Tren Bahasa Campuran pada Masyarakat

Bahasa campuran Indonesia dan Inggris atau yang sering disebut bahasa “Jaksel” banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya kalangan remaja saat ini. Maraknya penggunaan bahasa campuran membuat saya tertarik untuk mengulik keunikan bahasa yang sedang trendi ini. Menurut Dzakiyyah Rusydah, seorang mahasiswa Sastra Inggris di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya, fenomena bahasa “Jaksel” mulai muncul pada September 2018. Eksistensi bahasa "Jaksel" diawali dari kebiasaan anak muda yang tinggal di Jakarta Selatan yang mencampur dua bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari dan menggunakannya di media sosial. Melalui media sosial inilah, bahasa campuran mulai dikenal dan menyebar di kalangan masyarakat sehingga tren ini juga banyak digunakan remaja di daerah lain.

Penggunaan bahasa campuran sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia. Sebelumnya, ada lirik lagu Indonesia yang menyelipkan bahasa Inggris. Kosakata bahasa Inggris yang digunakan pun cukup dasar, seperti I am sorry, I love you, dan very good. Sementara itu, pada penggunaan bahasa campuran, generasi muda sering kali menggunakan kosakata slang sebagai kata penghubung untuk melanjutkan kata atau untuk mengawali dan mengakhiri sebuah kalimat. Slang merupakan ragam bahasa tidak resmi atau tidak baku yang sifatnya musiman dan dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk berkomunikasi internal dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti. Bahasa campuran ini sendiri tergolong dalam beberapa kelompok, seperti kata sifat dan singkatan. Kosakata yang sering digunakan oleh mayoritas remaja adalah literally, which is, it means, even, slay, crush, at least, by the way, on the way, anyway, playing victim, too much, prefer, healing, party, because, survive, overrated, overthinking, actually, basically, outfit ot the day, dsb.

Pada saat ini, bahasa campuran sering kita temukan dalam percakapan sehari-hari anak muda. Bahkan, orang tua juga menggunakan bahasa campuran ini untuk mengikuti tren. Selain itu, banyak kita dijumpai penggunaan bahasa campuran di media sosial, salah satunya X. Melalui X, para pengguna bahasa ini bebas karena tidak ada batasan ruang dan waktu dalam mengekspresikan apa yang mereka rasakan untuk diunggah di dalam sebuah cuitan di X. Beberapa penggunaan bahasa campuran dalam cuitan di X adalah “Aku tiap malam selalu overthinking.;Aku prefer kemeja kotak-kotak, because itu style-ku.”; "Cuaca terik banget. Aku literally sampai pingsan enggak tahan sama panasnya.”; dan “Tempat itu selalu ramai, which is tempat tongkrongan anak-anak muda.”

Bahasa campuran juga terkadang digunakan dalam percakapan di WhatsApp. Contohnya adalah ketika mereka sedang dalam perjalanan, mereka myampaikan, “Oke, sebentar, ya. Aku OTW.” OTW merupakan singkatan dari on the way. Selanjutnya, terkait dengan penampilan, mereka menyampaikan, OOTD aku serbahitam.” OOTD merupakan singkatan dari outfit of the day. Dalam beberapa penggunaannya, bahasa campuran ini dapat mempersingkat maksud dari sebuah percakapan. Akan tetapi, hal itu harus dipahami oleh lawan bicara. Jika salah satu tidak paham, maksud dari percakapan tersebut tidak akan tersampaikan dengan baik.

Fenomena penggunaan bahasa campuran memang sudah menjadi hal yang lumrah pada saat ini. Fenomena itu terjadi karena masuknya bahasa asing dan makin berkembangnya bahasa asing di Indonesia. Selain itu, ada beberapa kosakata dalam bahasa tertentu yang memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga masyarakat mencampurnya dengan bahasa asing.

Fenomena ini tentu mempunyai dampak baik dan buruk bagi masyarakat Indonesia. Dampak baik penggunaan bahasa campuran adalah hal itu akan menambah kosakata bahasa asing dan memudahkan masyarakat untuk belajar bahasa asing. Akan tetapi, dampak buruknya adalah penyimpangan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal itu dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah yang ada di Indonesia. Kurangnya kesadaran penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah juga akan berdampak buruk terhadap eksistensi bahasa tersebut.

Berdasarkan fenomena tersebut, lebih baik masyarakat Indonesia menggunakan satu bahasa dalam satu waktu. Selain itu, masyarakat harus mampu membedakan situasi formal sehingga harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Mari, lebih bijak dalam menggunakan bahasa agar bahasa Indonesia dan bahasa daerah tetap terjaga.

Sumber:

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V.

Puspita, Intan Della, dkk. 2022. Fenomena Bahasa Jaksel terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalangan Pengguna Twitter dan Instagram. https://proceeding.unesa.ac.id.

Rusydah, Dzakiyyah. 2020. “Bahasa Anak JakSel: A Sociolinguistics Phenomena”. https://proceeding.unesa.ac.id.

Suleman, Joko dan Islamiyah, Eva Putri Nurul. 2018. Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja terhadap Bahasa Indonesia. http://simkatmawa.kemdikbud.go.id.

Erlin Putri Kusumawati, S.Pd.

Erlin Putri Kusumawati lahir Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Universitas Negeri Yogyakarta yang memiliki hobi membaca buku-buku fiksi dan menonton film. Pada saat sekolah, dia aktif menjadi anggota OSIS dan ketika kuliah aktif sebagai anggota teater jurusan. Erlin senang mengikuti isu-isu terkini untuk dijadikan bahan tulisan. Sejak tahun 2022, Erlin bekerja di Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah sebagai Pengkaji Bahasa dan Sastra. Pada saat ini bekerja di Sekretariat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sebagai seorang Penelaah Teknis Kebijakan.

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa