Tilik Soal UKBI
Dalam beberapa kali lawatan virtual dan jelajah maya, terungkap bahwa respons
masyarakat terhadap layanan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) sangat
beragam. Sebagian respons menyinggung kecanggihan sistem dalam UKBI Adaptif Merdeka. Ada pula yang
merespons tentang sensasi uji yang terasa khas dan unik. Peserta lain memberikan
respons tentang kendala jejaring internet. Sebagian peserta ada yang mengisahkan
keunggulannya dalam meraih
skor UKBI, sedangkan yang
lain menyatakan keprihatinannya dengan skor yang diraih. Ada pula pelajar yang
bersyukur bahwa sekolahnya menjadi pemenang Giat Apresiasi UKBI Adaptif. Hadiah
yang didapat dalam kegiatan itu diolah menjadi ruang pustaka di dinding yang menarik,
variatif, dan lengkap untuk menampung karya siswa dan guru dari hasil kegiatan
kebahasaan yang beragam. Banyak unggahan di media sosial yang berisi kebanggaan
pelajar terhadap UKBI Adaptif Merdeka. Kebanggaan remaja itu tentu membanggakan
kita semua.
Sampai dengan tahun 2023
terdapat lebih dari 650 ribu anggota masyarakat yang mengikuti UKBI dengan
jumlah terbesar dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Di antara peserta uji
tersebut, terdapat pula 111 penutur asing. Dengan jumlah peuji yang mencapai
lebih dari setengah juta orang, UKBI diharapkan dapat turut serta mewarnai
kebanggaan masyarakat atas bahasa negara dan bahasa nasionalnya, yaitu bahasa
Indonesia.
Artikel ini hendak merespons
salah satu ungkapan rasa ingin tahu masyarakat tentang karakteristik soal UKBI.
Soal seperti apa yang akan dihadapi peuji dalam UKBI? Apakah ada hal yang dapat
dipelajari sebelum mengikuti UKBI? Apa saja cakupan soal UKBI?
Sebagai lembaga yang
membangun, mengembangkan, dan melayani tes kemahiran berbahasa Indonesia, Badan
Bahasa memberi ruang yang luas bagi masyarakat Indonesia, atau secara umum penutur
bahasa Indonesia, untuk mengetahui dan memahami karakteristik soal yang
diujikan dalam UKBI. Dengan pemahaman tersebut diharapkan masyarakat memiliki
kesadaran yang lebih mendalam tentang betapa penting dan bermanfaatnya UKBI.
Diharapkan pula akan lebih banyak lagi kalangan masyarakat profesional
Indonesia yang siap mengikuti UKBI atau mewajibkan pihak di bawah kewenangannya
untuk mengikuti UKBI. Tentu akan terkuak
hal yang sangat menarik jika terdapat data tentang kajian kemahiran
berbahasa Indonesia kalangan profesional tertentu, misalnya kemahiran berbahasa
Indonesia kalangan peneliti, kemahiran berbahasa Indonesia editor, atau
kemahiran berbahasa Indonesia selebgram.
Sebelum ditilik, ada baiknya dipahami bahwa sebagai sebuah tes, UKBI telah disebut
sebagai tes modern oleh pakar psikometri. Setidaknya terdapat lima alasan UKBI dapat
diakui sebagai tes modern. Kelima alasan itu adalah sebagai berikut: (1) UKBI
telah memiliki pijakan teori yang kokoh; (2) UKBI telah menggunakan analisis
pikometri yang mutakhir (item response theory); (3) UKBI memiliki skala
penilaian yang baku (tujuh peringkat dan rentang skor UKBI); (4) UKBI telah
menggunakan sistem administrasi tes yang canggih (daring dan multiadaptif), dan
(5) UKBI telah menentukan deskripsi atas variabel-variabel yang diukur.
Dengan
landasan teori yang kokoh itulah, soal UKBI dikembangkan. Soal UKBI Adaptif Merdeka terintegrasi dalam sistem bank soal yang
rangkaian isinya diperoleh dari proses panjang, mulai dari inventarisasi bahan,
penyusunan soal, validasi pakar, perekaman materi dengaran, uji coba, validasi empiris, penyelarasan, dan pengentrian butir soal ke dalam bank soal. Kisi-kisi soal UKBI dikembangkan berlandaskan
kajian literatur. Literatur ihwal kemahiran berbahasa yang terdiri atas
kemahiran mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara didapati sangat
lengkap. Sejarah panjang tentang tes kemahiran membaca, misalnya, mulai bergulir
pada tahun 1895, saat Binet melakukan upaya sistematis pertama tentang tes
membaca dan menyatakan bahwa
tes itu berkaitan dengan tes kognitif.
Studi panjang terhadap semua literatur itu tentu harus dikonstruksi secara
lebih sederhana ke dalam tes kemahiran berbahasa.
Teks yang digunakan dalam Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dikembangkan dari beberapa sudut pandang, yaitu sudut pandang ranah komunikasi dalam berbahasa, jenis genre teks, klasifikasi bidang ilmu, dan pembelajaran bahasa. Ranah komunikasi dalam berbahasa terbagi atas teks sintas, sosial, vokasional, dan akademik. Jenis genre teks terbagi atas, di antaranya, teks narasi, teks deskripsi, teks prosedur, dan teks argumen. Klasifikasi bidang ilmu mencakupi 900 jenis bidang ilmu, di antaranya teknologi, biologi, kesenian, dan bahasa berdasarkan klasifikasi bidang ilmu dari Dewey.
Gambar Konsep Umum UKBI
Dengan mengadaptasi gambar dari Ros Fisher tentang literasi, dapat dijelaskan pula bahwa konstruksi tes harus disusun dalam bentuk yang konkret, khusus, dan sederhana, bukan konstruk tes yang bersifat abstrak, umum (general), dan kompleks. Pada hakikatnya tes kemahiran berbahasa mengekstrak rumusan praktik kemahiran berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Tes menerjemahkannya dalam soal-soal bervariabel yang jelas dan bersifat adaptif untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia, mulai dari jenjang kemahiran yang terendah hingga yang tertinggi.
Gambar Praktik Kemahiran Berbahasa Indonesia
Jauh sebelum proses
penyusunan soal dilakukan, telah ditetapkan kriteria soal yang dipersepsikan
sesuai dengan jenjang kemahiran tertentu. Latar teks soal dipagari dengan ranah
komunikasi sintas (personal), sosial (antarpersonal), vokasional (profesional),
dan akademik (keilmiahan). Pada setiap teks dan soal yang mengiringinya
terdapat ciri kuat dan menonjol yang ditinjau dari aspek jumlah kata, bentuk
kata, pilihan kata, struktur kalimat, jumlah konsep yang muncul, topik teks,
dan konteks teks.
Setiap ranah komunikasi akan diiringi dengan butir soal yang
juga dibatasi dengan kriteria yang jelas. Pada setiap ranah komunikasi terdapat
puluhan kriteria yang akan dikomposisikan dalam setiap teslet atau paket soal
yang terdiri atas lima butir soal. Berikut ini contoh yang secara konseptual
akan terlihat perbedaannya pada bentuk soal yang dihasilkannya.
Penjabaran butir soal dalam setiap kemahiran berbahasa akan merentang mulai dari dimensi sederhana atau termudah hingga dimensi tersulit atau kompleks. Butir soal akan dikomposisikan sesuai dengan keterwakilan dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan tersebut.
Gambar Petik Soal UKBI
Gambar petik soal UKBI tersebut berisi informasi uji petik hal yang dipersoalkan di dalam setiap seksi uji. Tentu saja, anak panah yang sebenarnya berjumlah ratusan dan jarak di antaranya sangat rapat. Salah satu bagian lingkaran donat dalam gambar tersebut adalah merespons kaidah dengan anak panah pilihan kata. Berikut ini salah satu contoh hasil penerapan dari salah satu kisi-kisi yang berkaitan dengan pilihan kata.
X: Tempe goreng
berapa biayanya, Bang?
(A) upahnya
(B) harganya*
Y: Satu
potong dua ribu rupiah.
(C) Sepotong
(D)
Satu
Penyajian soal dalam tes UKBI dilakukan secara daring dalam bentuk teks lisan dan tulis. Beberapa soal yang berupa teks dengan kriteria sulit atau sangat sulit dipadupadankan dengan nonteks yang bermakna. Pertanyaan padu padan ini memerlukan pemahaman yang utuh dari peserta uji karena ia harus merefleksikan apa yang ia dengar atau ia baca dalam bentuk pemahaman nonteks atau teks bergambar. Berikut ini contoh soal dengan kriteria seperti itu.
Gambar 1 Gambar 2
(A) Gambar 1 merupakan perbesaran bagian tubuh cecak yang
memiliki jutaan bulu keratin pada
Gambar 2.
(B) Gambar 1 dan 2 merupakan bagian tubuh cecak yang diperbesar
dengan menggunakan mikroskop
elektron.
(C) Gambar 1 menunjukkan telapak kaki cecak yang memiliki
bulu-bulu keratin yang tampak pada
Gambar 2.
(D) Gambar 1 merupakan kaki cecak, sedangkan Gambar 2 menunjukkan bulu-bulu keratin.
Kriteria yang telah disusun dan ditujukan sebagai soal yang
mudah atau sulit akan diuji validitasnya oleh pakar dalam validasi pakar dan
diuji dalam validasi empiris saat uji coba. Pada hasil akhir dengan menggunakan
analisis IRT akan muncul soal dengan identitas yang jelas dan diberi label NIS
(nomor identitas soal) dengan kriteria mudah, sedang, sulit, dan sangat sulit
yang akan dikelompokkan kembali dalam teslet-teslet yang juga memiliki tingkat
kesulitan berbeda.
Setiap paket soal yang disebut dengan teslet itulah yang dikemas dalam
rangkaian panel UKBI Adaptif sehingga menghasilkan layanan tes UKBI Adaptif
Merdeka. Soal akan muncul sesuai dengan estimasi yang diperoleh sistem aplikasi
dari jawaban peserta uji sebelumnya. Nah, apakah paket uji yang bersifat
adaptif itu pernah sampai ke tangan Anda untuk dinikmati? Jika belum, segeralah
Anda mendaftar pada laman ukbi.kemdikbud.go.id. Ikutilah UKBI karena teruji,
lebih terpuji.
Dr. Atikah Solihah, M.Pd.
Dr. Atikah Solihah, M.Pd. merupakan Widyabasa Ahli Madya yang bertugas sebagai pengembang UKBI di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ia juga merupakan Ketua Umum Forum Widyabasa Indonesia (FWI).