Dari Seminar Nasional “efisiensi Tanpa Merusak Logika Bahasa”
Forum Bahasa Media Massa (FBMM), suatu organisasi bagi mereka yang menggeluti bahasa di media massa cetak dan elektronik, bekerja sama dengan harian Suara Merdeka Semarang menggelar kegiatan Seminar Nasional “Efisiensi Tanpa Merusak Logika Bahasa” pada tanggal 1 April 2006. Seminar yang berlangsung di Ruang Sidang Suara Merdeka Jalan Raya Kaligawe Km 5, Semarang itu diikuti puluhan wartawan dari media cetak dan elektronik nasional, dosen, dan mahasiswa. Seminar ini menampilkan empat pembicara; Dr. Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional), Dr. Sudaryanto (Pakar Linguistik dari IKIP PGRI Semarang), TD Asmadi (Ketua FBMM), dan Tavif Rudiyanto (Suara Merdeka). Bertindak sebagai moderator adalah Gunawan Budi Santoso serta Budi Maryono (Suara Merdeka). Sessi pertama, Dr. Sudaryanto menyampaikan makalah berjudul “Apakah Efisiensi dalam Berbahasa Jurnalistik Cenderung Merusak Logika?”. Sudaryanto mengawali paparannya dengan menyampaikan sejarah munculnya istilah “ekonomi bahasa”, bagaimana seharusnya menulis dengan ‘singkat’ tidak bertele-tele, sampai dengan batasan-batasan upaya mewujudkan prinsip efisiensi berbahasa. Ia juga menyebutkan beberapa kesalahan berlogika dan berbahasa kita selama ini. “Ceroboh dalam berdiksi, kacau dalam kalimat, kabur dalam pernyataan, dan tidak kolokatif dalam bersemantik merupakan penyebab yang merusak logika kita”, tutur Sudaryanto. Masih dalam sessi pertama, sebagai panelis kedua, Dr. Dendy Sugono menyampaikan makalah berjudul “Efisiensi Tanpa Mengabaikan Bahasa”. Dia mengingatkan kepada peserta untuk selalu berpegang kepada prinsip efisiensi atau hemat yang telah menjadi budaya bangsa sejak dari masa lalu, seperti beberapa ungkapan nenek moyang “sambil menyelam, minum air; tak ada rotan, akarpun jadi; sedikit bicara, banyak kerja” dan lain sebagainya. Dendy juga mengingatkan bahwa efisiensi dapat dilakukan, tetapi asas komunikatif harus tetap menjadi tujuan penyampaian informasi. Fungsi bahasa tetap terpenuhi walau ada penghematan-penghematan apabila kita mampu tetap menerapkan kaidah dan sistem bahasa, tetap berada pada alur pikir kebanyakan penutur bahasa, berlaku secara konsisten, dan hindarkan penyimpangan dari kelaziman yang telah menjadi kebiasaan masyarakat. Dalam sessi kedua, TD Asmadi menyampaikan makalahnya berjudul “Memuaskan Pembaca dengan Menulis Efektif”. Dia mengingatkan kembali kepada seluruh media cetak harian untuk mempertimbangkan kembali gaya penulisan, sajian bentuk surat kabar, dan tambahan lain untuk memuaskan pembacanya. Bila surat kabar hanya menulis berita lempang (straight news), dapat dipastikan akan tergusur dengan adanya media lain seperti radio, televisi, dan Internet yang telah membeberkan suatu fakta berita hanya beberapa menit setelah peristiwa terjadi. Selanjutnya Tavif Rudi sebagai pembicara terakhir menyampaikan makalahnya yang berjudul “Efisiensi, Jangan Merusak: Sebuah Pengantar Diskusi”. Wakil Pemimpin Redaksi Suara Merdeka H Amir Machmud NS SH MH menilai, media massa saat ini menjadi sublaboratorium bagi masyarakat. ''Bahasa yang digunakan di media massa akan menjadi acuan bagi pembacanya. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama pihak media untuk bisa menyeragamkan bahasa agar bermanfaat bagi pembaca,'' tuturnya saat membuka acara itu. (HR)