Nuansa Seni Mewarnai Pembukaan Konferensi Internasional Kesusastraan Xvi Sarjana Kesusastraan Indonesia (hiski)
Palembang, Pusat Bahasa. Sekitar dua ratus peserta yang terdiri atas sarjana sastra dari dalam dan luar negeri, undangan, serta para pejabat Pemerintah Daerah Palembang memeriahkan pembukaan Konferensi Internasional Kesusastraan XVI Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski). Konferensi Internasioanl itu secara resmi dibuka oleh Wakil Gubernur Sumatera Selatan, Wahyuddin N.S., 18 Agustus 2005 di Hotel Swarna Dwipa, Palembang. Nuansa seni dalam pembukaan itu sangat terasa sekali. “Jalan-jalan ke Sungai Musi jangan lupa mampir ke Benteng Kuto Besak. Kalau Anda jadi anggota Hiski, Anda akan banyak sanak.” Itulah akhir sambutan Rektor Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. Zainal Ridho Djaffar, yang dikemukakan dalam sambutan pembukaan. Tidak ketinggalan pula, Wakil Gubernur membacakan penggalan senjang, puisi daerah Musi Banyuasin (Muba), dalam bahasa Muba. Sebelum membuka Konferensi, beliau juga membacakan puisi yang ditulisnya sendiri dengan judul “Dua Bocah Kampung” yang diambil dari antologi puisi Adakah Surga Neraka. Konferensi yang mengangkat tema “Meninjau Kembali Pedagogi dan Politik Pengajaran dan Penelitian Sastra” menurut Ketua Hiski, Riris Toha K. Sarumpaet, merupakan bukti bahwa Hiski selalu memperhatikan masyarakat dan Hiski berdiri karena dan untuk masyarakat. Diharapkan Konferensi ini dapat sampai pada pengenalan masalah dan penemuan jalan keluar paling mutakhir perihal pengajaran dan penelitian sasta di Indonesia. Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Konferensi, Latifah Ratnawati, mengemukakan bahwa Konferensi ini banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Hal itu dapat dilihat dari pesertanya yang berjumlah 160 berasal dari perguruan tinggi, perseorangan, instansi, dan institusi. Peserta dari luar negeri juga hadir, yaitu Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Jerman, dan Belanda. Penyaji makalah utama sebanyak 10 orang dan pemakalah panel sebanyak 57 orang. Acara pembukaan juga dimeriahkan dengan tari Tepak yang menampilkan 7 penari dan 1 pemain pencak yang membawa tombak. Tari penyambutan itu merupakan ungkapan selamat datang kepada peserta Konferensi yang akan berada di Palembang selama Konferensi berlangsung, 18—21 Agustus 2005. (Lus)