Bukti Bahasa Indonesia Pemersatu: Percakapan Profesor dengan Mahasiswa S2 di Universitas Al-Azhar Kairo, dalam Buku Menuju Kiblat Ilmu

Bukti Bahasa Indonesia Pemersatu: Percakapan Profesor dengan Mahasiswa S2 di Universitas Al-Azhar Kairo, dalam Buku Menuju Kiblat Ilmu

Bukti Bahasa Indonesia Pemersatu:

Percakapan Profesor dengan Mahasiswa S2 di Universitas Al-Azhar Kairo,

dalam Buku Menuju Kiblat Ilmu

 

oleh: Hurip Danu Ismadi[1]

Percakapan antara Prof. Dr. Rabi’ Jauhari (RJ), seorang guru besar dengan Cecep Taufikurrohman (CT), seorang mahasiswa dalam ujian lisan ketika menempuh program S2 di Universitas Al Azhar Cairo, Mesir sangat menarik.

  “Cecep itu apa artinya?, mengapa kamu tidak menggunakan nama Taufikurrohman saja, nama ini lebih baik dan kami lebih paham,” kata Prof. Rabi’.

“Yang Mulia, nama Cecep itu adalah nama yang digunakan di daerah kami, suku Sunda. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia memiliki banyak suku dan bahasa. Bukan hanya dialek, tetapi bahasa independen. Di Indonesia ada ratusan bahasa (bahasa daerah-penulis). Atas anugerah Allah, kami disatukan oleh sebuah bahasa yang namanya bahasa Indonesia. Tanpa bahasa Indonesia, satu suku tidak akan dapat berkomunikasi dengan suku lainnya…”

Percakapan itu menarik, karena dilakukan lintas bangsa dan lintas negara, antara seorang Profesor dan mahasiswanya. Pada saat ujian lisan untuk menentukan kelulusan mahasiswa S2. Bahkan, salah seorang Profesor yang menguji CT membuat pernyataan menarik.

“Wah Indonesia benar-benar bukti kekuasaan Allah yang menyebutkan bahwa perbedaan bahasa antara satu suku dan yang lainnya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah...”

Percakapan itu terungkap dalam buku yang ditulis oleh Cecep Taufikurrohman yang berjudul “ Menuju Kiblat Ilmu” (MKI) halaman 197--198.

Percakapan itu singkat tetapi sangat penting diungkapkan dalam tulisan ini. Mengapa?, sebuah bukti yang tidak dapat disangkal bahwa pada kita sering berdebat tentang berbagai masalah ragam bahasa, suku, dan budaya ternyata ada rasa kekaguman dari yang tak terduga seorang Profesor di Universitas Islam tertua di dunia, Al Azhar.

Hal itu menunjukkan bahwa bahasa Indonesia secara tidak langsung sudah diperkenalkan kekuatannya di hadapan sidang terhormat ujian lisan, yang terdiri atas beberapa Profesor Universitas Al-Azhar. Yang lebih menarik lagi sewaktu penulis tanggal 21 Oktober 2017 berkunjung  ke Fakultas Bahasa dan Terjemah, Universitas Al-Azhar, bertemu dengan Prof. Dr. Yusuf Amer (Dekan). Bahasa Indonesia disambut sangat antusias bahkan Universitas Al-Azhar berencana menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata kuliah pilihan untuk mahasiswa Fakultas Bahasa dan Terjemah.  Bahkan, beliau menawarkan usulan yang sangat menantang, jika pemerintah Republik Indonesia bersedia, Al-Azhar siap membuka jurusan/program studi bahasa Indonesia di Fakultas Bahasa dan Terjemah.

Tonggak sejarah bahasa Indonesia akan tertancap di Universitas itu apabila rencana mulia ini terwujud. Semoga Allah Swt. mengabulkan rencana tersebut menjadi kenyataan. Amin. Mengapa saya mengutip percakapan tentang bahasa Indonesia dalam buku MKI? Ada korelasi antara percakapan Profesor  RJ dan CT (terjadi beberapa tahun yang lalu), pembukaan program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) di Universitas Al-Azhar dengan rencana Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar membuka jurusan bahasa Indonesia dan menjadikan mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan. Merupakan rentetan fenomena yang menarik.

Buku MKI ini menjadi layak dibaca karena di dalamnya selain dibicarakan ihkwal bagaimana menuntut ilmu di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, juga digambarkan perjuangan memahami bahasa. Di Mesir digunakan dua ragam bahasa Arab, yaitu bahasa Arab fusha (resmi) dan Arab amiyyah, bahasa komunikasi keseharian masyarakat Mesir. Tanpa memahami dengan baik dan lancar kedua bahasa tersebut, seorang mahasiswa akan mengalami kesulitan yang sangat berat, karena bahasa sebagai pintu masuk sebuah ilmu. Walau CT berlatar belakang pendidikan di pesantren, MAN dan juga S1 IAIN, ia harus menyesuaikan bahasa Arabnya di lingkungan masyarakat Mesir yang menggunakan bahasa sehari-hari dengan  Arab Ammiyah. Itulah pentingnya bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai program prioritas BIPA. Program itu dimaksudkan untuk meperkenalkan bahasa Indonesia kepada masyarakat dunia di berbagai negara, termasuk Mesir.  Buku ini juga memuat panduan bagaimana studi di Universitas Al-Azhar Mesir.

Bagian I buku ini menjelaskan hal-hal yang perlu dipertimbangkan apabila para pencari ilmu ingin sekali studi ke Universitas Al-Azhar Mesir. Paling tidak ada 4 faktor. Bagian II buku ini menguraikan sejarah Al-Azhar secara lebih detail, mulai dari Mesir Islam sebelum Al-Azhar sampai dengan mengapa Al-Azhar membuka pendirian Fakultas Putri di Al-Azhar.

Bagian III menjelaskan bagaimana proses seleksi calon mahasiswa S1 Al-Azhar (terutama calon mahasiswa dari Indonesia) sampai dengan pengurusan pendaftarannya di Universitas Al-Azhar. Bagian ke IV menguraikan sejarah pertama mahasiswa Indonesia belajar di Al-Azhar sampai dengan jumlah mahasiswa Al-Azhar dari Indonesia saat ini. Bagian V buku ini mencoba memberikan kiat-kiat dan strategi sukses studi di Universitas Al-Azhar.

Yang  paling unik dan mengharukan menurut saya adalah bagian VI buku ini. Mengapa? Bagian VI buku ini menceritakan bagaimana gigihnya CT dalam berjuang menghadapi berbagai kendala untuk menyelesaikan S2 di Universitas Al-Azhar, Kairo. Ciri khas mahasiswa penuntut ilmu sejati. Orang yang berkawan dengan ilmu adalah orang yang pantang menyerah, gigih, sekaligus sangat cerdik mencari solusi tentang permasalahan yang dihadapi. Itulah gambaran CT, patut diresapi dan direnungkan oleh para penuntut ilmu yang bercita-cita studi ke Al-Azhar, Mesir. bagian akhir buku ini ditutup dengan informasi suatu lembaga nonprofit yang sedang dirintis oleh CT dan para alumnus dari Universitas Al-Azhar, Universitas Suez Canal-Mesir, Institut Studi Arab (Liga Arab) Mesir, dan Universitas Padjadjaran Bandung, yakni lembaga Misykat Rabbaniyyah (Pelita Rabani), cita-cita lembaga yang sangat mulia.

Visinya sangat jelas dan mulia, “Melahirkan ulama yang ilmuwan dan ilmuwan yang ulama, yang bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlakul karimah dalam rangka mewujudkan khairu ummah dan kebangkitan umat.”

Buku ini sangat dianjurkan dibaca bagi yang bercita-cita kuat, bahkan sejak awal bermimpi menuntut ilmu, belajar ke Universitas Al-Azhar Mesir.***



[1] Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud.

Hurip Danu Ismadi

...

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa