Peran Pendidikan dan Kebudayaan dalam Mengindonesiakan Manusia Indonesia
Surabaya—Bertempat di auditorium kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Provinsi Jawa Timur, dan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, menyelenggarakan seminar nasional bahasa dan sastra Indonesia dengan tema “Peran Pendidikan dan Kebudayaan dalam Mengindonesiakan Manusia Indonesia” dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan pengertian yang mendasar tentang peranan bahasa Indonesia dalam memanusiakan manusia Indonesia, meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam dunia pendidikan, Menumbuhkembangkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa dan sastra Indonesia, dan meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam dunia pendidikan.
Persoalan mengindonesiakan manusia Indonesia saat ini merupakan persoalan yang sangat kompleks sehingga sampai saat ini titik terang atau solusi terbaik untuk menjadikan manusia Indonesia yang bermartabat dan berkarakter budaya Indonesia sejalan dengan tuntutan masyarakat masih sebatas wacana. Dalam konteks hubungan internasional, manifestasi dari identitas dan karakter bangsa kita adalah identitas budaya bangsa yang bermartabat. Budaya bangsa yang bermartabat adalah produk dari pendidikan karakter bangsa seiring dengan lahirnya budaya bangsa. Kesadaran tentang perlunya sebuah identitas yang jelas di tengah bercampurnya berbagai anasir kebudayaan dari seluruh dunia dapat menunjukan karakter yang tegas bahwa bangsa Indonesia ada di tengah arus utama kebudayaan dunia, sehingga peran pendidikan dan kebudayaan dalam mengindonesiakan manusia Indonesia merupakan sebuah kewajiban bersama. Hal inilah yang melatar belakangi Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Himpunan Pembina Bahasa Indonesia, dan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Surabaya menyelenggarakan acara seminar ini yang berlangsung pada tanggal 22—23 Oktober 2014.
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang juga Ketua I Himpunan Pembina Bahasa Indonesia, Dra. Yeyen Maryani, M.Hum. menjelaskan bahwa HPBI sebagai organisasi profesi pembina bahasa Indonesia merupakan mitra kerjasama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berdasarkan undang-undang mempunyai kewenangan di bidang bahasa dan sastra Indonesia untuk melakukan pembinaan mengenai bahasa Indonesia kepada masyarakat. “ Ada tiga fungsi utama dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, yaitu pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia”, tegas Yeyen. Peran kampus khususnya prodi bahasa dan sastra Indonesia sangat diperlukan terkait dalam peningkatan mutu pendidikan bahasa, Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara Badan Bahasa dan Universitas dalam pengembangan, penelitian, dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia. Lebih lanjut Yeyen menjelaskan bahwa Badan Bahasa mempunyai program kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh dosen, guru, maupun mahasiswa seperti hibah kompetitif penelitian, pelatihan kurikulum 2013 bahasa Indonesia, pelatihan bengkel sastra, dan program kebahasaan dan kesastraan lainnya.
Sementara itu, rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. dr. Sukadiono, M.M. dalam sambutannya sekaligus juga membuka acara seminar nasional bahasa dan sastra Indonesia ini menyatakan bahwa Universitas Muhammadiyah Surabaya siap bekerjasama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terkait dalam pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia, hal ini sejalan dengan komitmen Universitas Muhammadiyah Surabaya untuk melaksanakan kerjasasama dalam hal kebaikan dan ketakwaan.
Seminar nasional bahasa dan sastra Indonesia ini menampilkan enam pembicara utama, yaitu Dra. Yeyen Maryani, M.Hum., Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., Prof. Dr. Wahyudi Siswanto, M.Pd., Dr. Sujinah, M.Pd., Dr. Tri Wiratno, M.Hum., dan Dra. Pangesti Wiedarti, M.Appl., Ph.D. Selain enam pembicara utama, seminar ini juga menampilkan 25 pemakalah khusus yang terdiri dari berbagai profesi seperti peneliti, dosen, guru, serta pemerhati pendidikan dan kebudayaan.
Dra, Yeyen Maryani, M.Hum. dalam makalahnya yang berjudul “Pembinaan Bahasa Indonesia dalam Mengindonesiakan Manusia Indonesia”, menjelaskan bahwa bahasa merupakan salah satu sarana yang penting, bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk penyampaian pesan, tetapi bahasa juga harus menjadi pembentuk pola pikir dan pola tindak yang dapat membentuk karakter yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mempunyai kewajiban untuk menangani permasalahan terkait pembinaan bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia merupakan bahasa jatidiri bangsa Indonesia, yang melalui penanganan masalah kebahasaan dapat digunakan sebagai salah satu cara membangun karakter bangsa. “Masalah bahasa saat ini adalah eksistensi bahasa Indonesia yang semakin terdesak”, tegas Yeyen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu persoalan bahasa daerah, tingkat keniraaksaraan yang tinggi, bahasa Inggris dianggap lebih bergengsi, bahasa Indonesia kurang bernilai ekonomis, dan tidak adanya tokoh anutan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia pada ranah pendidikan formal dan nonformal, penguatan komitmen dari pihak berwenang, peningkatan sikap positif masyarakat, terutama generasi muda, akan peran bahasa Indonesia, perlu adanya Gerakan Cinta Bahasa Indonesia yang dilakukan secara massif, peningkatan berbagai sumber daya dalam upaya pembinaan bahasa, perluasan kerja sama kebahasaan dan kesastraab baik di dalam maupun di luar negeri. (tr)