Pusat Bahasa Rampungkan Peta Bahasa Indonesia
Bandung: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah merampungkan "Peta Bahasa Indonesia" yang akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Selasa (26/5). Bandung: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah merampungkan "Peta Bahasa Indonesia" yang akan diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Selasa (26/5). "Peta bahasa ini merupakan peta yang menujukan data inventarisasi bahasa daerah di Indonesia serta wilayah persebarannya," kata Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dr. Dendy Sugono disela-sela gladi bersih Pameran Gelar Produk Hasil Karya Anak Bangsa di Sasana Budaya Ganesha ITB, Senin sore. Dendy Sugono menjelaskan, penelitian tentang bahasa daerah atau bahasa ibu bertujuan untuk memetakan bahasa sebagai budaya dan sarana mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk memetakan bahasa, Depdiknas telah menerjunkan tim pemetaan bahasa ke seluruh Indonesia dan ditempatkan di balai bahasa setiap provinsi di Indonesia. Tim pemetaan bahasa menemukan fakta enam bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur, Papua, dan wilayah Maluku sudah punah. “Kebanyakan, bahasa daerah, terutama yang kecil-kecil komunitasnya, turun temurun dipakai secara lisan. Akibatnya, setelah penutur aslinya tidak ada, bahasa tersebut hilang,” terangnya. Peta Bahasa Indonesia merupakan hasil riset dan analisis yang dilakukan oleh Pusat Bahasa Depdiknas dirintis sejak cikal bakalnya dulu yaitu oleh Lembaga Bahasa Indonesia sejak 1969 hingga 1971. Riset tersebut kemudian dilakukan kembali oleh Pusat Bahasa Depdiknas pada tahun 1991—1992 dengan menyebarkan kuisioner ke beberapa daerah mulai dari Nusa Tengga Timur dan Timor-Timur. Pada tahun 2006 riset tersebut kemudian dilakukan kembali dengan menggunakan bahan komparasi dari berbagai teori lingustika terkait, serta menggunakan standar indikator penilaian tertentu. Beberapa data pembanding diantaranya adalah data sensus bahasa daerah di Indonesia versi Summer Institute of Lingustic (SIL) yang menyebutkan Indonesia memiliki 743 bahasa. Dari data tersebut, Pusat Bahasa Depdiknas kemudian melakukan pengkajian ulang, dari hasil temuannya, ditemukan beberapa dialek yang disinyalir tidak kredibel untuk disebut sebagai bahasa, melainkan hanya cocok disandingkan sebagai dialek saja. Dari hasil kajian dan inventarisasi data yang dilakukan 2006 hingga 2008, Pusat Bahasa Depdiknas berhasil mendata 442 bahasa daerah yang ada di Indonesia melalui Peta Bahasa Indonesia. (hr.)