Internalisasi Ajaran Ki Hajar Dewantara, Profil Pelajar Pancasila, dan Kearifan Lokal Mojokerto untuk Penguatan Literasi

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Kemampuan literasi juga perlu diuji. Uji literasi secara nasional pada 2016 melalui Indonesian National Assessment Program (INAP) atau Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) menghasilkan data yang tergolong rendah, khusus dalam membaca, hasilnya adalah 46,83% dalam kategori kurang, 47,11% dalam kategori cukup, dan hanya 6,06% dalam kategori baik. Belum lagi jika diukur melalui PISA, kondisi Indonesia masih di papan bawah. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi peserta didik Indonesia harus ditingkatkan. Kondisi tersebut juga menegaskan bahwa pemerintah memerlukan strategi khusus agar kemampuan membaca peserta didik dapat meningkat dengan mengintegrasikan/menindaklanjuti program sekolah melalui kegiatan keluarga dan masyarakat yang diwadahi dalam gerakan literasi.

Penguatan literasi perlu mendapat sokongan ketersediaan bahan ajar. Bahan ajar alternatif yang bermuatan ajaran Ki Hajar Dewantara (selanjutnya disebut KHD), dimensi Profil Pelajar Pancasila, dan kearifan lokal Mojokerto layak untuk dikupas dan dilirik. Oleh karena itu, fokus ulasan tulisan ini ialah menguraikan ajaran karakter dari Ki Hajar Dewantara, dimensi Profil Pelajar Pancasila, dan kearifan lokal Mojokerto yang diadaptasi menjadi bahan ajar literasi yang dibutuhkan. Tujuan penulisan artikel ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan konstruksi atau gambaran bahan ajar berbasis ajaran Ki Hajar Dewantara, dimensi Profil Pelajar Pancasila, dan kearifan lokal Mojokerto yang secara integratif menjadi bacaan relevan untuk mengembangkan sikap melek budaya, gotong-royong, dan nasionalisme. Adapun urgensi tulisan ini adalah bahwa pengembangan bahan ajar literasi dapat bersumber dari ajaran Ki Hajar Dewantara, dimensi Profil Pelajar Pancasila, dan kearifan lokal Mojokerto. Selain itu, bahan ajar alternatif juga sangat penting bagi peserta didik dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan sosial budaya dan kreatif dalam menghargai fenomena kebudayaan. Windiatmoko (2022) menyatakan bahwa di dalam kearifan lokal terdapat nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam ranah pendidikan dan pengajaran. Hal tersebut menandakan bahwa kearifan lokal memiliki semangat edukatif dan normatif.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah menerbitkan Kepmendikbudristek nomor 262/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Di dalam keputusan itu, tertuang Kurikulum Merdeka (selanjutnya disebut KM) untuk sekolah penggerak dan SMK PK (pusat keunggulan). Konstruksi KM ini membawa solusi dari kendala akibat learning loss serta mengakomodasi kebutuhan adaptasi teknologi dan digitalisasi sekolah. 

Struktur kurikulum baru dalam Kepmendikbudristek tersebut menjangkau level PAUD serta pendidikan dasar dan menengah. Struktur kurikulum itu terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (selanjutnya disebut P5). Kegiatan intrakurikuler yang disusun dalam perencanaan pembelajaran harus memiliki tujuan pembelajaran yang mengacu pada dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila ini diejawantahkan ke dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Capaian pembelajaran dalam perangkat ajar atau modul ajar merujuk pada SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan nomor 033/H/KR/2022 tentang capaian pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah pada kurikulum merdeka. Keputusan tersebut menjadi dasar pendidik atau guru dalam mencuplik capaian pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Pada kurikulum merdeka, capaian pembelajaran disesuaikan dengan tingkatan setiap jenjang sekolah.

Profil Pelajar Pancasila (selanjutnya disebut P3) mengambil intisari dari kutipan “pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”. Pembelajaran ke depan mampu mendorong peserta didik berpikir dan bertindak berlandaskan Pancasila. Selain itu juga, siswa didampingi guru atau pamong untuk melihat perubahan-perubahan sehingga menjadi pribadi yang terampil pada setiap model perkembangan zaman. Terdapat enam dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) mandiri; 3) bergotong-royong; 4) berkebinekaan global; 5) bernalar kritis; dan 6) kreatif. Jadi, profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Adapun korelasi beberapa komponen tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Gambar 1. Hubungan Pelajar Pancasila dan Komponen Lainnya.

Selain dimensi, terdapat elemen dan subelemen yang perlu dicermati. Guru atau pendidik dapat mengacu pada SK Kepala Badan, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek tentang dimensi, elemen, dan subelemen profil pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka. Pendidik perlu mengembangkan enam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Selain itu, untuk membantu pemahaman yang lebih menyeluruh tentang dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila, makna setiap dimensi dijelaskan dan perkembangannya diurutkan sesuai dengan tahap perkembangan psikologis serta kognitif anak dan remaja usia sekolah. 

Ajaran KHD yang universal memberi pilihan kajian yang menarik untuk ditelusuri dan dibedah lebih luas. Makna dari ajaran tersebut menandakan bahwa setiap karakter mempunyai nilai luhur yang dapat diintegrasikan ke bahan ajar dalam bentuk teks bacaan. Selain itu, ajaran KHD memberi pengaruh besar pada capaian karakter yang diinginkan dan muncul pada diri peserta didik. Capaian karakter memungkinkan guru memilah dan memilih teks bacaan yang relevan sesuai kebutuhan siswa. Dimensi Profil Pelajar Pancasila memperkaya capaian yang mengikuti perubahan kurikulum yang berlaku. Dimensi-dimensi tersebut mampu menjadi acuan bagi guru, pegiat literasi, dan pemerhati pendidikan dalam membuat silabus, indikator, atau tujuan sekolah yang relevan dengan peningkatan kemampuan literasi. Indikator di setiap dimensi Profil Pelajar Pancasila adalah patokan baku dalam menginisiasi pembentukan karakter yang diinginkan oleh guru terhadap siswa.

Sementara itu, kearifan lokal Mojokerto pada bentuk ’Sesaji Prasasti Petak’, ’Ritual Tumpeng Pungkur’, dan ‘Tradisi Jawa dalam Penggarapan Sawah’ menunjukkan bahwa tiga kearifan lokal tersebut memiliki kekayaan intelektual yang diyakini oleh masyarakat setempat agar hidup damai sentosa. Apabila ditarik secara interpretative, makna kultural yang melekat pada ritual-ritual tersebut memberi cakrawala kebudayaan dan makna yang luhur. Kedalaman makna dan folklor yang berkembang di masyarakat menjadi petikan fenomena yang dapat dirangkum menjadi bacaan literasi bagi siswa agar melek budaya sekitar. Bacaan yang bermuatan kearifan lokal seperti itu tentu memudahkan pihak terkait dalam upaya pelestarian budaya lokal. Bacaan literasi diharapkan mengandung upaya pembentukan karakter mulia. Internalisasi karakter diambil dari ajaran KHD dan dimensi Profil Pelajar Pancasila serta strategi pembelajaran di kelas yang efektif. Kolaborasi antarunsur tersebut sangat penting dalam menyusun bahan ajar inovatif berbasis karakter dan keunggulan lokal.

Adapun persoalan bahan ajar literasi yang efektif menurut analisis penulis ialah bahan ajar yang bermuatan karakter pada ajaran KHD dan dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila serta kearifan lokal Mojokerto. Dengan ditunjang strategi pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa, bahan ajar alternatif ini menjadi salah satu jawaban akan kebutuhan bahan ajar literasi yang efektif. Kurikulum Merdeka ini menjadi fasilitator dan katalisator bagi kebutuhan bahan ajar integratif tersebut sehingga karakter dan kecerdasan siswa dapat terbentuk sesuai dengan visi pendidikan Indonesia. Kompleksitas ini disiapkan dalam rangka menuju Indonesia Emas tahun 2045 yang menginginkan pembangunan sumber daya manusia yang berkarakter mulia, tangguh, dan unggul dalam setiap bidang. Akhirnya, manusia Indonesia dapat mahir dan cakap dalam perkembangan teknologi informasi sekaligus menjunjung tinggi nilai dan kultur budaya Indonesia secara efektif. 

Daftar Pustaka

Keputusan Kepala Badan, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.

Lickona, T. 2014. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Rahyono. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Windiatmoko, D. U. 2016. “Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara untuk Meningkatkan Profesionalitas Kerja dan Kecakapan Hidup”. Makalah prosiding disampaikan dalam seminar nasional Dies Natalies ke-53 Universitas Brawijaya Malang tanggal 12 Februari 2016.

Windiatmoko, D. U. 2022. Konstruksi Profil Pelajar Pancasila dan Dimensi Karakter Luhur dalam Arus Utama Kurikulum Merdeka. Seminar Nasional Pendidikan, 1, 16–28.


Doni Uji Windiatmoko

Doni Uji Windiatmoko, S.Pd., M.Pd. adalah seorang pengajar di Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Purbalingga. Selain mengajar, juga sebagai reviewer jurnal nasional bereputasi dan editor penerbit. Saya memiliki minat pada bidang pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia, etnolinguistik, dan kurikulum.

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa