Malam Anugerah Sayembara Telaah Sastra DKJ 2009
Pada Jumat, 15 Januari 2009 pukul 19.30—21.30 WIB diselenggarakan pemberian anugerah kepada pemenang Sayembara Telaah Sastra DKJ 2009 di Teater Studio, Taman Ismail Marzuki. Ketua Pengurus Harian DKJ 2006—2009, Marco Kusumawijaya pada sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Zen Hai, Nukila Amal, dan Ayu Utami sebagai anggota Komite Sastra DKJ 2006—2009 yang telah selesai masa tugasnya dan akan digantikan oleh Ahmadun Y. Herfanda, Martin Aleida, Diah Hadaning, dan Zen Hai yang akan segera dilantik oleh Gubernur DKI. Pada kesempatan tersebut Marco menginformasikan bahwa salah satu kegiatan Komite Sastra adalah melaksanakan Sayembara Telaah Sastra DKJ 2009 dan Marco mengucapkan terima kasih kepada Dewan Juri: Jakob Sumardjo, Mudji Sutrisno, dan Nirwan Ahmad Arsuka yang telah bekerja professional dalam memilih naskah terbaik. Naskah telaah sastra karya Bramantio dari Jawa Timur bertajuk “Metafiksionalitas Cala Ibi: Novel yang Bercerita dan Menulis tentang Dirinya Sendiri”, keluar sebagai pemenang pertama Sayembara Telaah Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2009. Di antara hampir 100 naskah yang diseleksi dewan juri, karya Bramantio dianggap paling memenuhi seluruh kriteria penilaian, terutama pada aspek craftamanship (ketukangan) sastrawi. Telaah Bramantio sanggup mengatasi kerumitan susunan novel Cala Ibi yang tampak membingungkan hingga kian terbuka. Selain mendapatkan piagam penghargaan, Bramantio yang sehari-harinya bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Surabaya, berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 20.000.000 atas kemenangannya. Naskah karya Tia Setiadi bertajuk “Benda-benda, Bahasa dan Kala: Mencari Simetri Tersembunyi dalam Teman-temanku dari Atap Bahasa Karya Afrizal Malna” meraih juara kedua dan berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 15.000.000. Naskah karya Ridha al-Qodri berjudul “Sapardi dan Tanda : Telaah Semiotik atas Kumpulan Puisi Kolam” meraih juara ketiga dan berhak mendapatkan uang tunai Rp12.000.000. Dewan juri juga memilih 4 naskah unggulan selain 3 pemenang tadi. Karya-karya itu adalah 1. “Konvensi dan Improvisasi dalam Novel Misteri Perkawinan Maut karya S. Mara GD” yang ditulis oleh Adrianus Pristiono 2. “Rahasia yang Tersembunyi dalam Sajak "Pembawa Matahari" karya Abdul Hadi WM” oleh Arif Hidayat 3.“Asmara dalam Sajak “Asmaradana’ karya Goenawan Mohamad” yang ditulis Baban Banita 4. “Dari Jagat Fantasi, Konsep-konsep Sufistik hingga Sihir Retorika: Telaah atas Novel Cala Ibi” karya Tjahjono Widijanto Selain mendapat piagam, keempatnya berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 2.000.000. Peluncuran Buku Naskah Telaah Sastra DKJ Pada acara malam penganugerahan tersebut Dewan Kesenian Jakarta juga meluncurkan buku kumpulan naskah telaah sastra dari sayembara 2007 dan 2009. Menurut Ketua Komite Sastra DKJ, Zen Hae, buku itu merupakan gabungan dari dua kumpulan telaah sastra (17 telaah dari 13 penulis) yang dihasilkan dari dua sayembara. “Sebagai sebuah gabungan ia memperlihatkan keberagaman cakupan dan gaya penulisan. Dengan gayanya masing-masing, para penulis telaah dalam buku ini mencoba mengupas, sejauh yang bisa dilakukan, segi-segi terdalam dalam sebuah karya sastra. Baik yang mencoba menggunakan pisau bedah teoretis maupun analisis pribadi yang mempertajam telaah dengan pengutipan teori-teori tertentu”, papar Zen. Tentang Sayembara Telaah Sastra DKJ Sayembara Telaah Sastra adalah sayembara yang mulai menjadi tradisi Dewan Kesenian Jakarta sejak 2005. Sayembara ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali (tahun ganjil), berselang-seling dengan Sayembara Menulis Novel DKJ yang sudah dimulai sejak awal 1970-an. Pada 2006 acara ini bertajuk “Sayembara Kritik Sastra DKJ 2007” dan bertema “Sastra Indonesia memasuki Abad ke-21”. Untuk 2009, demi memaksimalkan penggunaan bahasa Indonesia, kami mengganti kata “kritik” dengan “telaah”, dengan tema “Kepengrajinan (craftsmanship) dalam Sastra Indonesia Mutakhir.” Bagi Dewan Kesenian Jakarta, sayembara semacam ini penting untuk menjawab kebutuhan akan telaah sastra yang serius, mendalam, inspiratif, dan menyuarakan zamannya. Sudah menjadi rahasia umum, suburnya penciptaan dan apresiasi sastra mutakhir ini ternyata belum dapat diimbangi dengan telaah sastra yang memadai, apalagi untuk dapat berkembang menjadi tradisi pemikiran pelbagai wacana sastra. Telaah sastra masih menjadi barang langka. Jika pun tumbuh, ia hanya menjadi kegiatan akademis yang sangat terbatas jangkauannya. (DM)