Menerawang Program Sastra Masuk Kurikulum
Sejak dicetuskan bertepatan dengan hari Perbukuan Nasional dan hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2024 lalu, program Sastra Masuk Kurikulum (selanjutnya disebut SMK) menjadi topik hangat untuk dibahas. Pembahasannya terbelah dua, ada yang mengapreasiasi dan ada yang mengkritik. Namun, apa pun diskusinya, tidak ada salahnya kita sedikit membedah program pemerintah tersebut. Bukan untuk menghakimi ataupun menyinyir membabi buta.
Tentu kita ingat pada bulan Oktober tahun 1999, terdapat program Sastra Masuk Sekolah sebagai wujud tanggapan atas kenyataan kondisi “nol buku” di sekolah-sekolah. Pada tahun 2000, muncul kegiatan Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB) sebagai upaya untuk mendekatkan unsur sastra dan karyanya kepada para murid. Program tersebut diadakan secara serentak di beberapa kota dan mendapatkan apresiasi luar biasa dari pihak sekolah. Sekarang ini, apa maksud dari program Sastra Masuk Kurikulum?
Menilik dari laman kemdikbud.go.id, program SMK ini merupakan tindak lanjut dari Episode 15 Merdeka Belajar: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Dikatakan, SMK bertujuan untuk memperkenalkan siswa kepada beragam karya sastra dari berbagai budaya dan periode waktu. Menteri Nadiem Makarim juga mengatakan bahwa salah satu tujuan utama Merdeka Belajar, yaitu meningkatkan minat baca dan literasi siswa melalui program SMK ini. Tentunya, kita dapat menyambut baik dan proaktif untuk menindaklanjutinya.
Saya sempatkan untuk bertanya kepada salah seorang guru dari sekolah penggerak yang saya dampingi. Saya menanyakan, “Menurut Bapak, seberapa penting program Sastra Masuk Kurikulum?” Dijawab oleh guru tersebut, “Tentu sangat penting. Karena dapat menjadi menyediakan konsep, fasilitas dan sumber belajar yang memadai dan sangat membantu kami sebagai guru untuk memilih buku sastra yang sudah direkomendasikan”.
Dari jawaban guru tersebut, kita dapat memahami bahwa harapan dan kondisi pembelajaran di kelas memang membutuhkan upaya komprehensif dan inovatif mengenai pembelajaran sastra yang menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran sastra semestinya mampu mengakomodasi kebutuhan murid dalam menumbuhkan imajinasi, daya pikir, model belajar, dan bentuk visual yang utuh sehingga memudahkan murid dalam beradaptasi secara pribadi maupun sosial.
Saat diluncurkan, SMK disertai 177 buku sastra yang telah dikurasi oleh 17 kurator untuk dijadikan buku bacaan siswa dalam pembelajaran sastra. Kondisi ini menjadi kabar baik karena membantu guru dan siswa untuk memilih bacaan yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Guru dan siswa diharapkan tidak kesulitan dalam menentukan pilihan bacaan yang relevan. Secara ringkas, program SMK ini sudah disiapkan dan buku sastranya sudah disediakan oleh pemerintah. Tinggal bagaimana penerapannya di sekolah, apakah sesuai ekspektasi atau perlu penguatan. Karena program ini anyar, tentu terlalu cepat untuk menilai keberhasilan program . Yang terpenting di tahap awal ini, kita perlu mitigasi kesiapan dan antisipasinya. Nah, berangkat dari sini kita perlu menguraikan keunggulan dari program SMK ini.
Tersedianya
Buku Bermutu
Dirilis berbarengan dengan hari Buku Nasional kemarin, program SMK ini didukung dengan pilihan buku bermutu yang disediakan pemerintah. Sejak tahun 2023, sejumlah sastrawan, akademisi, dan 40 guru dilibatkan untuk mendukung kriteria kurasi dalam bacaan sastra. Buku-buku sastra pilihandapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai bahan bacaan yang berkualitas dan memiliki daya stimulus kepada siswa terkait implementasi Kurikulum Merdeka dan dimensi Profil Pelajar Pancasila. Dari 177 buku sastra tersebar menjadi 43 judul untuk SD/MI, 29 judul untuk SMP/MTs, serta 105 judul untuk SMA/MA.
Terdapat
Panduan bagi Guru dan Orang Tua
Pada program SMK ini, guru dan orang tua dapat menggunakan Panduan Rekomendasi Buku Sastra yang telah ditetapkan pada Keputusan Mendikbudristek Nomor 025/H/P/2024 tentang Penetapan Rekomendasi Buku Sastra pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dalam Rangka Program Sastra Masuk Kurikulum di Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka. Panduan ini dimaksudkan agar guru dan orang tua mampu menjadi pendamping bagi siswa agar memperoleh informasi yang lengkap dan utuh. Siswa dapat juga mengeksplorasi kebutuhan dan minat bacanya sesuai dengan kepentingan studi ataupun sekadar rekreasi/hiburan.
Menguatkan
Keterampilan Berpikir Kritis
Dengan membaca karya sastra, siswa mampu membaca sekaligus memahami pesan dan informasi yang terdapat dalam teks novel atau cerpen. Siswa didorong untuk tidak sekadar membaca simbol baca, tetapi mampu menafsirkan pesan moral, nilai edukasi, dan unsur intrinsik dengan mengaktifkan kemampuan berpikir kritisnya. Siswa difasilitasi melalui membaca sastra dapat menemukan pendapatnya, mengkaji teks, dan merekonstruksi argumentasinya. Dengan buku sastra yang dikurasi, pilihan buku sastra semakin mudah bagi siswa dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Ramadhana, Elyani, dan Mu’in (2022: 279) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa makin siswa berlatih mengungkapkan pendapat, menyimpulkan, dan menghubungkan hubungan sebab-akibat serta menerapkan ide-idenya, makin dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Meningkatkan
Literasi dan Minat Baca
Sudah barang tentu dengan banyak membaca sastra, siswa menjadi penyuka dan penikmat sastra. Di sisi lain, dengan banyak membaca, diharapkan kemampuan literasi dan minat baca siswa meningkat. Dengan buku yang telah dikurasi, guru dimudahkan untuk memberi pilihan kepada murid bacaan mana saja yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Siswa juga dapat menumbuhkan rasa empati dari cerita dalam teks sastra. Sikap empati ini penting untuk siswa agar menjadi individu yang penuh perasaan dan beradab.
Menumbuhkan
Sikap Bangga dan Sadar Budaya
Apabila siswa terlibat aktif dalam program SMK ini, dengan membaca sastra, siswa dapat mengetahui dan memahami sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Buku sastra yang direkomendasikan mendorong siswa untuk mengerti bagaimana karakter dan identitas manusia Indonesia. Dengan bacaan yang kaya akan nilai edukasi, nilai kultural, dan nilai religius ini dapat juga menumbuhkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Dengan istilah lainnya, program SMK ini mampu menggerakkan siswa untuk merasakan kebanggaan dan sadar serta melek literasi budaya.
Program SMK ini juga tidak luput dari sejumlah tantangan yang perlu dimitigasi oleh kita. Di antaranya ialah kesiapan guru sebagai pembaca awal dan pendamping siswa. Sebagai pembaca awal maksudnya guru harus terlebih dulu membaca teks sastra sampai tuntas baru kemudian disampaikan di depan kelas. Guru juga perlu memahami disclaimer atau istilah sekarang dipakai “penafian”. Memahami penafian tersebut diperlukan oleh guru agar ketika membaca novel atau cerpen tersebut di dalam kelas terjadi pemahaman bersama dengan murid. Sedikit penjelasan bahwa disclaimer atau penafian atau juga catatan peringatan ialah upaya untuk mengingatkan pembaca atau pemirsa atas isi atau konten tulisan. Misalnya, novel tersebut menyebutkan kata-kata kasar, umpatan, binal, seks bebas, dan sejenisnya. Pada kondisi seperti itu peran guru sangat dibutuhkan untuk membuat skenario pembelajaran sastra yang mampu menetralkan atau menjadi jalan tengah ketika terjadi kondisi konten/isi karya sastra menyangkut hal-hal tabu/rahasia/frontal. Inilah maksud dari sebagai pendamping siswa bahwa guru diminta mengarahkan, berdiskusi efektif, dan membelajarkan sastra secara tepat.
Selain itu, kesiapan fasilitas berupa internet, listrik, dan perangkat keras untuk mengakses karya sastra juga tidak boleh diabaikan. Fasilitas tersebut belum sepenuhnya tersedia secara merata di seluruh Indonesia. Pemerintah perlu memikirkan apakah buku sastra tersebut cukup disediakan secara digital atau harus dicetak secara massal. Kalaupun dicetak, bakal memerlukan anggaran yang besar. Sementara itu demi memberdayakan kemajuan teknologi, buku digital menjadi alternatif paling mungkin dilakukan.
Lingkungan sekolah dan keluarga juga menjadi komponen pendukung yang dapat kita bicarakan. Bagaimana pihak sekolah bisa membangun sarana prasarana, seperti perpustakaan, pojok baca, dan sejenisnya yang menarik bagi siswa. Program literasi di awal pembelajaran yang inovatif juga sebagai pilihan logis untuk direviu kembali bagaimana keberhasilannya. Dalam lingkup keluarga, perlu disampaikan kepada orang tua murid melalui kegiatan yang diinisiasi oleh pihak sekolah tentang program SMK ini, terlebih lagi ada panduan bagi orang tua. Orang tua murid dapat diajak untuk terlibat di kegiatan penyusunan visi-misi sekolah atau tujuan pembelajaran sastra. Bisa juga diadakan jurnal sastra dalam rumah, ini maksudnya wali kelas mewajibkan siswa dibantu oleh orang tua untuk mendampingi siswa dalam membaca karya sastra kemudian diminta membuat sinopsisnya dan diketahui oleh orang tua serta dilaporkan lagi ke wali kelasnya.
Refleksi
Adanya program SMK ini diharapkan membawa peluang dan potensi luar biasa bagi murid dengan meningkatnya kemampuan literasi dan minat baca. Setiap komponen pihak sekolah juga perlu dipersiapkan dalam implementasi program tersebut. Orang tua dan guru juga sudah disediakan panduannya oleh pemerintah sehingga menjadi referensi bagaimana alur kegiatan SMK ini dijalankan. Kita teringat kembali bahwa sastra ialah dulce et utile, menyenangkan dan mengedukasi. Bagaimana buku bacaan sastra yang telah dikurasi itu memiliki nilai menghibur sekaligus mendidik bagi para pembacanya.
Daftar
Pustaka
Keputusan Mendikbudristek Nomor 025/H/P/2024 tentang
Penetapan Rekomendasi Buku Sastra pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
dalam Rangka Program Sastra Masuk Kurikulum di Satuan Pendidikan Pelaksana
Implementasi Kurikulum Merdeka.
Ramadhana, R.N., Elyani, E.P., Mu’in, F. 2022. Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Analisis Sastra. Jurnal Stilistika 15(2), 279-292.
Siaran Pers Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 188/sipers/A6/V/2024.
Doni Uji Windiatmoko
Seorang pengajar di Institut Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Purbalingga. Selain mengajar, juga sebagai reviewer jurnal nasional bereputasi dan editor penerbit. Saya memiliki minat pada bidang pendidikan dan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, etnolinguistik, dan kurikulum.