Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa dengan Pendekatan Metafora
Pembelajaran
keterampilan menulis adalah salah satu hal yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kreativitas dan literasi mereka. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari
empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap siswa. Menurut pendapat
Troyka (2010), semua keterampilan berbahasa harus dipelajari secara integratif
dan berfokus pada penggunaan bahasa dalam konteks nyata. Dalam menulis, siswa
harus mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengungkapkan ide-ide dalam
bentuk tertulis.
Salah
satu tujuan menulis adalah untuk mengetahui penggunaan tata bahasa dan tanda
baca dengan benar serta mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir dinamis, menganalisis,
serta membedakan sesuatu secara akurat dan valid. Selain itu, keterampilan
menulis juga dapat memfasilitasi kinerja akademik siswa (Zhang, 2013), baik
sebagai media pembelajaran maupun alat untuk mengungkapkan dan mengomunikasikan
gagasan tentang pengalaman mereka serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan
bidang akademik (Coffin. et al., 2005).
Penulisan
cerita pendek adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan keterampilan menulis
siswa. Menurut Angeline & Rani (2019), siswa dapat menerapkan metode ini
lebih awal untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan menulis mereka. Pembelajaran
menulis cerpen merupakan pembelajaran menulis kreatif yang berkaitan dengan
proses desain terbuka yang dibangun di atas kreativitas dan relevan dengan
perkembangan kemampuan berpikir anak (Stanton, 2012; Barbot, 2013; Barbot. et
al., 2012),
Pembelajaran
menulis kreatif dimasukkan dalam praktik pengajaran bahasa karena dapat membantu
perkembangan bahasa dalam tata bahasa, kosakata, dan wacana. Selain itu,
pembelajaran menulis kreatif juga memungkinkan siswa untuk dapat bereksperimen
dengan bahasa secara kreatif (Stanton, 2012; Kÿrkgöz, 2014). Pembelajaran menulis
cerpen dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ) otak kiri
dan kecerdasan emosional (EQ) otak kanan yang saling memengaruhi.
Paradigma
pembelajaran metafora merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan meningkatkan kreativitas. Metafora
adalah gagasan untuk menghubungkan masalah yang dihadapi dengan pengalaman
sehari-hari dan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Kunci metafora
adalah membuat koneksi dan mengeksplorasi maknanya secara mendalam. Proses
metafora dapat dijelaskan dengan menggunakan akronim CREATE, yang berarti connect,
relate, explore, analyze, transform, dan experience (Siler, 1999).
Pendekatan
metafora mendukung siswa dalam mempercepat cara berpikir, mencipta, menemukan
sesuatu yang baru, dan menghubungkan hal-hal yang tampaknya tidak berhubungan menjadi
hal-hal yang saling terkait, yang pada akhirnya mengarah pada pemecahan
masalah. Menurut Ramli, Boeriswati, dan Emzir (2019), pendekatan pengajaran metafora
sangat ideal bagi guru untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dan
mengembangkan kompetensi kognitif dalam proses menulis. Lebih lanjut, Handayani
(2014) menyatakan bahwa metafora merupakan model pembelajaran yang menempatkan
siswa pada pusat pembelajaran (student centered).
Zhang
(2019) memaparkan bahwa pendekatan metafora merupakan cara kreatif dan baru
bagi siswa untuk mengembangkan ide dan perspektif baru. Menurut pendapat Siler
(1999, 2010), metafora membantu siswa
untuk mengeksplorasi banyak ide, pengetahuan, dan solusi kreatif. Selama
bertahun-tahun, kami telah menemukan bagaimana menggunakan metafora untuk
membantu bisnis menghasilkan ide-ide inovatif yang mengarah pada hasil yang nyata
dan terukur.
Pendekatan
pembelajaran metafora merupakan cara dan teknik pengajaran yang menyenangkan serta
meningkatkan kreativitas siswa sehingga mampu memecahkan masalah, mencari solusi,
dan akhirnya menjadi jenius (Anwar, 2019; Navaneedhan & Kamalanabhan, 2016;
Ryu, 2013). Pendekatan metafora adalah cara mengembangkan creative open system
(COS), yakni cara berpikir jenius yang kemungkinan besar akan diwariskan kepada
semua siswa. Fase ini dianggap sebagai terobosan strategis karena mengajarkan
anak cara belajar yang jauh lebih penting daripada sekadar membekali mereka dengan
pengetahuan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah. Siswa yang dilatih untuk
berpikir kreatif merupakan bagian dari pendekatan metafora dan merupakan
landasan bagi inovasi serta kreasi (Sunito et al., 2013; Habibie, 2013).
Penulisan
Cerpen dengan Pendekatan Metafora
Menurut
pendapat Siler (1999, 2010), prinsip metafora yang diintegrasikan ke dalam
bahan ajar ini meliputi proses connect, relate, explore, analyze, transform,
dan experience (CREATE). Pada tahap connect, siswa menghubungkan
kata dengan kata lain melalui kemampuan pengembangan asosiasi. Misalnya, mereka
mengaitkan kata raja dengan kekuatan, kekuatan dengan singa,
singa dengan otoritas, otoritas dengan tanggung jawab,
dan tanggung jawab dengan bobot. Proses berpikir siswa ini dapat
diibaratkan seperti kipas yang terbuka. Siswa berpikir secara divergen tentang
dua atau lebih ide atau objek yang berbeda dan kemudian
menghubungkannya. Urutan kata-katanya seperti kata raja, kekuasaan, singa,
wibawa, tanggung jawab, dan bobot disusun dalam satu gagasan
(berhubungan).
Relate
adalah tahap menghubungkan sesuatu yang berbeda dalam satu hubungan. Siswa menghubungkan
hal-hal yang diketahui sebelumnya dengan ide yang berbeda (Siler, 1999, 2010).
Siswa mengamati rangkaian kata yang telah mereka hubungkan melalui keterampilan
asosiasi dalam hubungan tersebut. Siswa menghubungkan kata-kata yang disusun sebagai
sebuah ide. Urutan kata-katanya seperti kata raja, singa, wibawa, tanggung
jawab, dan bobot yang disusun dalam satu gagasan (hubungan).
Dalam
pembelajaran metafora, tahap menghubungkan termasuk dalam tahap penemuan yang
membutuhkan proses mengamati, mengumpulkan, mencerna, dan lain-lain. Siswa
mengambil setiap kata yang terkait, mengumpulkan ide bersama untuk membuat
kalimat, dan meringkas kalimat yang disampaikan oleh anggota kelompok ke dalam
pemikiran (paragraf).
Siswa
dapat mendeskripsikan kesamaan antara beberapa ide pada tahap eksplorasi dan
kemudian menjelaskannya (Siler, 1999, 2010). Explore adalah
proses mengungkap pemikiran kritis dan mengeksplorasi imajinasi. Pada tahap
ini, siswa mendeskripsikan struktur cerpen yang terdiri atas orientasi, masalah,
klimaks, penyelesaian, dan penyelesaian dengan mengusulkan perubahan nama dari
tahapan alur cerpen berdasarkan analogi masing-masing. Misalnya, menganalogikan
fase-fase dalam plot cerpen tersebut sebagai perjalanan hidup, pendakian, dan
kesehatan.
Tahap
analyze adalah ketika siswa memikirkan beberapa hal dan menganalisisnya
dengan meninjau langkah-langkah pada tahap sebelumnya (Siler, 1999, 2010).
Setelah menguasai struktur cerpen pada bagian explore, siswa mengklasifikasikan
naskah cerpen yang telah dibuat. Jika suatu teks dimasukkan dalam bagian pendahuluan
(orientasi), langkah siswa selanjutnya adalah menyusun paragraf masalah dengan menggunakan
pikiran kritis dan imajinasi mereka. Begitu juga dengan siswa lain, jika mereka
telah yakin paragraf awal dimulai dengan masalah, langkah mereka selanjtunya
adalah menyusun paragraf berikutnya. Dalam kesempatan seperti itu, pemikiran
kritis siswa muncul dengan melontarkan beberapa pernyataan sebagai kemungkinan
situasi atau kondisi yang berkembang dari awal paragraf yang sedang mereka
baca. Terakhir, lemparkan beberapa pernyataan yang melandasi terciptanya ide
paragraf selanjutnya.
Kegiatan
yang dilakukan oleh siswa itu disebut sebagai pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan untuk mengelompokkan
berbagai ide dan peristiwa asosiasi dan kemudian memasukkannya ke dalam fragmen
memori. Selama transfer peristiwa tertentu ke otak, pengalaman tentang
peristiwa lain disimpan. Pengalaman yang tersimpan dalam memori otak
berhubungan dan berinteraksi dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya (Zhang,
2019).
Siswa
dapat menemukan sesuatu yang baru pada tahap transform melalui
tahap sebelumnya, yaitu connect, explore, dan analyze. Tahap transform
adalah tahap mengomunikasikan hasil kreasi untuk kreasi selanjutnya yang lebih
baik. Siswa membagikan hasil pekerjaannya di depan kelas, mulai dari
pendahuluan masalah hingga klimaks.
Siswa
lain sebagai pengamat diperbolehkan mengajukan hipotesis untuk menebak akhir
penyelesaian. Namun, hal itu selalu dilakukan untuk memungkinkan siswa dalam
melakukan prediksi. Setelah itu, rangkaian kesempatan untuk menyaksikan
pemaparan penyelesaian dan penyelesaian menjadi menarik karena setiap kelompok
penebak tertarik untuk melihat kemungkinan berhasil atau tidaknya asumsi
(hipotesis) yang mereka sajikan.
Pada
tahap pengalaman, gambaran atau penemuan hal baru dapat diterapkan oleh siswa.
Siswa telah menulis cerpen lengkap mulai dari pendahuluan, masalah, klimaks,
penyelesaian, hingga penyelesaian. Menurut Zhang (2019), bagian ini merupakan
bagian yang sangat penting untuk mencapai proses dan hasil belajar. Siswa
mendapatkan pengalaman dalam belajar dan berhasil mendapatkan makna dari apa
yang dipelajarinya sehingga muncul pemahaman dan kesadaran.
Daftar
Bacaan
Abd. Al-Lateef, G. T., &
Al Yakin, A. (2021), 21st Century Skills, Current research in ELT, 92.
Aiken, L. R. (1985). Three
coefficients for analyzing the reliability and validity of ratings. Educational
and psychological measurement, 45(1), 131-142.
Angeline, X. M., & Rani,
B. S. S. (2019). An assessment on managerial skills among library professionals
working in affiliated colleges of Bharathidasan University. In literacy skill
development for library science professionals. The United States of America:
IGI Global.
Anwar, B. (2019). Model
Pembelajaran Metaphorming. Shaut Al Arabiyyah.
Astriyanti, A., Ramly, R.,
& Sultan, S. (2021). Development of teaching materials for writing short
stories with expressive writing methods. HUMAN: South Asian Journal of
Social Studies, 1(2).
Barbot, Baptiste, Tan, M.,
Randi, J., Santa-Donato, G., & Grigorenko, E. L. (2012). Essential skills
for creative writing: Integrating multiple domain-specific perspectives, Thinking
Skills and Creativity, 7(3), 209–223.
Barbot, B. (2013). From
perception to creative writing: A multi-method pilot study of a visual literacy
instructional approach, Learning and Individual Differences, 28,
167–176.
Branch, R. M. (2009). Instructional
design: The ADDIE approach (Vol. 722). Springer Science & Business
Media.
Chalkiadaki, A. (2018). A
Systematic Literature Review of 21st Century Skills and Competencies in Primary
Education. International Journal of Instruction, 11(3), 1-16.
Cheung, L. (2016). Using the
ADDIE model of instructional design to teach chest radiograph interpretation. Journal
of Biomedical Education, 2016, 1-6.
Coffin, C., Curry, M. J.,
Goodman, S., Hewings, A., Lillis, T. M., & Swann, J. (2005). Teaching
Academic Writing: A toolkit for higher education. Routledge.
Cunningsworth, A. (1995). Choosing
your coursebook. Great Britain: Heinemann.
Sheldon, L. E. (1998).
Evaluating ELT textbook and materials. ELT J., 42(4), 237-246.
Ellington, H & Race, P.
(1993). Producing Teaching Materials. Kogan Page.
Habibie, B.J. 2013.
Metaphorming Beberapa Strategi Berfikir Kreatif. Jakarta: PT Indeks.
Hernita, D., & Djamas, D.
(2019). Students analysis for development of student worksheets with
metaphorming approach to improve student's creative thinking skills. Journal
of Physics: Conference Series, 1185(1).
Hyland, K. (2007), Second
Language Writing. 4th Printing, Cambridge University Press.
Hyland, K. (2013). Writing in
the university: Education, knowledge, and reputation, Language Teaching,
46(1), 53–70.
Jensen, P. (2001). Museum of
Outdoor Arts: The ArtScience® Program Status Report. Retrieved November 21,
2021, from http://www.discover.arizona.edu/resoArtSci_Mus.htm
K?rkgöz, Y. (2014). Exploring
Poems to Promote Language Learners' Creative Writing, Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 158, 394–401.
Litlejohn, A. (2011). The
analysis of language teaching material: inside the Trojan Horse, Brian
Tomlinson, editor, Material Development in Language Teaching. Cambridge
University Press.
Min-Sik Ryu. (2013). The
improvement of ideation by hybrid-metaphorming. Sspace.snu.ac.kr.
Mulawarman, W. G. (2022). Design
of teaching materials development models writing short stories based on values
of local song kutai area. Novateur Publication
Navaneedhan, C. G., &
Kamalanabhan, T. J. (2016). Is Metaphorical thinking related to the development
of Cognitive structures among learners? World Scientific News.
Norris, F. H., Stevens, S. P.,
Pfefferbaum, B., Wyche, K. F., & Pfefferbaum, R. L. (2008). Community
resilience as a metaphor, theory, set of capacities, and strategy for disaster
readiness. American journal of community psychology, 41(1),
127-150.
Norris, L. (2019). Promoting
21st-Century Skills. Teachingenglish.org.uk
Ramli, Endry Boeriswati, and Emzir
(2019). The effect of metaphorming teaching method on
field-independent/dependent learners in writing essays. Asian EFL Journal,
23(63),4–14.
Santosa, A. B., Basuki, Y.,
& Puspita, A. M. I. (2019). The effectiveness of local wisdom-based
teaching materials in enhancing creative writing skills of elementary school
students. Journal of English Language Teaching and Linguistics, 4(3),
349.
Siler, T. (1999). Think
Like a Genius Use Your Creativity in Ways That Will Enrich Your Life.
Bantam Books.
Siler, T. (2010). Pointing
your way to success through metaphorming. Emerald Insight. Sholehhudin,
M., Waluyo, H. J., Suyitno, & Wadrhani, N. E. (2020). Evaluating the use of
multicultural-based short story appreciation textbooks to teach prose-fiction
appreciation courses. International Journal of Instruction, 13(1),
831-844.
Stanton, R. (2012). Teori
Fiksi. Pustaka Pelajar.
Sunito, I., Sukardjo, M.,
Syukur, R., & Latifah, U. (2013). Metaphorming; Beberapa Strategi
Berfikir Kreatif. PT. Indeks.
Tomlinson, B. (2013). Development
Material in Language teaching. Continuum International Publishing.
Troyka, L. Q. (2010). Simon
& Schuster Handbook for Writers, 5th Ed. Pearson Prentice Hall.
Upreti, K. (2012). Teaching
short stories: Challenges and issues (Doctoral dissertation, Faculty of
Education Tribhuvan University, Kirtipur
Kathmandu, Nepal).
Wena, M. (2009). Strategi
pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: bumi aksara.
Zhang, C. (2013). Effect of
instruction on ESL students' synthesis writing. Journal of Second Language
Writing, 2.
Zhang, Y. (2019). The effect
of metaphorical competence on students' writing skills. In Creative Education
(Vol. 10, Issue 1, pp. 151–155). Scientific Research Publishing, Inc.
Zhang,
J., & Tian, Y. (2019). The influence of field independent-dependent
cognitive styles on students' learning performance under different teaching
modes. ICIET, 230–237.
Mukhamad Hamid Samiaji
Periset di Lembaga Kajian Nusantara Raya UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto