Badan Bahasa Tanggapi Definisi Kata Perempuan dalam KBBI

Badan Bahasa Tanggapi Definisi Kata Perempuan dalam KBBI

Jakarta—Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan kamus umum yang bersifat historis. Artinya, KBBI merekam semua fakta kebahasaan yang pernah dan tengah hidup dalam masyarakat tutur bahasa Indonesia. Selain sebagai kamus historis, KBBI juga merupakan kamus yang hidup (living dictionary). Setiap ada konsep atau makna baru muncul pada suatu masa, konsep dan makna itu dicatat dengan urutan kronologis. Kata-kata dan makna tersebut disajikan berdasarkan urutan perkembangannya, mulai dari makna yang mula-mula muncul sampai dengan makna yang dipahami saat ini.

Informasi tersebut tampaknya belum dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat. Pasalnya, definisi kata perempuan di dalam KBBI mendapat sorotan dari berbagai pihak yang menuntut adanya perbaikan terhadap definisi kata tersebut. Di dalam KBBI kata perempuan didefinisikan sebagai berikut: perempuan/pe-rem-pu-an/ (1) n orang (manusia) yg mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita (2) n istri; bini; dan (3) n betina (khusus untuk hewan). Selain itu, terdapat gabungan kata sebagai berikut: perempuan geladak; perempuan jahat; perempuan jalanan; dan perempuan jalang.

Pihak yang menyoroti menilai bahwa konotasi yang positif dari kata perempuan di dalam KBBI sangat minim. Padahal, dalam kehidupan nyata perempuan banyak memberikan kontribusi positif sehingga dikenal istilah perempuan pengusaha, perempuan cerdas, pahlawan perempuan, dan sebagainya.

Berbagai gugatan terus dilayangkan agar makna perempuan yang lebih positif dapat dimuat di dalam KBBI. Tujuannya adalah agar apabila orang awam, orang asing, atau pelajar mencari makna perempuan dalam KBBI, mereka akan menemukan makna yang positif.

Demikian dikatakan oleh Wiendu Nuryanti selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) Yogyakarta pada seminar daring yang bertema "Redefenisi Perempuan" pada Jumat, 12 Maret 2021. Acara yang bertujuan untuk menjawab viralnya definisi perempuan yang dinilai membawa stigma negatif dalam masyarakat itu digagas langsung oleh FPPI Yogyakarta.

Dalam seminar tersebut, selain dihadirkan Wiendu Nuryanti (Ketua DPD FPPI DIY) sebagai pembicara  kunci, dihadirkan Marcella Zalianty (Aktris dan Ketua Parfi 56), Hastanti Widy Nugroho (Dosen Fakultas Filsafat UGM), dan Endang Aminudin Aziz (Kapala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa), serta Ratun Untoro (Pengkaji Bahasa dan Sastra). Selain itu, dihadirkan Heddy Shri Ahimsa Putra (Guru Besar Antropologi UGM) dan Endang Sumiarni (Dosen Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta) sebagai pembahas.

Saat membuka acara tersebut, Wiendu Nuryanti menuturkan bahwa pihaknya berupaya untuk menjawab kegundahan perasaan yang muncul saat melihat konotasi kata perempuan yang lebih didominasi dengan stigma negatif. Ia berharap agar diskusi tersebut dapat  memberikan pencerahan sehingga masyarakat melihat makna kata perempuan dari berbagai sisi, tidak sekadar dari perspektif biologis. Ia menilai saat ini makna perempuan sudah mengalami evolusi yang luar biasa karena banyak makna positif yang bisa digunakan sehingga makna yang ada saat ini tidak dianggap gagap gender.

Senada dengan hal itu, Marcella Zalianty juga mengungkapkan kegelisahannya karena ia menilai bahwa jika stigma negatif tersebut terus dibiarkan, hal itu akan mengakar kuat di tengah masyarakat sehingga sulit diubah. “Mengapa konotasi negatif terhadap kata laki-laki lebih sedikit daripada perempuan, padahal dalam kehidupan nyata banyak laki-laki yang berbuat jahat?” Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh artis kelahiran 1980 itu.

“Saya mencontohkan perempuan yang merebut suami orang lain yang dikenal dengan sebutan pelakor, padahal banyak juga laki-laki yang mengambil istri orang lain, tetapi selalu perempuan yang disalahkan. Ini menyebabkan bias gender,” tegasnya. Marcella berharap agar diskusi ini dapat menjadi pemantik berbagai pihak untuk bersinergi dalam mengubah stigma negatif tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Ratun Untoro dalam paparannya. Ia menyebutkan bahwa kata perempuan yang berasal dari per+empu+an ini pada dasarnya sudah bermakna bagus/positif. Ia melihat gabungan katanyalah yang dapat menjadikannya berkonotasi negatif atau positif. Kebetulan, gabungan kata perempuan dalam KBBI berkonotasi negatif. Ia berharap agar Tim Penyusun KBBI memasukkan konsep dan makna perempuan sesuai dengan korpus terkini yang merujuk pada peran perempuan di ranah publik yang berkonotasi positif, seperti perempuan pengusahaperempuan modern, dan perempuan direksi.

Untuk menanggapi pertanyaan tersebut, Amin menjelaskan prinsip perkamusan yang sudah berjalan, yaitu penyusunan kamus yang bersandar pada korpus yang tersaji secara apa adanya. Frekuensi kemunculan yang tinggi menjadi salah satu syarat masuknya sebuah kata menjadi entri dalam KBBI. Jika muncul pertanyaan, apakah entri yang mungkin memunculkan stigma negatif dapat dihapus dari data KBBI? Jawabannya adalah tidak karena entri beserta kelengkapannya yang sudah terekam dalam KBBI tersebut mewakili fakta kebahasaan yang ada pada masanya.

“Terima kasih atas undangan yang luar biasa ini. Perlu saya sampaikan kepada Bapak/Ibu bahwa penyusunan kamus bersandar pada korpus yang tersaji secara apa adanya. Frekuensi kemunculan yang tinggi menjadi salah satu syarat masuknya kata menjadi entri dalam KBBI. Jika ada yang bertanya, apakah stigma negatif yang terekam dalam KBBI dapat dihapus? Jawabannya tidak karena KBBI tidak dapat menghilangkan entri beserta kelengkapannya yang sudah ada karena setiap entri mewakili fakta kebahasaan pada masanya,” tegas Amin.

Penjelasan entri perempuan di dalam KBBI dapat dijadikan contoh bagaimana pandangan masyarakat terhadap perempuan dan konotasi seperti apa yang dilekatkan kepada perempuan. Konotasi dan stigma yang negatif dapat diubah bukan dengan cara mengubah penjelasan entri tersebut di dalam KBBI, melainkan dengan mengubah konotasi dan stigma masyarakat terhadap perempuan di tataran yang lebih tinggi. Jika perubahan konotasi dan stigma negatif masyarakat terhadap perempuan dapat dilakukan, entri-entri baru dengan makna yang positif akan muncul dalam korpus dan tercatat dalam KBBI secara alami.

Lebih lanjut, Amin mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus menampung masukan-masukan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan KBBI yang menjadi rujukan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal berbahasa.

“Kami akan terus menampung masukan-masukan dari berbagai pihak, kami mendengar, kami tanggapi, dan kami tindak lanjuti, tentu saja berdasarkan kaidah-kaidah ilmu perkamusan,” ungkapnya.

Seperti yang sudah berjalan secara rutin, pemutakhiran KBBI dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada bulan April dan Oktober. Adapun usulan perubahan entri perempuan dalam KBBI terlihat dalam tabel berikut.

Jenis Perbaikan

Entri Lama

Hasil Perbaikan

Perbaikan definisi: mengganti kata (dan) untuk mengakomodasi alternatif pilihan (atau) dan menambahkan sinonim kata yang positif

pe.rem.pu.an n  orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita

pe.rem.pu.an orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, atau menyusui; wanita; puan

Penghilangan subentri gabungan kata: meletakkan kata kedua pada gabungan kata dengan induk perempuan sebagai entri tersendiri jika maknanya tidak berbeda atau konteks penggunaannya tidak khusus untuk perempuan

perempuan simpanan

simpanan

perempuan jalang

lihat 1jalang

Penambahan informasi dalam bentuk label ragam penggunaan bahasa, misalnya label ark untuk menandai penggunaan kata yang sudah arkais atau dahulu dipakai, sedangkan sekarang tidak dipakai lagi

perempuan geladak pelacur

 

 

perempuan geladak ark pelacur

perempuan lecah pelacur

perempuan lecah ark pelacur

Penghilangan makna yang tidak khas dan penambahan makna kiasan untuk makna yang khas

perempuan jahat 1 perempuan yang buruk kelakuannya (suka menipu dan sebagainya);  

perempuan nakal     

perempuan jahat ki perempuan nakal     

Penambahan subentri gabungan kata yang berkonotasi positif

-

perempuan penggerak

perempuan pemimpin

Usulan perubahan tersebut akan dimunculkan dalam pemutakhiran KBBI pada bulan April mendatang. Dengan demikian, KBBI diharapkan dapat memiliki fitur-fitur yang ramah pengguna, artinya produk tersebut dapat memberikan kenyamanan kepada pengguna ketika melakukan pencarian kata. (DV)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa