Diskusi Dan Peluncuran Buku Geliat Bahasa Selaras Zaman
Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, bekerja sama dengan Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia menyelenggarakan acara diskusi dan peluncuran buku Geliat Bahasa Selaras Zaman, bertempat di Gedung Samudra, Pusat Bahasa, Rabu (24/2/2010). Dalam buku Geliat Bahasa Selaras Zaman yang diluncurkan tersebut, ada 14 peneliti dari dalam dan luar negeri yang memaparkan penelitiannya tentang berbagai perubahan bahasa-bahasa pasca Orde Baru dan mencoba memahami fenomena kebahasaan yang dinamis di Era Reformasi. Dr. Mikihiro Miriyama dan Manneke Budiman bertindak sebagai editor buku tersebut. Selama ini, bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan negara dan bahasa nasional diakui sebagai bahasa yang sah dan dapat dikembangkan oleh negara. Kebijakan bahasa tersebut berubah sehingga bahasa Indonesia agak bebas dari kontrol kekuasaan. Begitu juga bahasa-bahasa daerah dan bahasa asing yang mempunyai ruang tersendiri. Tidak lagi ditekan di bawah hegemoni bahasa nasional sehingga mempunyai kebebasan. Demikian dikatakan guru besar di Universitas Nanzan, Nagoya, Jepang, Dr. Mikihiro Moriyama pada diskusi tersebut. Lebih lanjut, Mikihiro mengatakan bahwa bahasa asing telah memasuki kehidupan sehari-hari di masyarakat. Pemakaian kata-kata asing semakin menonjol dan bahasa baru pun dikreasi. Bahkan, dalam siaran televisi, bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, sudah dipakai untuk acara warta berita dan acara-acara lainnya. Tidak hanya bahasa daerah saja, bahasa Inggris dan Mandarin juga mulai dipakai untuk program berita. Acara diskusi dan peluncuran buku Geliat Bahasa Selaras Zaman menghadirkan Dr. Mikihiro Miriyama (guru besar di Universitas Nanzan Nagoya, Jepang), Dr. Jan Van Der Putten (pengajar di Universitas Nasional Singapura), Dr. Dendy Sugono (peneliti bahasa) dan Dr. Melani Budianta (guru besar di Universitas Indonesia) sebagai moderator. (hr./tri)