Asosiasi Tradisi Lisan Menggelar Kongres Folklor Internasional III

Asosiasi Tradisi Lisan Menggelar Kongres Folklor Internasional III

Yogyakarta—Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sanata Dharma, dan berbagai pihak lainnya  menyelenggarakan Kongres Folklor Internasional III di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, 7—9 Juni 2013.

Acara pembukaan digelar di Sasana Inggil, Keraton Yogyakarta. Sekretaris Daerah Yogyakarta, Drs. H. Achmad Fadli, yang mewakili Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut baik terselenggaranya kegiatan itu. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan bahwa folklor merupakan warisan budaya yang sangat kaya di Asia. Folklor di Indonesia masih belum banyak yang punah dan termasuk paling banyak dibandingkan dengan negara lain di Asia.

Menurut ketua panitia, Dr. Suwardi Endraswara, saat ini terjadi krisis folklor. Hal itu karena pengaruh globalisasi, teknologi, dan media. Menurutnya, folklor tidak hanya berupa cerita dan sastra lisan. Makanan, rumah tinggal, batik, tata laku, dan tata krama juga termasuk folklor yang harus terus dilestarikan.

Kongres itu menampilkan dua pembicara utama, yaitu Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Prof. Ir. Wiendhu Nuryanti, Ph.D. Wiendhu .mengemukakan bahwa pelestarian tidak ada manfaatnya tanpa ada pengembangan kemanfaatan dari tradisi itu sendiri. Melalui kegiatan itu, diharapkan setiap komponen saling bersinergi memajukan tradisi untuk pembangunan. Pembicara utama lainnya, Ketua Lembaga Sensor Film,  Dr. Mukhlis Paeni, mengatakan bahwa kreativitas diharapkan dapat mengangkat cerita rakyat menjadi industri budaya yang bertanggung jawab dalam artian memiliki manfaat bagi masyarakat luas.

Sementara itu, Ketua ATL, Dr. Pudentia, mengatakan bahwa tujuan digelarnya kongres adalah untuk mempertemukan berbagai tokoh tradisi Asia untuk saling menghargai sekaligus mempromosikan kehidupan multikultural yang damai dan keberagaman folklor (budaya) Asia ke tingkat dunia.

Kongres dihadiri oleh 138 peserta yang berasal dari berbagai negara, antara lain, Malaysia, Singapura, Cina, Belanda, dan Italia. Selain kongres, dalam kegiatan itu juga ditampilkan kesenian, di antaranya pergelaran wayang orang dan opera dari Tiongkok. (an/sld)

Admin Badan Bahasa

-

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa