Keniscayaan Kamus Urban

1. Pendahuluan

Dalam teori bahasa jelas disebutkan bahwa setiap kata mengandung setidaknya tiga unsur: bentuk, konsep/makna, dan acuan. Bentuk adalah bagian kata yang kita dengar saat diucapkan atau kita lihat saat dituliskan, sedangkan konsep/makna adalah isi dari bentuk itu. Dengan kata lain, dalam setiap kata, konsep selalu dilambangkan dalam bentuk. Di sisi lain, dalam sebuah peradaban suatu bangsa, pengetahuan bangsa itu dibangun oleh konsep yang terlambangkan dalam kata. Semakin maju sebuah bangsa tentunya semakin banyak kosakata yang ada pada bangsa itu.

  Kumpulan konsep/kosakata itu sering pula disebut sebagai pengetahuan. Kumpulan pengetahuan dan berbagai penerapannya dalam kehidupan menghasilkan berbagai peralatan, karya, artefak, adat, hukum, seni, dan teknologi. Semuanya itu kita kenal sebagai peradaban sebuah bangsa. Dengan demikian, peradaban sebuah bangsa secara sederhana dapat kita ukur pada jumlah kosakata yang terekam di dalam kamus bahasanya. Semakin besar jumlah kosakata di dalam kamus sebuah bahasa, semakin maju pula peradaban penuturnya.

   Konsep/kosakata dalam sebuah bahasa banyak pula menyerap konsep/kosakata dari bahasa lain dalam rangka memenuhi fungsinya sebagai penghela ilmu pengetahuan dan teknologi. Permasalahannya adalah bagaimana sebuah bahasa menyerap bahasa lain, diterima begitu saja atau diterima dengan melalui sebuah proses? Pada titik itulah kita menemukan banyak persoalan dalam bahasa Indonesia.

  Sementara itu, seiring berkembangnya teknologi informasi dan gadget, ranah komunikasi manusia semakin luas. Jenis gadget (laptop, HP, iPhone, BB, iPad, tablet, dsb.) dan media sosial yang ada (SMS, chatting, YM, BBM, twitter, ,facebook, twoo, path, dsb.) semakin berkembang pesat. Perkembangan gadget itu juga diiringi oleh perkembangan masyarakat perkotaan (urban) yang cenderung individualis, penuh kepentingan, dan tersekat-sekat. Pemakaian bahasa dalam komunikasi masyakarat urban seperti itu menyebabkan munculnya berbagai kata/istilah/singkatan. Pemakaian kata/istilah/ singkatan itu tentu mempunyai tujuan yang berbeda-beda.

2. Kata Urban menurut Tujuan Penciptaannya

Berdasarkan analisis, kosakata urban dapat kita kelompokkan atas: (1) kosakata urban menurut (1) tujuan penciptaannya (2) bentuknya.

  Secara garis besar, penciptaan kata urban bertujuan (1) menghemat (tenaga, waktu, dan tempat),  (2) menghaluskan sebuah kata, (3) “menyembunyikan” makna sebuah kata atau sebagai kode rahasia, dan (4) mengungkapkan rasa kesal.

  Pemakaian singkatan seperti BTW (by the way ‘ngomong-ngomong’), OTW (on the way ‘sedang di jalan’), BRB (be right back ‘akan kembali’), PM (personal message ‘pesan pribadi’), KEPO (knowing every particular object ‘mengetahui setiap hal’), CMIIW (correct me if I am wrong ‘koreksi saya jika saya salah’), dan ASAP (as soon as possible ‘secepat mungkin’) tentu dengan maksud untuk menghemat tenaga, tempat, dan waktu. Para pengguna gadget pemula tentu mengalami kesulitan pada awal pemakaiannya mengingat singkatan seperti itu jarang dipakai dalam komunikasi biasa.

  Pemakaian singkatan dan akronim juga mempunyai tujuan untuk “menghaluskan” kata yang terlalu vulgar jika disampaikan apa adanya, misalnya Mr. P (digunakan untuk menyebut penis), Mrs. V (digunakan untuk menyebut vagina), dan G-spot (digunakan untuk mengacu ke titik sensitif secara seksual).

  Beberapa kata atau singkatan/akronim digunakan untuk menyembunyikan kata aslinya (sebagai bahasa gaul/rahasia untuk kelompok tertentu), misalnya kata bispak (bisa dipakai, untuk perempuan/laki-laki yang menjual diri), kata bisyar (bisa dibayar, untuk perempuan/laki-laki yang menjual diri), kata toge (toket gede, toket = bahasa gaul untuk payudara), dan kata meki (untuk mengacu ke alat kelamin perempuan).  Contoh lain adalah beberapa leksikal yang lazim dipakai dalam bahasa anak-anak alay berikut, yang bisa jadi justru tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu, tetapi hanya sekadar ingin tampil beda.

Ciyus : Serius
Miapah : Demi Apa
Enelan : Beneran
Cungguh : Sungguh
Binun : Bingung
Amaca : Ah masa
Lahacia : Rahasia
Ca oong ciih : Masa bohong sih
Cemungudh : Semangat
Maacih : Makasih
Ma capah : Sama Siapa
Macama : Sama-sama
Gudnyus : Good News
Miapah : Demi Apa
Enelan : Beneran
Cungguh : Sungguh
Binun : Bingung
Amaca : Ah masa
Lahacia : Rahasia
Ca oong ciih : Masa bohong sih
Cemungudh : Semangat
Maacih : Makasih
Ma capah : Sama Siapa
Macama : Sama-sama
Gudnyus : Good News
Kiyim : Kirim
Masya : Masak
Akoh : Aku

Ketika komunikasi dalam gadget  sudah melibatkan emosi, muncullah singakatan untuk tujuan memaki atau mengekspresikan kekesalan seseorang. Singkatan LMAO (laughing my ass off ‘tertawalah di pantatku’) digunakan jika seseorang marah atau kesal kepada lawan bicara. Begitu juga singakatan WTF (what the fuck ‘apa-apaan ini’) digunakan untuk mengungkapkan kekesalan seseorang, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

3.Kata Urban menurut Bentuknya

Dari segi bentuknya, kata urban dapat dibagi menjadi kata yang berbentuk (1) leksikal utuh, (2) singkatan/akronim, (3) angka, dan (4) gabungan antara leksikal, singkatan, dan angka. Kata urban yang berbentuk leksikal contohnya laporan sudah 86  artinya ‘laporan sudah dimengerti’. Berikut beberapa contoh bentuk kata urban yang digunakan dalam bidang kepolisian.
* Taruna : Berita
* bokul: beli sabu-sabu
* ekor panjang: wanita
* ekor ganjil: orang yang dicurigai
* gerobak besi:  mobil
* kereta besi: motor
* Gelombang : Jam/waktu
* Semut : Pelajar
* Lalat : Mahasiswa
* Pangkalan : Rumah/kediaman
* Cangkulan : Kantor/tempat kerja
* Gajah : Derek
* Buntut tikus : Antena pendek (HT)
* Belalai gajah : Antena atas
* Bandeng : Mayat
* Laka : Kecelakaan
* Timor Kupang Pati : Tempat Kejadian Perkara
* Timor Lombok Pati : Telepon
* Timor Kupang Ambon : TerKendali Aman
* Halong Timur : Handy Talky (HT)
* Halong Pati : Hand Phone (HP)

Bentuk singkatan/akronim contohnya kita temukan dalam bahasa gaul bokap artinya ‘bapak’; bonyok (bokap dan nyokap) artinya ‘bapak dan ibu’; anjapu artinya ‘anak jarang pulang’, gatot artinya ‘gagal total’, KEPO (knowing every particular object), cekidot (check it out), jadul ‘jaman dulu’; jablai ‘jarang dibelai’; jaim ‘jaga imej’; IDC ‘I don’t care’ (gak peduli); LLLL (L4) ‘loe lagi loe lagi’. Contoh lain bentuk singkatan/akronim dapat dilihat dalam dunia TNI berikut.

GPL    Garis Perhubungan Laut    
GA    Garis Awal    
Gabpus    Gabungan Pusat    
Gabrah    Gabungan Daerah    
GS    Garis Serang    
Latgab    Latihan Gabungan    
Lat Posko    Latihan Pos Komando    
Limed    Lintas Medan    
Linud    Lintas Udara    
LST    Landing Ship Tank    
RAI    Baterai    
Rah Ops    Daerah Operasi    
Rah Lan    Daerah Pangkalan    
Rakor    Rapat Koordinasi    
Rakornis    Rapat Koordinasi Teknis    
Rapim    Rapat Pimpinan    
Randis    Kendaraan Dinas    
Ranmor    Kendaraan Bermotor    
Ranpur    Kendaraan Tempur    
Rantis    Kendaraan Taktis    
Ren Ops    Rencana Operasi    
Bentuk yang berupa angka contohnya sandi kepolisian P 21 yang berarti ‘berkas sudah lengkap’. Contoh lain tampak pada sandi angka berikut.

* 1-1 : Hubungi per telepon
* 1-4 : Ingin bicara diudara (langsung)
* 3-3 : Penerimaan sangat jelek/orang gila
* 3-3L : Kecelakaan korban luka
* 3-3M : Kecelakaan korban material
* 3-3K : Kecelakaan korban meninggal
* 3-3KA : Kecelakaan kereta api
* 3-4-K : Kecelakaan, korban meninggal, pelaku melarikandiri
* 4-4 : Penerimaan kurang jelas
* 5-5 : Penerimaan baik/sehat
* 8-4 : Tes pesawat/penerimaannya
* 8-7 : Disampaikan
* 8-8 : Ingin berjumpa langsung
* 10-2 : Posisi/keberadaan

Di samping beberapa kata urban yang sifatnya lebih permanen dan lebih terbuka, ada beberapa kata urban yang sifatnya temporal, yang kita ketahui melalui media massa dalam beberapa kasus korupsi belakangan ini, seperti apel malang (‘rupiah), apel washington (‘dolar’), daging pak ustad (‘uang pak ustad’). Beberapa kata sandi tidak diketahui dengan pasti siapa rujukannya karena menyangkut materi persidangan, seperti ustad, engkong, ketua, ketua besar.


3. Simpulan

Kata urban di atas tidak pernah masuk atau menjadi lema kamus bahasa Indonesia, misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia. Karena kosakata urban begitu sering kita dengar, bahkan beberapa kata sangat populer, layaklah kosakata urban itu untuk kita kumpulkan, kita buat dalam bentuk kamus sehingga menjadi kekayaan pengetahuan kita. Mungkin saja beberapa kata pengertiannya tidak begitu terang-benderang, tetapi tetaplah layak kita catat, tentu dengan penjelasan secukupnya.

Daftar Pustaka

Cruse, Alan. 2004. Meaning in Language: an Introductiuon to Semantics and Pragmatics II. New York: Oxford University Press.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan  Kajian. Bandung: Eresco.

Jaszczolt, K.M. 2002. Semantics and Pragmatics: Meaning in Language and Discourse. Edinburgh: Pearson Education.

Kridalaksana, Harimurti.  1986.  Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
---------------.1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Lyons, John. 1977. Semantics. Vol I. Cambridge: Cambridge University Press.
-----------      1995. Linguistic Semantics. New York: Cambridge University Press

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Edisi II. Jakarta: Erlangga.

Saeed. John I. 1997. Semantics. Malden: Blackwell Publisher Inc.

Rudi Sjahril. 2011. ”Kata-kata Sandi Rahasia Polisi”. [http:// http://jawarakampung.blogspot.com/2011/11/kata-kata-sandi-rahasia-polisi.html], diakses 4 Juli 2013, pukul 15.18.

Herman. 2013. “Kata kata Alay yang sering ada di facebook dan twiter”. [http://http://hermans60.heck.in/kata-kata-alay-yang-sering-ada-di-facebo.xhtml], diakses diakses 4 Juli 2013, pukul 15.20.

M. Abdul Khak

...

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa