Lampung Sukses Menyelenggarakan Penguatan Kompetensi Guru Bahasa Indonesia untuk Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan Penguatan Kompetensi Profesional dan Pedagogis Guru Bahasa Indonesia SMP dan SMA/SMK dalam Rangka Mendukung Implementasi Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, yang berlangsung di Lampung berjalan dengan sukses. Antusiasme peserta sangat tinggi, terlihat dari jumlah peserta yang mencapai sekitar tujuh ratus guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan, Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, M.S. Sejumlah narasumber dari luar Lampung, antara lain, dari Solo dan Jakarta, juga turut hadir. Mereka antara lain, Dr. Tri Wiratno, Dr. Dwi Purnanto, dan Dr. Fairul Zabadi.
Kegiatan yang berlangsung tanggal 5—8 Juli 2014 di Hotel Novotel, Bandarlampung ini dihadiri oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Prof. Dr. Mahsun, M.S., Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Bahasa, Dra. Yeyen Maryani, M.Hum., Gubernur Lampung (yang diwakili oleh Asisten Tiga Bidang Kesra Pemerintah Provinsi Lampung), Pieter Syahbudin, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung, Drs. Muhammad Muis, M.Hum., Kepala LPMP Provinsi Lampung, Dra. Djuariyati Zahri, M.Pd., dan jajaran Kepala Dinas Pendidikan di Provinsi Lampung.
Musliar dalam sambutannya mengatakan bahwa kurikulum 2013 sangat berbeda dari kurikulum sebelumnya. Perbedaan mendasar terletak pada peran siswa yang lebih mendominasi di dalam praktik pembelajaran di kelas (student centered learning). “Jika dahulu guru lebih banyak bertanya kepada siswa, paradigmanya sekarang diubah. Siswa terlibat aktif. Contohnya saja, kalau dulu kelas gaduh itu tanda guru tidak berada di kelas, sekarang, kelas ramai itu menandakan pembelajaran tengah berlangsung,” ujarnya.
Kurikulum 2013 ini juga, lanjut beliau, meringankan beban guru karena pemerintah telah menyiapkan buku panduan dan silabus. Selain itu, dari sisi materi, guru tidak perlu menyampaikan materi yang terlalu banyak. Bahkan, dalam satu pertemuan dimungkinkan guru hanya membahas dua atau tiga halaman dalam buku ajar.
Pada kesempatan yang sama, Mahsun mengungkapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, proses berpikir sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis merupakan ciri-ciri pendekatan ilmiah atau saintifik. Dikatakan saintifik karena teks disususun berdasarkan data, fakta, dan informasi. “Tidak ada satu jenis teks yang dihasilkan tanpa data. Setelah ada data, data tersebut harus diolah dan disajikan atau dikomunikasikan,” terangnya.
Tingginya antusiasme peserta juga terlihat dari tanggapan para peserta. Guru SMPN 2 Sekincau Lampung Barat, Syarif Hidayatullah mengungkapkan bahwa pelatihan kurikulum ini sangat bermanfaat bagi terlaksananya kurikulum 2013 di sekolahnya. Ia mengakui materi yang diberikan lebih jelas dan detail terkait dengan teks. “Contoh-contoh tentang kata, kalimat, dan wacana sangat lengkap. Ini berbeda dari pelatihan kurikulum 2013 yang saya ikuti sebelumnya,” ujarnya seraya mengaku optimis mampu menerapkan ilmu yang didapat.
Yokebed T, guru SMP Gula Putih Mataram, Lampung Tengah, sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini karena belum pernah sekali pun menjadi peserta pelatihan kurikulum 2013. Ia mengatakan akan menyampaikan pengetahuan yang didapat kepada siswa. “Mengikuti kegiatan ini merupakan peristiwa yang langka bagi saya. Saya berharap kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan hingga menyentuh ke pelosok daerah,” timpalnya dengan wajah penuh harap.
Sementara itu, Armina, salah satu guru di SMAN 3 Kotabumi, mengharapkan Badan Bahasa dapat menyediakan wadah atau sarana komunikasi untuk berdiskusi, membahas, dan menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi guru. (isn/mla)