UKBI MSAT: Tes Kemahiran Berbahasa Lintas Performa Penutur
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) merupakan tes kemahiran untuk mengukur kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia. Sebagai sebuah tes, ia merupakan seperangkat stimulus soal kebahasaan yang dijadikan dasar penetapan skor tentang kemahiran berbahasa seseorang. Sebagai sebuah tes, UKBI memiliki standar objektif sehingga dapat digunakan secara luas dalam kerangka pengukuran kemahiran berbahasa. Sebagai sebuah tes, UKBI juga memiliki prosedur yang sistematis dalam membandingkan tugas kebahasaan yang dikuasai penutur bahasa Indonesia. Karakteristik UKBI tersebut merupakan representasi dari pengertian tentang tes sebagaimana yang disampaikan oleh Norman E.Gronlund (1971), Kerlinger (1993:41), dan Anastasi (1988:23—25).
Perakitan tes kemahiran tentu harus seiring dengan tujuan tes sehingga seluruh dimensi dapat direpresentasikan dalam konstruk tes. Ada dua wilayah utama dalam perakitan tes yang membutuhkan perhatian. Wilayah pertama berkaitan dengan desain fisik perangkat tes, seperti bentuk tes, waktu, prosedur, penyajian, penskoran, interpretasi, sampel materi, teori, dan analisis hasil tes. Wilayah kedua berkaitan dengan isi atau materi tes yang akan disusun. Materi Tes kemahiran berbahasa tentu harus disusun oleh ahli bahasa atau ahli pendidikan bahasa. Kedua wilayah tersebut membutuhkan kepakaran khusus yang memiliki perbedaan. Perkembangan teknologi informasi memperluas wilayah kepakaran yang harus tergabung dalam pengembangan tes. Dalam hal penyajian tes berbasis komputer, diperlukan kepakaran khusus dalam desain aplikasi tes. Perluasan tersebut harus terintegrasi dalam satu wilayah pengembangan tes. Bagi pengembang tes, pemahaman umum terhadap ketiga wilayah tersebut sangat penting untuk dapat mengintegrasikan ketiganya menjadi sebuah tes yang andal dari berbagai sisi.
Steven M. Downing dan T. M. Haladyna (2006) menyampaikan bahwa terdapat delapan pihak yang terlibat dalam pengembangan bank soal dalam sebuah tes. Pihak tersebut adalah pengembang tes, ahli psikometri, penulis soal, penyunting, pengembang perangkat lunak, penaja atau pengagih, penyedia keamanan, dan pengelola aset digital. Seturut dengan itu, pengembangan UKBI berusaha melibatkan sejumlah pihak tersebut agar UKBI terus termutakhirkan dari berbagai sisi.
Sejak ditetapkan penggunaannya pada tahun 2003 melalui SK Mendiknas Nomor 52/U/2003 yang diperbarui dengan Permendikbud Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar Kemahiran Berbahasa, pengembangan UKBI telah melalui berbagai fase sehingga berwujud sebagaimana bentuknya yang mutakhir. Tes yang telah mendapat Surat Pendaftaran Ciptaan Kementerian Hukum dan HAM Nomor 023993 dan 023994 tertanggal 8 Januari tahun 2004 dan telah diperbarui pada tahun 2011 atas nama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tersebut telah dapat disajikan dalam bentuk layanan UKBI berbasis jejaring internet.
Pada masa sebelumnya, tahun 2010, untuk pertama kalinya UKBI berbasis luring diluncurkan. Sebenarnya tes luring tersebut merupakan tes hibrida yang penyajiannya dilakukan semidaring. Ada sesi pengunduhan soal melalui jejaring internet dan ada sesi pemanfaatan komputer dengan jaringan LAN. Tes hibrid tersebut dapat menfasilitasi peserta uji untuk mengikuti tes di ibu kota provinsi melalui pengujian di TUKBI (tempat uji kemahiran berbahasa). Tes UKBI Luring merupakan generasi awal pengujian UKBI yang berbentuk CBT (computer based test). Pengembang instrumen lain mungkin menamakannya sebagai CAT (computer assisted test) yang pada hakikatnya mengandung hal yang sama, tes yang disajikan dengan bantuan komputer.
Pengembangan layanan UKBI selanjutnya dilakukan pada tahun 2018 melalui tes berbasis jejaring internet yang dinamakan UKBI Daring. Tes UKBI Daring tidak sekadar memanfaatkan komputer, tetapi juga memanfaatkan akses internet untuk kecepatan, ketepatan, dan efisiensi. Hakikatnya tes UKBI Daring juga merupakan generasi kedua UKBI yang berbasis CBT. Akan tetapi, hal yang sebenarnya merupakan sesuatu yang mutakhir ini pun masih terdapat sedikit rumpang dalam hal mengakomodasi tujuan pengukuran kemahiran berbahasa peserta uji dengan rentang performa yang sangat luas.
UKBI secara umum bertujuan untuk mengukur kemahiran penutur bahasa Indonesia, baik penutur jati maupun penutur asing. Penutur bahasa Indonesia meliputi beragam karakter usia, profesi, wilayah, pendidikan, dan pengalaman berbahasa. Untuk dapat memotret kemahiran berbahasa penutur bahasa lintas performa dengan cepat, tepat, dan efisien dibutuhkan pengembangan lebih lanjut pada ketiga wilayah yang sudah disampaikan di atas. Kecepatan, ketepatan, dan efisiensi yang tertera sebagai suatu tujuan pengembangan membutuhkan integrasi yang lebih mumpuni dalam ketiga wilayah pengembangan tes. Pada akhirnya, disusun instrumen tes yang berdesain multistage adaptive test (MSAT) sebagai pengembangan UKBI selanjutnya. Desain ini mengisi rumpang yang masih tersisa ihwal ketepatan pengukuran lintas performa pada UKBI Daring.
Dalam lingkup tes, MSAT juga merupakan pengembangan mutakhir dari sistem CAT (Computer Adaptive test). Kekuatan CAT terletak pada efisensi dalam menyajikan soal kepada peserta uji. Aplikasi pada komputer diatur sedemikian rupa sehingga dapat menyeleksi, memberikan butir soal, dan menskor jawaban peserta sesuai dengan kemampuan peserta. Beberapa riset mendukung keefesienan dari CAT. McBride & Martin (1983) menyampaikan bahwa jumlah butir soal pada tes CAT adalah 2,57 kali lebih rendah untuk mencapai tingkat reliabilitas yang sama dengan tes konvensional. Eignor, et al. (1993) juga menyimpulkan bahwa dengan rancangan tes adaptif hanya memerlukan panjang tes kurang lebih setengah dari panjang perangkat paper and pencil test pada tingkat presisi pengukuran yang sama. Simpulan Weiss (2004) dan Santoso (2009) juga mendukung hal yang sama bahwa tes adaptif juga efisien dan efektif untuk pengukuran di bidang pendidikan.
Pada MSAT kekuatan ini diperluas dengan tingkat soal yang bervariasi dan berjenjang melalui panel dan modul pengujian. Beberapa ahli yang telah menyampaikan karakteristik tes MSAT adalah Luecht and Nungester (1998, 2000); Armstrong, Jones, Koppel, and Pashley (2004); Edwards and Thissen (2004); Zenisky and Hambleton (2004); and Xing and Hambleton (2004); Breithaupt, Ariel,and Veldkamp (2004); dan (Yan et al., 2014). Jenis tes ini belum banyak digunakan di Indonesia mengingat kerumitan prosedur perakitannya. Dengan tes berbasis MSAT, peserta dapat terwadahi dalam butir soal yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam tes ini, jumlah butir tiap peseta uji berbeda bergantung pada seberapa mampu ia mengerjalan modul (testlet) yang terangkum secara berjenjang dalam jalur panel.
UKBI MSAT merupakan generasi mutakhir dari UKBI berbasis internet. Sebagaimana karakter tes berbasis MSAT, UKBI MSAT juga dirancang dalam bentuk modul. Pengembangan awal terdapat tiga modul, yaitu Modul Mendengarkan, Modul Merespons Kaidah, dan Modul Membaca. Setiap modul mencakupi empat teslet yang terbagi atas teslet sintas, sosial, vokasional, dan akademik serta disajikan dalam jalur panel pengujian. Melalui UKBI MSAT penutur bahasa Indonesia dengan performa apa pun dapat dipotret kemahirannya dengan efisien. Peserta uji akan mendapatkan jumlah soal yang sesuai dengan estimasi kemampuan yang dipotret oleh sistem MSAT. Oleh karena itu, jumah butir soal tiap peserta uji akan berbeda.
Pada akhirnya dibutuhkan integrasi sumber daya yang kuat hingga tes UKBI MSAT tidak sekadar dapat terwujud dengan baik, tetapi juga termanfaatkan dengan baik. Pengembangan UKBI MSAT yang telah didukung oleh kebijakan pimpinan di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut harus terus dimutakhirkan agar makin meluncur sebagai nomenklatur tes kemahiran berbahasa Indonesia yang diakui secara de facto, baik di hati, di pikiran, di lisan, maupun di dokumen tertulis penutur bahasa Indonesia. Bahkan, dalam beberapa kesempatan Kepala Badan Bahasa, E. Aminuddin Aziz, telah memperkenalkan UKBI MSAT sebagai tes yang dapat menguji kemahiran berbahasa Indonesia penutur bahasa Indonesia dari berbagai perfoma kebahasaan penutur, baik bagi pelajar, mahasiswa, berbagai kalangan profesional, pejabat publik, maupun pejabat fungsional. Teruji lebih terpuji. Teruji UKBI bukti cinta NKRI.
Atikah Solihah
Penulis adalah Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda, Penyuluh Bahasa, dan Koordinator KKLP UKBI di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa