Semiotika Teknologi dalam Media Pembelajaran Berbasis Daring

Dalam beberapa bulan terakhir sebagian dari kita dipaksa untuk bekerja dari rumah, termasuk kalangan pendidik Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh situasi pandemi yang eksis sejak Maret tahun lalu. Pemerintah mengarahkan kita untuk melakukan pembelajaran daring. Tak hanya itu, pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif guna pembelajaran yang dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik. Pendidik diharuskan untuk melek teknologi. Sebagian pendidik, khususnya kalangan pendidik muda, mungkin bisa melakukan pembelajaran yang dilakukan secara daring dengan mengandalkan teknologi. Namun, hal itu tentu akan menjadi sulit bagi pendidik yang sudah berumur.

Menteri Nadiem tidak mencanangkan program pelatihan untuk pendidik yang sudah berumur atau merem teknologi. Padahal, pelatihan tersebut berguna agar mereka dapat membuka aplikasi pembelajaran daring, membuat, dan mengunduh materi pembelajaran ke aplikasi pembelajaran daring tersebut. Program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta pewadah pendidikan lainnya pada masa pandemi ini berpusat pada pelaksanaan webinar tentang bagaimana mempersiapkan peserta didik untuk belajar daring di masa pandemi. Informasi pengoperasian teknologi menjadi penting pada masa pandemi ini. Selain itu, informasi tentang aplikasi, metode, dan media apa saja yang cocok digunakan untuk pembelajaran daring juga diperlukan.

Berkaitan dengan media pembelajaran, kata, kalimat, dan gambar merupakan suatu tanda. Semua itu mengingatkan kita akan kajian ilmu yang membahas tanda, yaitu semiotika. Pembahasan ini merujuk pada sumbangsih ide untuk menggunakan berbagai media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Poster, meme, koran, peta, peta pikiran, video, atau musik dapatkah dipahami sebagai tanda? Dalam semiotika, tanda dipahami sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Menurut Barthes (1985), tanda adalah hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah entinitas yang membenda (tangible). Tanda yang dimaksud dapat berupa poster, meme, koran iklan baris, peta, peta pikiran, video, atau musik yang di dalamnya terdapat fitur-fitur semiotika berupa teks, gambar, diagram, dan lain-lain. Sebagai pendidik, khususnya pendidik bahasa, hal yang penting adalah kreativitas dan inovasi penggunaan media dalam menyajikan pembelajaran kepada peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia tidak mengandalkan teori saja, tetapi pengaplikasian. Tanda-tanda yang berkombinasi dengan makna dibutuhkan dalam media pembelajaran. Melalui pemahaman pendekatan teori semiotika ini, pendidik bahasa diharapkan dapat menambah wawasannya tentang media pembelajaran yang memiliki fitur-fitur menarik serta dapat digunakan untuk menyampaikan materi ke peserta didik. Tanda-tanda yang beragam dalam media pembelajaran tersebut digunakan oleh pendidik untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran.

Masa pandemi Covid-19 saat ini berkaitan dengan ilmu yang mempelajari tanda, yaitu semiotika teknologi. Berbicara teknologi artinya kita berbicara tentang alat dan metode atau usaha yang digunakan untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan sosial. Komputer dapat dikatakan alat. Penggunaan teknologi oleh pendidik adalah metode. Jadi, penggunaan media pembelajaran yang di dalamnya terdapat aspek visual dan audio adalah usaha untuk membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Ini berimplikasi pada perubahan metode pengajaran yang semula konvensional menjadi daring, mulai dari proses pengajaran hingga penilaian.

Media pembelajaran yang beragam diunggah di media sosial, seperti Youtube, Instagram, Google Classroom, atau aplikasi daring lainnya. Poster, meme, koran, iklan baris, peta, peta pikiran, video, dan musik dapat dijadikan media pembelajaran alternatif guna mendukung proses pembelajaran. Media pembelajaran yang disebutkan tadi merupakan objek semiotika dan dapat dikatakan sebagai semiotika teknologi jika objek tersebut dijadikan media pembelajaran daring, diunggah pada aplikasi daring, serta dapat diakses dan dipelajari oleh peserta didik di aplikasi daring ataupun media sosial. Salah satunya adalah poster. Berbagai fitur semiotika yang berupa gambar dan kata dapat kita temui dalam poster. Gambar dan kata saling berkaitan menghasilkan pemahaman makna bagi pembacanya. Misalnya, berbagai poster yang berisikan pencegahan virus Covid-19 marak tersebar pada masa pandemi ini. Berbagai contoh poster Covid-19 dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Pendidik dapat mengintruksikan peserta didik untuk membuat poster yang berkaitan dengan Covid-19, lalu diunggah pada media sosial atau pendidik dapat menyajikan electronic poster dan ditayangkan pada aplikasi pembelajaran daring. Setelah itu, pendidik mengintruksikan kepada peserta didik untuk menganalisis isi poster, mulai dari gambar hingga kalimat, struktur, dan kaidah kebahasaan yang terdapat pada poster tersebut. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut, konsep semiotika teknologi dapat terealisasi. Manfaat umumnya adalah semakin banyak kita menggunakan sistem tanda, semakin dekat makna yang akan kita sampaikan untuk banyak orang.

Berbicara tentang penyampaian media pembelajaran yang beragam, kita tentu kembali pada pembicaraan awal. Para pendidik perlu memahami pengoperasian aplikasi pembelajaran guna penyaluran media pembelajaran daring di masa pandemi ini. Peran kolaborasi pemerintah dan pendidik menjadi penting agar peserta didik memahami maksud dan tujuan dari materi pembelajaran yang diberikan.


DAFTAR PUSTAKA 
 
Iwan, Acep. (2020). “Semiotika  Korona”. [Daring]. Tersedia:https://kompas.id/baca/opini/2020/04/06/semiotika-korona/ yang dikutip pada tanggal 21 Januari 2021 pukul 07.00. 
               
Saragih. Amrin. (2007). “Bahasa Sebagai Semiotika Sosial Dan Pembelajaran Bahasa Inggris”. 1-10. ISSN: 1829-9237 
              
Wulandari, Rita. (2017). “Poster Sebagai Media Pendidikan Karakter”. [Daring].  Tersedia:  http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/Rita-Wulandari.pdf yang dikutip pada 21 Januari 2021 pukul 10.00.

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa