Bahasa dan Sastra Daerah Membangun Mental Keindonesiaan
MATARAM—Nilai moral dan etika yang terkandung dalam bahasa ibu, perannya sangat penting dalam mengerakkan mental keindonesiaan, hal itu dikatakan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemdikbud, Prof. Dr. H. Mahsun, M.S. dalam sambutannya saat membuka Kongres Bahasa Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 2014 dengan tema “Bahasa dan Sastra Daerah NTB dalam Membangun Masyarakat yang Berbudaya” di Hotel Lombok Garden, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, 14—15 Oktober 2014.
Mahsun mengungkapkan bahwa pembangunan mental keindonesiaan kita secara menyeluruh adalah melalui mental lokalitas yang salah satu indikatornya adalah bahasa lokal. Unsur dasar pembentukan bahasa Indonesia bukan hanya struktur bahasanya saja, tetapi struktur pemikirannya melalui penguatan bahasa lokal.
Untuk itu, muatan lokal yang sudah dituangkan dalam Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014, sudah semestinya dapat diperkuat oleh pemerintah daerah melalui Perpu atau Perda yang mengikat untuk mendukung pengembangan silabus dan pengadaan buku teks serta disesuaikan dengan kurikulum 2013 sehingga sasarannya terukur yaitu bahasa Indonesia ditegakkan dan bahasa daerah dilestarikan, lanjutnya.
Acara yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTB itu berlangsung selama dua hari. Peserta dan pemakalah seluruhnya berjumlah seratus orang yang berasal dari berbagai kalangan yaitu tokoh masyarakat, tokoh adat, budayawan, dosen, pejabat, guru Seni dan Budaya, serta aparat pemerintah daerah yang berhubungan dengan pendidikan dan kebudayaan.
Sementara itu, Sekretaris Bappeda Pemprov NTB, Yusron Hadi yang mewakili pemerintah daerah NTB memaparkan bahwa tantangan budaya terhadap jati diri masyarakat NTB semakin masif seiring derasnya arus globalisasi, dan posisi NTB yang menjadi salah satu daerah tujuan wisata internasional juga berperan dalam hal itu. Untuk itu, Bappeda Provinsi NTB memiliki kebijakan umum pemerintah provinsi NTB yang memiliki tema berbudaya dan sejahtera, dan untuk mewujudkannya diimplementasikan ke dalam tujuh misi pembangunan, (1) membangun masyarakat yang berbudaya dan berkarakter, (2) peran kearifan lokal untuk pembangunan, (3) reformasi birokrasi, (4) peningkatan kualitas SDM, (5) peningkatan ekonomi daerah, (6) pembangunan infrastrukur dan konektivitas antarwilayah, dan (7) pelestarian lingkungan hidup.
Dalam kaitannya dengan bahasa dan sastra daerah, implementasinya dituangkan ke dalam misi satu, dua, dan empat. Misi (1); sasarannya adalah kurikulum pendidikan yang berakhlak mulia yang ditanamkan sejak usia dini, pemanfaatn muatan lokal melalui edukasi dan sosialisasi, misi (2); sasarannya adalah terpeliharanya bahasa dan sastra lokal, fasilitasi dan edukasi pengkajian dan pemanfaatan bahasa lokal yang ada, tersebarnya koleksi daerah naskah kuno sastra lokal dengan inventarisasi, dokumentasi dan publikasi dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, terlindunginya hak intelektual budaya lokal (karya seni dan budaya), dan misi (4); sasarannya adalah aktualisasi budaya lokal dengan pementasan budaya, terwujudnya seniman dan budayawan yang kreatif, terwujudnya pusat kebudayaan daerah yang representatif dengan revitaslisai peran, adanya pranata adat di setiap daerah yang menjadi mitra pemda dalam pengembangan penggalian budaya lokal, serta terwujudnya generasi emas NTB Tahun 2025 yang meliputi pendidikan (usia dini, dasar, menengah, dan lanjut), kesehatan masyarakat lebih baik, kesejahteraan sosial kaum termajinalkan. Sementara upaya yang telah dilakukan terutama dalam bidang bahasa dan sastra daerah adalah dengan meningkatkan minat baca, meningkatan peran perpustakaan (tidak hanya buku tetapi naskah elektronik) dengan target 300—400 buku setiap tahun, pergelaran pentas budaya dan sastra lokal, serta pengembangan rumah pintar dan rumah baca.
Ada beberapa bahasa yang tumbuh dan berkembang di Nusa Tenggara Barat. Tiga diantaranya merupakan bahasa besar. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa Sasak yang dituturkan oleh masyarakat Sasak; bahasa Samawa yang dituturkan oleh masyarakat Samawa; dan bahasa Mbojo yang dituturkan oleh masyarakat Mbojo.
Penutur bahasa daerah tersebut melakukan kontak satu sama lainnya. Kontak tersebut dapat dilihat pada adaptasi linguistik yang dilakukan oleh masing-masing penuturnya. Dalam mempersatukan dan memperkuat jati diri etnis yang dimaksud, diperlukan peningkatan pemahaman terhadap konsep kebahasaan dalam satu bahasa ataupun bahasa yang berbeda. Hal ini menjadi sangat penting tatkala pengembangan dan pembinaan bahasa daerah yang dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal mulai dilakukan. Untuk itu, Kantor Bahasa Provinsi NTB berupaya melakukan pengembangan, pelindungan, pembinaan, dan pemasyarakatan bahasa dan sastra daerah di NTB. Salah satu caranya adalah dengan cara mengadakan “Kongres Bahasa Daerah” yang merangkul semua bahasa yang ada di NTB.
UNESCO juga telah menetapkan bahwa 21 Februari sebagai hari Bahasa Ibu Internasional. Penetapan hari bahasa ibu ini tidak lain karena adanya kekhawatiran hilangnya sekitar dua puluh bahasa ibu atau bahasa daerah di dunia setiap tahunnya. Dengan demikian, reaktualisasi bahasa ibu atau bahasa daerah menjadi penting dilakukan. Menurut UNESCO, bahasa ibu dapat menyingkap seluruh khazanah budaya etnis yang didukungnya. Dengan kata lain, kongres bahasa daerah NTB penting dilakukan untuk meningkatkan tingkat vitalitas bahasa tersebut.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTB selaku ketua panitia kongres, Dr. Syarifuddin, M.Hum. berharap dengan adanya kegiatan itu dapat memunculkan rumusan atau strategi yang bermuara pada penguatan bahasa dan sastra daerah di NTB, karena adanya UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman serta tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Intinya menekankan bagaimana kita mengembangkan, melindungi, dan membina bahasa dan sastra daerah secara berkelanjutan, bertahap, dan sistematis, untuk itulah salah satu strategi atau cara yang dilakukan untuk menguatkan hal tersebut adalah diselenggarakannya kongres bahasa daerah. (an)
Rumusan hasil kongres dapat dilihat dan diunduh pada tautan di bawah ini.
RUMUSAN HASIL KONGRES BAHASA DAERAH NTB 2014.docx