Persidangan Linguistik Asean III
Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, yang diwakili oleh Kepala Pusat Bahasa, Dr. Dendy Sugono secara resmi membuka Persidangan Linguistik Asean III (PLA III) pada tanggal 29 November 2005, di Hotel Patra Jasa, Jakarta. PLA III dihadiri sekitar seratus peserta yang berasal dari empat negara Asean: Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Ada 5 pemakalah utama dan 16 pemakalah pendamping yang ditampilkan dalam PLA kali ini. Semua pemakalah berbicara mengenai hal yang berkaitan dengan “Bahasa dalam Masyarakat Asia Tenggara: Kepelbagaian, Perubahan, dan Perkembangan”, yang merupakan tema PLA III. Pemakalah utama tersebut adalah Dr. Dendy Sugono (Pusat Bahasa), Prof. Dr. Harimurti Kridalaksana (Universitas Indonesia), Prof. Dr. Awang Sariyan (Malaysia), Prof. Madya Dr. Paitoon M. Chaiyanara (Singapura), dan Dr. Mataim Bakar (Brunei Darussalam). Dari persidangan selama dua hari ( 29—30 November 2005) tersebut, mencuat lima isu yang dirumuskan sebagai berikut. 1. Kajian linguistik di kawasan ASEAN memiliki lahan yang sangat luas dngan kepelbagaian bahasa yang dimiliki. Oleh karena itu, para linguis Asia Tenggara perlu melakukan penelitian bahasa yang sinergis agar dari bahan-bahan kajian di Asia Tenggara yang menjadii acuan bagi kajian linguistik. 2. Upaya menjadikan bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahsa resmi di Asia Tenggara perlu dilakukan secara bersungguh-sungguh. Untuk itu, negara pengguna bahasa Indonesia/Melayu perlu memiliki kemauan politik, berupaya menumbuhkan kecintaan bahasa, dan melakukan upaya ke arah terwujudnya bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN. 3. Kenyataan bahasa di kawasan Asia Tenggara, baik berperan sebagai bahasa nasional/negara, bahasa daerah, maupun bahasa asing yang memiliki peran masing-masing sehingga perlu mendapat tempat sesuai dengan kedudukannya. 4. Pengembangan bahasa Indonesia/Melayu perlu dilakukan melalui penelitian bahasa-bahasa yang mempengaruhinya seperti pengaruh Cina/Mandarin dan bahasa Thai sebagai bahasa fon. 5. Kajian-kajian multidisipliner lebih banyak dilakukan daripada kajian linguistik murni. Oleh karena itu, kedua kajian tersebut perlu dilakukan secara beriringan. PLA III ditutup pada hari Rabu, 30 November 2005, setelah perwakilan empat negara ( Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura) menandatangani Anggaran Dasar Persatuan Linguis ASEAN, yang baru terbentuk.