Berlatih Menulis Dongeng dan Mendongeng di Balai Bahasa Yogyakarta

Berlatih Menulis Dongeng dan Mendongeng di Balai Bahasa Yogyakarta

Yogyakarta—Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan “Workshop Mendongeng Cerita Anak” untuk memberikan pembinaan bahasa dan sastra daerah kepada para guru taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) di DIY. Acara yang diikuti oleh 150 orang peserta guru TK dan SD se-DIY ini dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2016, pukul 13.00—16.30, di Balai Bahasa DIY, Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta.

Menurut Dr. Tirto Suwondo, Kepala Balai Bahasa DIY, guru TK di DIY jarang tersentuh oleh kegiatan-kegiatan Balai Bahasa DIY dan belum pernah mendapat latihan mendongeng dari instansi mana pun. “Balai Bahasa DIY selaku instansi pemerintah yang bertugas melakukan pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra daerah berharap agar para guru TK dan SD yang setiap hari mendongeng di kelas yang biasanya bermodal nekad, melalui kegiatan ini bisa menjadi mendapat pengalaman, pedoman, pegangan, dan strategi untuk diterapkan di sekolah masing-masing.”

Arif Rahmanto, pendongeng di www.radioedukasi.kemdikbud.go.id dan jogjastreamers.com yang menjadi pemateri acara ini menjelaskan, “Mendongeng sebenarnya adalah bentuk budaya lisan yang berkembang dari mulut ke mulut. Dongeng adalah karya sastra yang sangat kreatif dan bermanfaat, serta merupakan cerita yang tumbuh dan berkembang sejak lama atau turun-temurun yang isi ceritanya tidak benar-benar terjadi (fiksi). Dongeng adalah fiksi murni yang berlatar belakang kenyataan yang dikiaskan, seperti perilaku curang yang difabelkan, maka itu menjadi dongeng.

Arif juga menyatakan bahwa untuk menyampaikan isi dan pesan dongeng secara menarik, seorang penyaji dongeng harus dapat menjadi pendongeng yang baik, dari segi penampilan dan penyampaiannya. Penguasaan materi, mampu menghidupkan tokoh, mampu menghidupkan kata-kata, ikhlas dalam mendongeng, dan menguasai teknik mengawali dan mengakhiri cerita adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendongeng. “Diksi jangan terlalu banyak dan narasi harus pendek. Tujuannya agar anak berlatih suka membaca. Jika dibaca oleh gurunya, detail narasi harus ada. Jangan juga terlalu banyak tokoh. Perlu adanya pengulangan kata-kata karena sangat bagus untuk anak-anak TK dalam mengingat. Hindari kata-kata kasar,” lanjut Arif.

Latihan dasar mendongeng adalah latihan pernafasan, olah vokal, olah tubuh, dan olah batin. Olah vokal agar dapat memvariasikan suara tokoh dalam dongeng. Olah tubuh untuk melatih pendongeng agar memiliki modal gerak yang tepat saat tampil. Olah batin untuk mengolah kepekaan batin pendongeng sehingga mampu mengekspresikan latar belakang dan membuat pendengar merasakan getaran ekspresi yang sama sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pendongeng.

Keterampilan menulis dongeng dan mengekspresikan dongeng tidak akan didapat dalam waktu singkat dan membutuhkan proses yang berkelanjutan. Pengalaman langsung adalah proses kreatif yang sebenarnya. Oleh karena itu Tirto mengusulkan untuk menjadikan bengkel mendongeng sebagai agenda rutin Balai Bahasa DIY di bulan-bulan lain di tahun depan. (pad/yy/td)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa