Pembukaan Kongres IX Bahasa Indonesia, 28 Oktober 2008
Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo, Selasa 28 Oktober 1928 pukul 13.00, telah meresmikan acara Kongres IX Bahasa Indonesia di Hotel Bumi Karsa, Jakarta. Pada sambutannya beliau mengemukakan bahwa bangsa Indonesia masih kurang percaya diri dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Beliau mengungkapkan "Indikasi ke arah itu dapat dilihat pada perilaku berbahasa masyarakat belum menempatkan bahasa Indonesia sebagai tuan di negeri sendiri,". Salah satu sebab masyarakat kurang percaya diri dalam menggunakan bahasa Indonesia, menurut Bambang, karena kurang serius dalam menempatkan bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mampu berkembang dan berjaya di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya. ”Masyarakat memilih menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah yang tidak pada tempatnya,” kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo di hadapan sekitar 1.000 peserta Kongres IX Bahasa Indonesia. Beliau mengharapkan agar Bahasa Indonesia tetap harus menjadi simbol bagi berbagai kehidupan berbangsa. ”Negara-negara maju, seperti Jerman dan Jepang, membangun bangsanya melalui politik identitas walau negaranya hancur lebur akibat perang. Jepang membangun jati dirinya melalui pengutamaan penggunaan bahasa Jepang, seperti penerjemahan semua literatur asing dalam bahasa Jepang. Semangat dan sikap nasionalisme Jerman ditunjukkan dengan kecintaan pada bahasanya,” kata Mendiknas. Oleh karena itu, Mendiknas meminta Pusat Bahasa agar menyiapkan kosa kata untuk bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. "Tugas kita agar proses penambahan kosa kata dari unsur-unsur bahasa asing mengikuti aturan agar ada logika dan pemahaman yang benar," katanya. Mendiknas juga mengemukakan bahwa orang tua dan guru diharapkan untuk mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia kepada anak-anaknya sejak dini. Itu merupakan salah satu upaya untuk membentuk kecerdasan manusia yang seimbang. "Kecerdasan manusia yang seimbang itu tidak akan diperoleh dari mata pelajaran lainnya, seperti matematika, yang hanya mengandalkan kekuatan otak sebelah kiri. Begitu pula seni atau mata pelajaran lainnya, yang mengandalkan kreativitas, hanya pada otak sebelah kanan,". Mendiknas juga mengungkapkan bahwa pemerintah memasukkan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN) mulai dari tingkat SD hingga SMA. "Upaya itu untuk mendorong anak Indonesia memiliki kecerdasan seimbang. Selain mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia di tengah pergaulan internasional," ujarnya. Selanjutnya Mendiknas berharap, orangtua, guru, serta masyarakat benar-benar mengutamakan pengajaran bahasa Indonesia, terutama dalam proses interaksi dialogis dengan perkembangan iptek. "Dengan perkembangan iptek itu, bahasa Indonesia jangan sampai tergerus. Namun sebaliknya, harus ada adaptasi atas perubahan itu," katanya. Pada acara pembukaan kongres, sastrawan Rendra membacakan puisi dengan judul ”Kesaksian Akhir Abad”. Selain itu, Pusat Bahasa memberikan penghargaan yang diserahkan oleh Mendiknas kepada tokoh masyarakat berbahasa Indonesia lisan terbaik, yakni Prof Din Syamsuddin, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menneg Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono, politisi Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan aktris Maudy Kusnaedy. Penghargaan juga diberikan kepada Gubernur Jawa Timur sebagai pemenang adibahasa provinsi terbaik kategori A, Gubernur Sumatera Barat sebagai pemenang adibahasa provinsi terbaik kategori B, dan Gubernur Sulawesi Tenggara sebagai pemenang adibahasa provinsi terbaik kategori C. Penghargaan juga diberikan kepada tokoh pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri, yaitu Prof. Dr. Ulrich Kratz, dari SOAS London. Sedangkan penghargaan kepada sastrawan diberikan oleh Pusat Bahasa kepada tiga orang sastrawan, yaitu Hamsad Rangkuti dengan kumpulan cerpen Bibir dalam Pispot, Ahmadun Yosi Herfanda dengan kumpulan Puisi Ciuman Pertama untuk Tuhan, dan Arthur S. Nalan dengan drama Sobrat. Sementara itu, Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dendy Sugono dalam laporannya mengatakan, masalah kebahasaan dan kesastraan di Indonesia meliputi masalah bahasa dan sastra daerah, serta masalah penggunaan bahasa asing.Dari waktu ke waktu ketiga kelompok masalah kebahasaan dan kesustraan itu saling mempengaruhi.Bahasa dan sastra Indonesia dipengaruhi bahasa daerah, dan sebaliknya, serta dipengaruhi juga oleh bahasa asing, setidaknya dari segi kosa kata. Ada kekhawatiran sebagian masyarakat yang melihat pergeseran ranah penggunaan bahasa daerah oleh bahasa Indonesia.Hal ini terungkap dalam Kongres Bahasa Jawa, Kongres Bahasa Bali, Kongres Bahasa Sunda, dan sebagainya.Di sisi lain, sebagian ranah penggunaan bahasa Indonesia tergeser ranah bahasa asing, katanya.Kondisi ini menunjukkan bahwa kedudukan dan fungsi ketiga bahasa itu belum mantap dalam tata kehidupan masyarakat.Berbagai fenomena itu yang mendasari tema-tema dalam kongres tersebut. Forum ini akan menghadirkan pembicara dari kalangan pejabat negara, tokoh masyarakat, pakar berbagai ilmu, insan media dan sebagainya.Selain itu, menampilkan pemakalah dari dalam dan luar negeri.Kongres berlangsung mulai 28 Oktober hingga 3 November 2008. Kongres yang akan menampilkan 105 makalah hingga 31 Oktober 2008 ini juga melibatkan pakar berbagai bidang ilmu dan para penyelenggara pengajaran bahasa Indonesia untuk orang asing dari seluruh dunia. Forum ini mengangkat persoalan peran bahasa dan sastra dalam membangun insan Indonesia yang cerdas, bermutu, dan berdaya saing, baik lokal, nasional, maupun global.*