Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara 2010

Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara 2010

JAKARTA--Pada tanggal 27-28 September 2010 Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional akan mengadakan Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara "Sastra dan Ideologi" yang bertempat di Hotel Santika, Jakarta. 1. Latar Belakang Bertolak dari pemikiran bahwa setiap sastrawan memiliki gagasan tertentu yang ingin dikemukakannya kepada pembaca, ideologi dalam sastra adalah sebuah keniscayaan. Ideologi merupakan buah pemikiran yang berkehendak “membenahi” kehidupan berdasarkan nilai-nilai yang mampu menggerakkan penganutnya. Sastrawan sebagai pemikir dengan sendirinya memiliki orientasi yang bertaut dengan sebuah ideologi. Sastra tanpa ideologi memiliki kecenderungan untuk menjadi sastra tanpa tanggung jawab intelektual. Namun, hal itu tidak berarti sastrawan menulis karena tujuan propaganda ideologi yang dianutnya. Jika hal itu terjadi pada saat yang sama, esensi sastra itu akan hilang sebab karya sastra adalah sebuah ruang untuk menyatakan sebagian realitas kemanusiaan, bukan alat yang dapat digunakan oleh pengarangnya, kelompok tertentu, atau penguasa. Perdebatan tentang sastra dan ideologi di Indonesia bermula pada paruh kedua dasawarsa 1930-an, sebagai bentuk pertukaran pemikiran yang kemudian dikenal sebagai Polemik Kebudayaan. Dalam polemik itu diperdebatkan konsep Indonesia dan kebudayaannya yang memunculkan tiga orientasi: Barat, Timur, dan perpaduan Barat dan Timur. Pada perkembangan selanjutnya, ketika H.B. Jassin menokohkan Chairil Anwar sebagai pelopor Angkatan 45, muncul pemikiran yang berorientasi ke Barat, yakni humanisme universal. Gagasan itu selanjutnya memunculkan gagasan tandingan yang berorientasi ke bumi sendiri, ke nilai-nilai kedaerahan dengan budaya daerah sebagai sumber pemikiran. Berikutnya, muncul pemikiran yang bermuara pada politik, yakni realisme sosialis. Pada masa itu, sastra dalam hal ini benar-benar menjadi sarana politik. Di sini pengelompokan pengarang menjadi sangat dominan sehingga menumbuhkan kubu yang berlawanan pada saat menjelang berakhirnya kekuasaan Orde Lama di ujung paruh pertama dasawarsa 1960-an Pada masa Orde Baru dikenal juga perdebatan sastra kontekstual. Perdebatan itu menjadi aktualisasi pemikiran humanisme universal dan realisme sosialis dalam bentuk baru, yakni bahwa sastra itu harus kontekstual dengan nilai-nilai yang hanya berlaku dalam konteks sosialnya. Konsep ini diperlawankan dengan pemikiran universalisme, yang dianggap terlepas dari konteks sosial dan tidak berpijak di bumi nyata. Dari perdebatan yang ada dapat dipahami bahwa sastra dan ideologi tidak hanya bertumpu pada persoalan antara dunia sastra dan penguasa karena ideologi juga dapat dimaknai sebagai panggilan hidup yang menuntut pewujudan dalam tingkah laku keseharian kehidupan penganutnya, termasuk dalam perilaku politik dan kreasi seni. Jika sastra dikendalikan oleh pasar, ideologi yang berada di belakangnya adalah ideologi pasar yang bermuara pada kapitalisme. Dengan demikian, ideologi pada hakikatnya menjadi pangkal setiap gerakan yang wujudnya sangat beragam. Perdebatan sastra dan ideologi kemudian menjadi penting dibicarakan di tingkat antarbangsa di tengah berembusnya isu globalisasi dan terorisme yang semakin radikal. Apa yang menjadi ideologi sastra dan bagaimana ideologi dalam sastra berperan di tengah arus isu-isu global menjadi permasalahan menarik untuk dikaji lebih jauh. 2. Tujuan Seminar ini diharapkan dapat menghasilkan pemikiran baru yang bertaut dengan persoalan sastra dan ideologi. Perbincangan tentang sastra dan ideologi ini juga ditujukan untuk membuka ruang dialog antarnegara dan antarkelompok, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di berbagai negara. 3. Tema dan Subtema Tema seminar ini ialah “Sastra dan Ideologi”. Dengan subtemanya adalah sebagai berikut “Kebebasan Berekspresi dan Berideologi” “Sastra, Ideologi, dan Negara” “Nilai-Nilai Ideologi dan Sikap Kepengarangan” 4. Pemakalah Dalam seminar ini akan tampil pemakalah dari Indonesia dan negara lain, di antaranya Australia, Belanda, Brunei Darussalam, Jepang, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Rusia. Selain itu, panitia juga akan menerima makalah yang berkaitan dengan sastra dan ideologi dari peserta yang berminat. Abstrak makalah dapat dikirim ke pos-el mastera_indo@yahoo.co.id. Abstrak paling lambat diterima panitia tanggal 1 Juli 2010 dan pengumuman hasil seleksi penerimaan abstrak tanggal 12 Juli 2010. 5. Peserta Peserta seminar berasal dari kalangan dosen, pengajar, mahasiswa, peneliti, sastrawan, dan pengamat sastra, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 6. Waktu dan Tempat Seminar dilaksanakan pada tanggal 27—28 September 2010 di Hotel Santika, Slipi, Jakarta Pusat. 7. Biaya Pendaftaran Biaya pendaftaran sebagai peserta sebesar Rp500.000,00 (tidak termasuk biaya penginapan) ditransfer ke rekening Dian Pitaloka, S.E. BNI 46 Kantor Cabang Rawamangun, Jakarta Timur, nomor rekening 0012254872. Fotokopi bukti transfer dan formulir pendaftaran dikirimkan kepada Panitia Penyelenggara melalui faksimile Pusat Bahasa (021) 4750407 atau melalui pos selambat-lambatnya 20 September 2010 (cap pos) yang dialamatkan kepada: Panitia Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta Timur, Jakarta 13220 Pendaftaran akan ditutup jika jumlah peserta sudah mencapai 150 orang. Informasi lebih lanjut pada Panitia Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta 13220 Telepon (021) 4706287, 4896558 ext. 127 Faksimile (021) 4750407 Pos-el : mastera_indo@yahoo.co.id.

Admin Badan Bahasa

-

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa