Kongres Internasional Bahasa-bahasa Daerah Sulawesi Tenggara 2010
BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA--Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah dilaksanakan di kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara, dibuka pada hari Minggu, tanggal 18 Juli 2010 oleh gubernur H. Nur Alam, S.E. bersamaan dengan Festival Perairan Pulau Makasar 2010. Para tamu undangan hadir dari berbagai negara, antara lain: Belanda, Jepang, Brunei Darussalam, Australia, Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, serta para pakar bahasa berbagai daerah dan perguruan tinggi di tanah air. Mereka selanjutnya menyaksikan upacara adat Ma’taa yang merupakan warisan budaya peninggalan masyarakat Laporo. Kata Ma’taa berarti bersenang-senang atau berhasil dalam suatu usaha yang diwujudkan dalam bentuk makan dan minum bersama. Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Nur Alam, dalam sambutannya menyatakan bahwa pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini karena sejalan dengan visi dan misi provinsi Sulawesi Tenggara 2008-2013, yaitu pemantapan pembangunan budaya daerah. Maksud dari pemantapan tersebut adalah mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan, mengembangkan dan memperkuat citra dan identitas daerah, serta mendorong perkembangan kepariwisataan daerah yang berorientasi pada pengembangan potensi budaya daerah. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan budaya yang berlimpah karena didiami oleh berbagai suku dan etnis, beragam jenis bahasa daerah dan beraneka tradisi, serta kerajinan khas daerah. Dengan dukungan budaya yang kaya tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara dapat memanfaatkan dan memberdayakan budaya daerah untuk tujuan pembangunan ekonomi rakyat. Budaya dapat dijadikan komoditas yang memiliki nilai ekonomi, khususnya dalam kaitannya dengan pariwisata. Kegiatan seperti ini sangat penting untuk dilaksanakan secara rutin, tiga atau empat tahun sekali, karena bukan hanya mendukung pengembangan dan promosi wisata provinsi Sulawesi Tenggara tetapi yang paling penting adalah pengembangan pelestarian dan pembinaan bahasa dan sastra daerah melalui kajian-kajian dari para pakar dan ahli, baik dari dalam maupun luar negeri. Sementara itu Walikota Bau Bau, Drs. M.Z. Amirul Tamim, M.Si. menyampaikan sambutannya bahwa pemerintah Kota Bau-Bau memberikan apresiasi positif atas terselenggaranya kegiatan kongres Internasional bahasa-bahasa daerah ini yang merupakan kegiatan Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional disertai dengan harapan kongres dapat memberikan berbagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan masyarakat. Kota Bau-Bau sebagai salah satu kota yang berada pada persimpangan jalur pelayaran yang menghubungkan wilayah timur dan wilayah barat nusantara merupakan sebuah daerah yang sangat terbuka sehingga memungkinkan banyak terjadi persentuhan budaya yang akan meninggalkan peristiwa sejarah dan budaya seperti tergambar dalam bahasa lisan maupun tulisan. Saat ini di kota Bau Bau terdapat enam bahasa yang digunakan oleh masyarakat yaitu bahasa Wolio, bahasa Pancana atau bahasa Wuna, bahasa Suai atau bahasa Cia-cia, bahasa Liwut Pasi atau bahasa Wakatobi, bahasa Moronene, dan bahasa Bajo Lautan. Selain itu masih terdapat berbagai dialek yang menciptakan keunikan tersendiri dan menjadikan salah satu indikator bahwa bahasa lisan maupun tulisan sejak lama dikenal oleh masyarakat. Dengan keragaman tersebut tercermin bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran yang tinggi tentang betapa pentingnya bahasa sebagai media penyampaian informasi, gagasan, dan pemikiran masyarakat sebelumnya (enha)/hr*(DM)