Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Menyelenggarakan Seminar Internasional Bahasa Ibu
Bandung — Kebinekaan (budaya) kita relevan dengan hakikat bahasa. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. Dr. Mahsun, M.S. ketika memberikan sambutan pembukaan Seminar Internasional Bahasa Ibu di Hotel Cemerlang, Bandung, Selasa, 19 Juni 2012..
Selanjutnya, Mahsun menjelaskan bahwa bahasa yang heterogen dapat menjadi faktor penguat dinamika masyarakat untuk melakukan inovasi dan perubahan ataupun sebaliknya, bisa menjadi pemicu pemecah belah bangsa. Untuk itu, bahasa ibu sebagai bahasa pertama transformasi ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam menghadapi rongrongan disintegrasi bangsa.
Seminar yang berlangsung selama dua hari (19—20 Juni 2012) ini diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat. Tema yang diangkat dalam seminar itu adalah “Keragaman Bahasa Ibu sebagai Penanda Kebhinekaan Budaya”.
Kepala Balai Provinsi Jawa Barat, Drs. Muh. Abdul Khak, M.Hum. selaku Ketua Panitia Seminar menjelaskan bahwa seminar bahasa ibu yang ketiga ini bertujuan mendukung pelestarian bahasa ibu agar setiap orang sadar akan pentingnya bahasa yang dimilikinya dan wajib untuk mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Seminar itu mendapat respons yang baik. Hal itu dibuktikan dengan jumlah pemakalah 119 orang dan peserta 70 orang, 15 orang di antaranya berasal dari Malaysia.
Seminar tahun ini menghadirkan empat pemakalah utama, yaitu Prof. Dr. Mahsun, M.S. (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) dengan makalahnya “Bahasa Daerah dalam Heterogenitas Masyarakat Indonesia: ke Arah Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Multivarian”, Dr. F.X. Rahyono, M.Hum. (Ketua Departemen Linguistik Universitas Indonesia) dengan makalahnya “Keragaman Bahasa dan Kebhinekaan Budaya”, Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo (Guru Besar Linguistik Universitas Atmajaya) dengan makalahnya “Kunci untuk Mempertahankan Keanekaragaman Bahasa di Indonesia”, dan Dr. Pudentia M.P.S.S. (Ketua Asosiasi Tradisi Lisan) dengan makalahnya “Pengelolaan Tradisi Lisan sebagai Warisan Budaya”.
Pemakalah lain yang tampil dalam seminar itu, antara lain, adalah Dr. Esti Ismawati, M.Pd. (“Ekspresi Anak Muda (Mahasiswa) dalam Bentuk Puisi Berbahasa Jawa”), Drs. Muh. Abdul Khak, M.Hum. (“Menimbang Peran Bahasa Daerah dalam Peristilahan”), Dr. Agus Hari Wibowo, M.A. (“Sikap Orang Tua dalam Penanaman Bahasa Ibu kepada Anak: Studi Kasus di Perkampungan Kota Surakarta”), Prof. Madya Dr. Hajah Siti Khariah binti Mohd. Zubir (“Peranan Bahasa Melayu sebagai Bahasa Ibunda dalam Memperkembangkan Budaya Kebangsaan”), dan Dr. Subyantoro, M.Hum. (“Gagasan Orang Tua yang Berperspektif Gender dalam Pengasuhan Berbahasa Anak Usia Dini pada Keluarga Jawa dan Cina”). (an/lus)