Penghargaan Akademi Jakarta 2009 Kepada Putu Wijaya
Penghargaan Akademi Jakarta 2009 diberikan kepada Putu Wijaya. Demikian keputusan Dewan Juri Penghargaan Akademi Jakarta 2009, yang terdiri atas Adi Kurdi, Ahmadun Yosi Herfanda, Dwiki Dharmawan, Franki Raden, Julianti Parani, N. Riantiarno dan Rizaldi Siagian, dalam rapatnya pada tangal 29 November 2009. Dewan Juri yang diketuai oleh Rizaldi Siagian itu menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan menyangkut rekomendasi dari berbagai pihak serta reputasi nama-nama calon yang mendapat rekomendari tersebut, meliputi: dedikasi, konsistensi, intensitas, kredibilitas, kontribusi, pengaruh, dan spirit pembaruan yang dimilikinya dalam berkarya. Tidak kalah pentingnya adalah persyaratan teknis, yaitu terdiri atas seniman yang masih hidup, berusia lebih dari 50 tahun, bukan anggota Akademi Jakarta dan bukan anggota Dewan Juri, sedangkan yang bersangkutan adalah WNI. Dengan unggulan memiliki keahlian yang sangat komplit, yakni dramawan, novelis, cerpenis, dan esais, yang dalam teater adalah aktor, pengarang, sutradara, pemikir, penggagas, kritikus, juga pendesain unsur-nsur seni rupanya, ditambah dengan beberapa pembaruan yang dipeloporiya di bidang sastra dan drama, serta inspirasi bersumber darinya yang memengaruhi terjadinya kesadaran berkesenian Indonesia itu, menurut Dewan Juri, seniman produktif yang memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijya itu sangat layak menerima penghargaan Akademi Jakarta yang tahun ini diberikan untuk ke sebelas kali. Akademi Jakarta, yang diresmikan keberadaannya oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Ali Sadikin pada tanggal 24 Agustus 1970, pertama kali memberikan Hadiah Seni untuk pencapaian yang luar biasa di bidang drama, kepada dramawan Rendra pada tanggal 22 Agustus 1975. Tiga tahun kemudian setelah memperhatikan pencapaian di bidang seni rupa, Akademi Jakarta memberikan Hadiah Seni kepada pelukis dan editor sebuah majalah sastra, Zaini, pada 7 Januari 1978. Setelah absen selama 25 tahun, pada 11 Maret 2003 Akademi Jakata memberikan kembali Hadiah Seni, dan saat itu pilihan jatuh kepada perupa Gregorius Sidharta. Sejak itu berturut-turut tiap tahun Akademi Jakarta memberikan Hadiah Seni kepada koreografer Gusmiati Suid dan pemusik Nano S. pada 1 Juni 2004, selanjutnya setelah memantapkan kriteria kepada pencapaian seumur hidup, bukan kepada keluarbiasaannya, pada 10 November 2005, Akademi Jakarta memberikan Penghargaan kepada koreografer Retno Maruti. Sejak itu sebutan Hadiah Seni Akademi Jakarta diganti menjadi Penghargaan Akademi Jakarta. Tangal 20 Desember 2006 Penghargan Akademi Jakarta diberikan kepada tiga insan seni dan pakar humaniora, yaitu komposer Amir Pasaribu yang lama tinggal di luar negeri, arkeolog R. P. Soejono yang menekuni peninggalan-peninggalan dari zaman purbakala, serta penjaga tradisi Melayu yang disegani, Tenas Effendi. Selanjutnya, 10 Desember 2007, giliran penyair Sutardji Calzoum Bachri mendapat Penghargaan Akademi Jakarta, disusul oleh insan film Slamet Rahardjo Djarot pada 22 Desember 2008. Pada tanggal 21 Desember 2009 ini Akademi Jakarta akan memberikan penghargaan kepada seniman yang berdedikasi tinggi, Putu Wijaya. Penyerahan penghargaan akan diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, dalam suatu rangkaian acara yang dimulai sejak pukul 14.00 sampai pukul 20.30, meliputi kuliah umum, talk show, penyerahan penghargaan dan pementasan monolog Putu Wijaya. (Sumber: Abuhasan Asyari, Sekretaris Akademi Jakarta, sumber foto: m.kompas.com, antarfoto.com, dan euro2008.antara.co.id)(D