknologi diperlukan guna menopang pendidikan agar maju
dengan pesat.
Menurut Tarigan (1986) terdapat empat keterampilan
berbahasa, yaitu: a) mendengarkan (menyimak), b) berbicara, c) membaca, dan d)
menulis. Pembelajaran bahasa yang berbasis teks di antaranya
termasuk pembelajaran menulis.
Tarigan (2008), menjelaskan
bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif
dan ekspresif. Teks
dijadikan satuan bahasa
yang bermakna secara konstektual, seperti dalam pembelajaran menulis puisi. Puisi
merupakan bentuk karya
sastra yang mengekspresikan perasaan penyairnya, kemudian diubah
ke dalam wujud
bahasa yang berkesan.
Nurgiyantoro (2002) menjelaskan bahwa
puisi adalah genre
sastra yang amat
memperhatikan pemilihan aspek
kebahasaan sehingga tidak salah
jika bahasa puisi
adalah bahasa yang
tersaring penggunaannya.
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses peserta didik untuk mencapai
tujuan belajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Pentingnya pembelajaran bahasa
Indonesia dipelajari karena
memiliki peran dalam
membentuk kebiasaan, sikap,
serta kemampuan peserta
didik untuk tahap
perkembangan selanjutnya
(Farhrohman, 2017). Pembelajaran
Bahasa Indonesia diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan baik
dan benar baik secara
tulis maupun lisan,
juga menumbuhkan apresiasi terhadap
karya sastra Indonesia
(Kamhar & Lestari,
2019). Pembelajaran
bahasa pun membantu dalam
perkembangan kemampuan berbahasa peserta didik
di lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya tapi
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang disimaknya (Farhrohman, 2017).
Pada dasarnya pembelajaran
Bahasa Indonesia dapat dilakukan di mana saja. Guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran
yang tidak membuat peserta didik jenuh. Pembelajaran
yang inovatif akan menciptakan situasi kelas yang tidak terpacu pada suasana
yang kaku dan datar (Mansyur, 2016). Pembelajaran yang membuat peserta didik terlibat
untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran sesuai dengan kemampuannya akan tercipta suatu
komunikasi lisan antar peserta didik
melalui proses berbahasa
seperti menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis
sehingga pembelajaran jauh dari kata jenuh (Mansyur, 2016). Penggunaan media pembelajaran yang inovatif dapat
menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.
Penggunaan teknologi seperti gadget, laptop, komputer, dan tablet dalam proses pembelajaran tentu akan menjadi
hal yang menarik bagi peserta didik sehingga proses pembelajaran akan optimal
(Mustikawati, 2019).
Guru dapat menggunakan berbagai laman secara daring atau media
sosial yang sering
digunakan peserta didik
sehari-hari. Remaja di
Indonesia menguasai jumlah pengguna
internet (Kamhar &
Lestari, 2019). Penggunaan media sosial
sudah tidak asing
lagi bagi masyarakat
umum, apalagi kalangan
peserta didik sering berselancar di media sosial. Seringkali media sosial hanya dijadikan sebagai hiburan, mencari informasi, berkomunikasi
dengan teman dunia
nyata ataupun teman
dunia maya, dan lain sebagainya.
Perlu diketahui bahwa media sosial tidak hanya berperan sebagai hiburan atau
media komunikasi dan
informasi saja, media sosial pun
bisa menjadi sarana
untuk hal-hal positif seperti menambah
ilmu pengetahuan, sarana komunikasi dan
juga sebagai sarana
dalam mempromosikan
sesuatu. Peserta didik
dapat menggunakan media
sosial sebagai sarana pembelajaran, khususnya pembelajaran
bahasa (Bandjar, Warouw, & Marentek, 2019).
Salah satu
inovasi yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar bahasa
Indonesia peserta didik dan suasana belajar yang inovatif, kreatif,
dan berguna yaitu
dengan mengkontribusikan media
sosial (Kamhar &
Lestari, 2019). Melalui media sosial akan
memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membuat peserta
didik jenuh dalam aktivitas belajar bahasa Indonesia. Salah satu media sosial yang paling banyak dikunjungi
oleh masyarakat yaitu Twitter. Twitter didirikan pada tanggal 21 Maret 2006
oleh Jack Dorsey, Evan Williams, Biz Stone, dan Noah Glass. Dalam databoks
berdasarkan data statistika tercatat
bahwa data pengguna Twitter di Indonesia per bulan Juli 2021
yaitu sebanyak 15,7
juta pengguna. Indonesia
sebagai negara peringkat
keenam terbesar pengguna Twitter
(Databoks, 2021).
Indonesia diperkirakan pada akhir
2021 akan mencapai
16,32 juta pengguna Twitter, tetapi pada tahun 2025 mendatang akan
mencapai 18,26 juta pengguna Twitter di Indonesia. Hal tersebut diperkirakan
dengan mempertimbangkan pengajuan materi pers, penelitian sekunder, unduhan
aplikasi, dan dana lalu lintas yang merujuk pada jumlah pengguna aktif bulanan
selama periode tersebut
(Goodnews from Indonesia,
2021).
Setiap tweet memberikan batasan
280 karakter saja, tapi
tidak menutup kemungkinan
untuk membuat tweet
hanya terbatas sampai
280 karakter saja. Twitter memberikan fasilitas untuk penggunanya yang
akan membagikan tweet dengan melebihi 280 karakter dengan menggunakan tweet bersambung
atau istilah dalam twitter yaitu thread. Dalam twitter kita
bisa memanfaatkannya untuk memberikan informasi
penting atau ilmu pengetahuan selain
menyampaikan pikiran dan
perasaan dalam tweet.
Suatu informasi mudah tersebar dalam Twitter. Oleh
karena itu, jika kita
menyebarkan suatu tweet
yang bermanfaat untuk semua orang maka itu akan menjadi hal yang baik bagi seluruh pengguna Twitter. Banyak ditemukan tweet yang
memberikan kabar berita,
kata-kata motivasi, puisi,
komentar terhadap suatu
konten, humor, terjemahan ayat
suci, nasihat agama, dan banyak lagi tweet yang dibagikan oleh
pengguna Twitter (Bandjar,
Warouw, & Marentek,
2019).
Penggunaan Twitter
ini dapat digunakan
di gadget, komputer, laptop,
dan tablet yang
terhubung dalam jaringan
internet (Khamida,
Rudyatmi, & Christijanti,
2014). Pada pembelajaran ini dimulai
dengan memberi materi
video secara singkat bagaimana format penulisan yang benar dan bagaimana membuat
puisi yang baik dan layak baca. Materi yang diberikan melalui video dan langsung dipraktikkan.
Setelah pemberian materi,
siswa diarahkan untuk
menulis sebuah puisi bertema bebas. Siswa diminta menulis di kertas terlebih dahulu setelah itu diketik ulang menggunakan
gawai. Setelah puisi selesai ditulis, diinstruksikan untuk mencari ilustrasi
dengan tangkapan gambar.
Jika puisi dan
ilustrasi pendukung sudah
selesai maka siswa dapat untuk mengedit terlebih dahulu video dan setelah itu baru dikirim diunggah ke Twitter karya siswa tersebut. Setelah karya siswa diunggah langkah terakhir adalah menginstruksikan siswa
untuk belajar mengapresiasi
karya teman sejawat
dengan bahasa mereka sendiri
dengan sistem penilaian
mereka sendiri. Akhir
dari pembelajaran adalah memberikan penghargaan kepada siswa
yang aktif dan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi menggunakan
media sosial Twitter merupakan
pembelajaran menyenangkan dengan
mendekatkan siswa pada teknologi.
Pembelajaran menulis puisi
dengan menggunakan media
sosial Twitter sangat tepat
diimplementasikan di sekolah
karena semua siswa
memiliki gawai untuk
mengakses Twitter. Pembelajaran menggunakan
media sosial twitter
tersebut merupakan sebuah inovasi yang dapat digunakan sekolah
karena pembelajaran tersebut tidak berfokus kepada teori tetapi langsung
melakukan praktik sehingga
pembelajaran benar bermakna
bagi dunia pendidikan. Waktu yang dibutuhkan juga tidak terlalu lama sehingga pembelajaran tidak membosankan. Namun, kelemahan dari
pembelajaran ini adalah sekolah harus menyediakan wifi agar siswa mudah mengakses
internet.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa menulis puisi dengan menggunakan
media sosial Twitter dapat menumbuhkan minat siswa
dan membuat siswa merasa
percaya diri dalam berkarya.
Dengan menggunakan media sosial tidak hanya mendorong siswa untuk aktif
dalam berimajinasi, tetapi
juga mendorong siswa untuk
memberikan apresiasi terhadap karya orang lain sehingga pembelajaran tidak berfokus pada hasil, tetapi juga pada proses
pembelajaran dari berbagi arah.
Secara umum dapat
dikatakan bahwa pembelajaran
menulis puisi menggunakan media
sosial dapat meningkat
kepercayaan diri siswa.
Daftar
Pustaka
Bandjar,
D. A., Warouw,
M. P., & Marentek,
A. (2019). Dampak
Penggunaan Twitter Terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris
(Ditinjau dari Persepsi Mahasiswa). Jurnal Elektronik Fakultas Sastra
Universitas Sam Ratulangi,3(3).
Databoks. (2021). Inilah 10 Negara dengan Pengguna
Twitter Terbanyak, Ada Indonesia?. Diakses pada 12 November 2021, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/04/inilah-10-negara-dengan-pengguna-twitter-terbanyak-ada-indonesia
Goodnews
from Indonesia. (2021). Indonesia Peringkat
6 Negara dengan
Pengguna Twitter Terbanyak di Dunia 2021. Diakses pada 19 november 2021dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/11/19/indonesia-peringkat-6-negara-dengan-pengguna-twitter-terbanyak-di-dunia-2021
Farhurohman, O. (2017). Implementasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI. Primary: Jurnal Keilmuan
dan Kependidikan Dasar, 9 (1), 23-34.
Hamidah, et
al. (2019). Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Sinektik terhadap Kemampuan
Menulis
Puisi
Siswa
Kelas
V di
SD Negeri
49 Kota
Bengkulu.
Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 2(1), 54-60.
Kamhar, M. Y., & Lestari,
E. (2019). Pemanfaat Media Sosial Youtube sebagai
Media Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi. Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan,1(2), 1-7
Khamida, M., Rudyatmi, E.,
& Christijanti, W. (2014). Pemanfaatan Jejaring Sosial Twitter
sebagai Self Assessment
Online untuk Mendukung
Kesiapan Siswa pada
Pembelajaran Sistem Pencernaan.Journal of Biology Education, 3 (2)
Martono, N.
(2012). Sosiologi Perubahan Sosial:
Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Postkolonial.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mansyur, U. (2016). Inovasi
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
melalui Pendekatan
Proses.
RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 9 (2).
Mustikawati, F. E. (2019).Fungsi
Aplikasi Kahoot sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. In Seminar
Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra (pp. 99-104)
Nurdyansyah, et al. (2017). The Role of Education Technology in Mathematic of Third
Grade
Students
in mi Ma’arif Pademonegoro Sukodono.
Madrosatuna: Journal of Islamic Elementary School Vol. 1(1), 37-46.
Nurdyansyah, N., Andiek, W.
(2015). Inovasi Teknologi Pembelajaran.
Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Nurgiyantoro, B. (2002). Teori
Pengkajian
Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tarigan, HG. (1986). Teknik
Pengajaran
Keterampilan
Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Tarigan, HG.
(2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Wulandari, T. & Fuady, A. (2012). Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Menulis Puisi melalui Penerapan Metode Menulis Berantai pada Siswa Sekolah Senengah Atas. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, 1(1), 77-92
<!--[endif]-->
Jatu Kaannaha Putri
...