Seminar Nasional Bahasa dan Sastra di Mataram, Nusa Tenggara Barat 2011
LOMBOK— Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat menyelenggarakan Seminar Nasional Bahasa dan Sastra 2011 dengan tema "Membangun Karakter Bangsa dalam Pluralisme Budaya”. Kegiatan Seminar dilaksanakan pada tanggal 24—25 Mei 2011 di Hotel Santosa, Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Berbagai kalangan, seperti tokoh masyarakat, budayawan, akademisi, pemerhati, pakar bahasa dan sastra, serta pecinta bahasa dan sastra hadir dalam seminar itu.
Acara seminar dibuka oleh Dr. H. Wildan, Staf Ahli Gubernur Bidang Pendidikan dan Kesehatan, yang mewakili Gubernur Nusa Tenggara Barat. Dalam pembukaan seminar, Dr. H. Wildan mengatakan bahwa di tengah pluralisme budaya, karakter bangsa mempunyai arti penting karena kebinekaan akan membuka keragaman jati diri masyarakat. Tidak mudah untuk mempersatukan berbagai karakter masyarakat yang terbentuk dari kebinekaan yang ada. Untuk itu, kebinekaan yang ada harus dibarengi dengan rasa persaudaraan yang tinggi serta kesadaran perbedaan suku bangsa, agama, ras, dan budaya yang beragam di masyarakat untuk tumbuh dan berkembang tanpa gejolak yang berarti. Melalui bahasa dan kegiatan bersastra dapat diungkapkan bagaimana keragaman bangsa dapat berpadu menjadi satu dalam keindonesiaan.
Di samping itu, Dr. Dendy Sugono, yang mewakili Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, memberikan pandangannya bahwa di era Reformasi tindak (perilaku) dan bahasa telah berubah. Ada perebutan ranah publik dalam penggunaan bahasa asing, daerah, dan Indonesia. Dendy Sugono menambahkan bahwa yang kita inginkan adalah bahasa asing dan daerah dipelihara dan kita tetap harus berdiri dalam satu kesatuan bahasa Indonesia.
Seminar yang berlangsung dua hari menampilkan pemakalah utama dan pendamping. Pemakalah utama adalah Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno (Universitas Gadjah Mada), Putu Wijaya (sastrawan), dan AKBP Ruslan Abdulgani (Polda Nusa Tenggara Barat). Pemakalah pendamping yang berjumlah 61 orang menampilkan subtema nilai kearifan lokal dalam pendidikan karakter bangsa, model pembelajaran pada masyarakat plural dalam membangun karakter bangsa, serta strategi dan kebijakan pembangunan dalam masyarakat plural. Pembukaan seminar dimeriahkan dengan musik tradisional Sasak, gendang belek, yang dibawakan oleh siswa SMK II Mataram. (lus)