Kisah Si Jatuh Hati

Tidak sebagaimana sinonimnya, majemuk frasa jatuh hati tidak seberuntung jatuh cinta. Kita dapat menemukan frasa jatuh cinta dalam berbagai konteksnya bertebaran di media sosial dan di internet, tidak demikian dengan frasa jatuh hati. Artikel ini akan menelisik frasa yang unik ini. Anda yang sedang jatuh hati atau jatuh cinta, baik kepada seseorang maupun kepada sesuatu, silakan melanjutkan membacanya. Anda yang tidak sedang mengalaminya, lebih disarankan lagi untuk melanjutkan membaca. Sekalipun konon menurut nenek moyang jatuh hati tidak dapat diprediksi pada situasi mana dan waktu mana Anda dapat merasakannya, setidaknya dengan melanjutkan membaca artikel ini, ada kemungkinan Anda akan  jatuh hati pada bahasa Indonesia yang memiliki 113.634 kata yang termuat dalam KBBI.

              Mari kita bandingkan terlebih dahulu makna frasa jatuh hati dan jatuh cinta.  Ternyata, jatuh hati tidak dimaknai dalam KBBI Daring. Inilah ketidakberuntungan jatuh hati yang pertama. Akan tetapi, kalau kita melihat tesaurus, frasa jatuh hati ternyata memiliki sahabat makna yang cukup banyak, tidak hanya jatuh cinta, tetapi juga dimabuk cintakasmarankecantolkena hatikerlip (cak), kesengsem (cak), mabuk asmaramabuk cintamabuk kepayangmenaruh cintamenaruh hatimenaruh kasihperlip (cak), terpesonaterpikatterpincuttertawan, dan tergoda.  Berbeda dengan KBBI Daring, KBBI Luring masih memuat kata jatuh hati dengan makna  ‘menaruh cinta (kasih) kepada’ dan ‘menaruh belas kasihan (kepada)’. Artikel ini tidak akan mendiskusikan lebih lanjut mengapa konsep jatuh dilekatkan pada kata menaruh. Bagaimanapun makna idiom, sekalipun masih bisa ditelusuri melalui inti frasanya, harus berada dalam satu kesatuan makna frasa.

Sebagai sebuah frasa, jatuh hati merupakan majemuk frasa. Ditinjau dari kelas katanya jatuh hati merupakan  verba majemuk idiom. Verba jatuh dalam frasa jatuh hati tersebut merupakan inti frasa tersebut. Dari segi bentuk tersebut kita telisik kembali kolokasi kata tersebut. Ternyata kata jatuh sebagai inti frasa, terdeteksi memiliki kolokasi dengan kata cinta (jatuh cinta), bangun (jatuh bangun), hari (jatuh hari), sakit (jatuh sakit), tanggal (jatuh tanggal), pingsan (jatuh pingsan), dan tempo (jatuh tempo). Akan tetapi, kata jatuh ini, tidak terlihat berkolokasi dengan kata hati setidaknya dengan korpus yang terdapat dalam dalam Leipzig Corpora dengan pemutakhiran terakhir tahun 2013.  Inilah ketidakberuntungan kedua.

 

Sekalipun tidak relevan dan kurang memadai sebagai sebuah data, penulis mencoba melihat kedua frasa tersebut pada buku teks SMP. Hasilnya diketahui bahwa terdapat tiga frasa jatuh cinta dan tidak terdapat satu kata pun untuk jatuh hati. Tentu data ini tidak dapat dikatakan kemalangan berikutnya, tetapi hanya sebagai penguat data saja.

              Mari kita lihat penggunaan yang lebih luas di kalangan warganet. Melalui google trends dapat kita bandingkan tren kedua frasa tersebut. Ternyata didapati bahwa kata jatuh cinta memiliki jumlah penggunaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jatuh hati. Perbandingannya cukup mencolok karena hampir-hampir tidak ada garis irisan antara tren tertinggi pada kata jatuh hati dengan tren terendah pada kata jatuh cinta sebagaimana yang terlihat dalam gambar berikut ini.

Dengan melihat pemakaian sepanjang tahun diketahui bahwa frasa jatuh cinta (beralur garis merah) merupakan kata yang lebih banyak digunakan orang dibandingkan frasa jatuh hati. Pemakaiannya pun dinamis. Kedinamisan tersebut tidak terlihat dalam pemakaian kata jatuh hati yang cenderung statis dengan garisnya yang mendatar pada bagian bawah.

Kalau kita perpanjang rentang pemakaian mulai dari tahun 2004 atau dengan kata lain sepanjang 16 tahun, ternyata kita mendapatkan tren yang kurang lebih sama. Kata jatuh cinta mengalami pemakaian yang dinamis dan cenderung melampaui kata jatuh hati. Tren tertinggi kata jatuh cinta terdapat pada tanggal bulan Desember 2017. Penulis tidak ingin menduga-duga penyebabnya. Dapat saja karena banyak pesohor yang menikah pada tahun tersebut atau dapat juga seratus sebab lain. Kita cermati kembali bahwa hampir sepanjang masa 16 tahun tersebut, kata jatuh hati tidak menunjukkan kedinamisan yang berarti.

Dengan posisi pemakaiannya yang stagnan tersebut, cukup menarik untuk melihat pemantauan ihwal frasa ini berdasarkan wilayah pemakaian. Setelah dicermati, ternyata didapati, bahwa provinsi yang ada di bagian barat Indonesia lebih banyak menggunakan kata ini dibandingkan dengan provinsi yang ada di sebelah timur Indonesia. Perhatikanlah dua gambar berikut.

    

Perbandingan tertinggi antara kata jatuh hati dan jatuh cinta ternyata terdapat pada beberapa wilayah barat Indonesia, seperti di wilayah Kepulauan Riau. Selanjutnya, wilayah dengan pemakaian tertinggi secara berturut-turut adalah Yogyakarta, Bangka Belitung, Lampung, dan Kalimantan Barat. Komposisi tertinggi itu mencapai 12%. Sementara itu, pada wilayah timur Indonesia pemakaian kata jatuh hati ini mencapai 0% jika dibandingkan dengan pemakaian kata jatuh cinta. Wilayah timur Indonesia tersebut adalah Maluku Utara, Maluku, hingga Papua Barat. Ini ketidakberuntungan yang ketiga dari frasa jatuh hati. Dapat dikatakan bahwa orang Papua tidak pernah mengalami ataupun tidak mengenal frasa jatuh hati ini. Seutuhnya di sana orang-orang terbiasa mengungkapkan frasa jatuh cinta dan tidak mengungkapkan konsep yang sama dengan frasa jatuh hati.  

Ditinjau dari sisi kekerabatannya, kata jatuh dan kata hati memiliki kekerabatan yang tinggi dengan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Dari aplikasi laboratorium kebinekaan yang beralamat di labbineka.kemdikbud.go.id didapat bahwa kata hati memiliki tingkat kekerabatan sebesar 88,9%, sedangkan kata jatuh sebesar 62,45%. Artinya, kedua kata ini secara terpisah berkerabat dengan kata dari berbagai bahasa daerah di Indonesia, mulai dari bahasa Aceh Besar di Aceh hingga bahasa Sumuri di Papua Barat. Akan tetapi, sebagaimana maknanya, pemakaian kata dan frasa tentu berbeda. Karena kekerabatan untuk frasa jatuh hati tidak dapat terlihat dalam aplikasi ini, tidak dapat disimpulkan apakah memiliki kekerabatan pada tingkat frasa dengan bahasa daerah. Ilustrasi kekerabatan tersebut dapat dilihat pada tangkapan layar berikut ini.

Dari uraian sederhana tersebut, dapat dinyatakan ulang bahwa frasa jatuh hati memang tidak seberuntung jatuh cinta. Sekalipun demikian, frasa ini beruntung memiliki makna yang bersinonim dengan jatuh cinta. Konon orang yang jatuh cinta, sebagaimana orang yang jatuh hati, memiliki seribu rasa di hati. Pada artikel ini penulis hanya dapat menimbang kata, tak hendak menimbang rasa. Akan tetapi, penulis berharap bahwa  dengan itu, pembaca mulai merasa jatuh hati pada bahasa Indonesia. 

Atikah Solihah

Atikah Solihah, Koordinator KKLP UKBI, mengabdi di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa