Pola Pikir Siswa Harus Diubah
PALEMBANG — Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang menyebabkan siswa gagal saat Ujian Nasional (UN). Banyak siswa yang mengaku kesulitan menjawab soal-soal saat ujian yang berlangsung belum lama ini. Kepala Bidang Pengembangan, Pusat Bahasa, Dr. Sugiyono mengamini hal itu. Menurutnya, permasalahan banyaknya siswa yang gagal pada pelajaran bahasa Indonesia terletak pada pola pikir siswa (mind set). Pola pikir itu adalah menganggap bahasa Indonesia itu sulit bahkan lebih sulit dari bahasa Inggris. “Dengan mindset seperti itu si siswa jadi sulit menerima atau menjadi berat mengerjakan soal bahasa Indonesia saat ujian kemarin,” tandas Sugiyono di acara Seminar Internasional Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajaran Bahasa-Sastra di Hotel Sandjaja Palembang, Selasa (1/6). Lebih lanjut, ia mengatakan, pola pikir itu juga membuat siswa jadi panik saat ujian. Seharusnya, siswa bisa lebih santai untuk mencegah kepanikan itu. “Tapi yang paling utama harus mengubah mindset tadi. Bahkan, ada kan yang lihat soal saja langsung pingsan” ujarnya tegas. Masalah tingkat kesulitan soal, Sugiyono berkomentar, sudah tergolong cukup. “Artinya, soal-soal itu tidak terlalu berat dan tidak terlalu susah,” jelasnya. Hanya yang perlu dibenahi adalah kurikulum pendidikan bahasa Indonesia itu sendiri. Baik dalam materi maupun dalam proses pengajarannnya. Di kesempatan yang sama, Sugiyono mengatakan, dari 746 bahasa daerah yang ada di Indonesia, hanya 10 persen yang akan tersisa di akhir abad (2099). Sisanya, akan mengalami kepunahan. “Kalau tidak digunakan ya akan punah,” tandasnya. Prof. Chuzaimah Dahlan Diem, sepakat dengan pernyataan Sugiyono tersebut. Ketika ditemui pada kesempatan yang sama, ia menambahkan, bahasa daerah saat ini tidak begitu dilestarikan. “Banyak orang yang latah tidak menggunakan bahasa daerah. Ya, kalau tidak dilestarikan bisa punah,” terang salah satu pembicara pada seminar yang diadakan Balai Bahasa Provinsi Sumsel itu. Tak hanya itu, Chuzaimah menambahkan, tingkat kecerdasan budaya dan literasi masyarakat Sumsel sendiri tergolong rendah. Kebanyakan warga mengaku bahwa mereka adalah pembaca pasif. “Artinya mereka membaca hanya karena terpaksa,misalnya karena kalau mengikuti pelatihan atau ujian saja,” jelasnya. (Sriwijaya Post - Selasa, 1 Juni 2010 20:43 WIB Sumber: http://www.sripoku.com/view/37006/pola_pikir_siswa_harus_diubah ) (hr)/(DM)