Naskah, Akses, Dan Identitas: Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara Ke-13

Naskah, Akses, Dan Identitas: Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara Ke-13

SOLO--Sebagai salah satu bentuk upaya konkret untuk memelihara dan melestarikan naskah, Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) bekerja sama dengan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) menyelenggarakan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara ke -13 pada tanggal 27—29 Juli 2010 di Hotel Kusuma Sahid, Solo. Simposium ini secara resmi dibuka oleh Rektor UNS, Prof. Dr. H. Much Syamsulhadi, dr.Sp.Kj.(K). Kegiatan tersebut dihadiri lebih kurang 200 peserta dari dalam dan luar negeri, terdiri dari dosen, mahasiswa, guru, peneliti, perwakilan intansi pemerintah, tokoh masyarakat, serta akademisi. Simposium ke-13 ini mengambil tema Naskah, Akses dan Identitas. Naskah merupakan kata kunci yang merujuk pada artefak budaya berupa tulisan tangan (manuscripts) yang telah diwariskan secara turun temurun. Akses merupakan kata kunci yang akan mencakup topik-topik upaya penelusuran, pencatatan, bacaan, kajian, dan upaya pelestarian naskah-naskah Nusantara. Dengan sendirinya, hal-hal yang meniscayakan terciptanya akses tersebut perlu diupayakan dan terus dilakukan, seperti digitalisasi dan restorasi. Akses terhadap koleksi naskah perorangan yang biasanya lebih rumit akan mendapat perhatian lebih, selain naskah dalam koleksi lembaga. Sedangkan identitas merupakan kata kunci yang akan mencakup topik-topik tentang berbagai upaya membangkitkan kesadaran kolektif bangsa Indonesia bahwa naskah-naskah kuno adalah benda cagar budaya yang mencirikan identitas bersama, dan karenanya perlu dijaga, dilestarikan, serta diwariskan dari generasi ke generasi, untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan wacana dan keilmuan masyarakat Indonesia. Melalui tema di atas, diharapkan bahwa kandungan isi naskah-naskah kuno Nusantara tersebut dapat menyumbangkan manfaat nyata bagi masa depan yang lebih baik, selalu turut memberikan respon terhadap kebutuhan keilmuan masyarakat kekinian, serta tidak terisolir sebagai "benda tak berharga". Simposium yang berlangsung tiga hari tersebut menampilkan 31 pemakalah dari dalam dan luar negeri, antara lain, Dr. Hari Untoro Drajat (Dirjen Sejarah dan Purbakala, Kemenbudbar RI), Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno (UGM, Yogyakarta), Dr. Mu’jizah (Pusat Bahasa, Kemdiknas RI), Dr. Oman Fathurahman (UIN, Jakarta), Prof. Dr.Bani Sudardi (UNS, Solo), Dr. Revo Arka Giri (Leiden University, Belanda), Prof. Dr. Toru Aoyama (Tokyo University of Foreign Studies, Jepang), Prof. Dr. Henri Chambert-Loir (EFEO Jakarta), Dr. Jan van der Putten (NUS, Singapura), Prof.Dr. Russell Jones (SOAS, Inggris), Lioubov Goriaeva, Ph.D. (Institute of Oriental Studies, Rusia), Dr. Wan Ali Wan Mamat (Universiti Islam Antarbangsa, Malaysia) dan Dr. Izedeen Benzeghiba (Al-Majid Center, Dubai). Simposium ke-13 Solo ini bertujuan, antara lain, untuk (1) mendiskusikan dan merumuskan berbagai teknik pemeliharaan dan pelestarian naskah-naskah Nusantara, termasuk restorasi dan konservasi, baik melalui teknologi modern maupun tradisional, yang dihubungkan dengan sifat serta kelembaban alam di Asia Tenggara; (2) mencari solusi agar upaya restorasi dan konservasi naskah-naskah Nusantara dapat dilakukan dengan mudah, tidak selalu tergantung pada bahan-bahan dari luar negeri; (3) merumuskan strategi dan teknik digitalisasi naskah Nusantara, baik yang dilakukan di lembaga penyimpanan naskah maupun di masyarakat; (4) Memetakan serta menghimpun informasi mutakhir dan menyeluruh tentang berbagai aktivitas, di Indonesia khususnya, dan di mancanegara umumnya, yang berkaitan dengan naskah-naskah Nusantara; (5) Mendorong berbagai kajian atas naskah-naskah Nusantara yang dapat memberikan kontribusi terhadap wacana dan pengetahuan keilmuan masyarakat dalam konteks kekinian; (6) Membangun kesadaran di kalangan masyarakat bahwa naskah-naskah Nusantara merupakan benda cagar budaya dan identitas bangsa yang perlu dilestarikan, serta kandungan pengetahuan dan kearifan di dalamnya perlu disosialisasikan kepada, serta dapat diakses oleh, dunia keilmuan secara terbuka; (7) Menyumbangkan berbagai pemikiran serta kearifan lokal yang terkandung dalam naskah-naskah Nusantara bagi kepentingan masa depan yang lebih baik.(cas)/hr*(DM)

Admin Badan Bahasa

-

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa