Revitalisasi Tradisi Lisan Bonet di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tradisi lisan sebagai warisan budaya bangsa dirasakan mulai terlupakan dan terancam punah. Oleh karena itu, untuk melestarikan tradisi lisan yang hampir punah, Pusat Pengembangan Infrastruktur dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur serta Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengadakan kegiatan Revitalisasi Tradisi Lisan: Bonet di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berlangsung di Hotel On the Rock, Kupang, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 25—30 November 2014.
Bonet bukanlah istilah asing bagi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Bonet adalah jenis tuturan berirama atau puisi lisan yang seringkali dilagukan. Melalui Bonet masyarakat dapat mengekspresikan dan mengungkapkan perasaan melalui syair dan pantun pada upacara adat.
Tuturan membentuk satuan-satuan berupa penggalan yang ditandai dengan jeda. Satuan ini membentuk bait atau kuplet. Jumlah larik tidak selalu sama. Ciri lainnya adalah pengulangan bentuk. Berdasarkan isi dan fungsinya, bonet dibedakan atas empat jenis, yakni boennitu (puji-pujian kepada arwah), boen ba'e (puji-pujian dalam suasana ceria: kelahiran olen, menimang anak ko'an, penyambutan tamu futmanu-safemanu), dan nyanyian kerja (boenmepu).
Kegiatan itu diikuti oleh 40 siswa terpilih dari 10 SMA/SMK di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Pakar atau praktisi tradisi Bonet pun didatangkan langsung dari tiga sanggar pelestari tradisi lisan Bonet yang ada di Kabupaten TTS.
Kegiatan itu dibuka oleh Kepala Bidang Kebudayaan Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (PPO) Provinsi NTT, Beny Wahon dan dihadiri oleh Kepala Kantor Bahasa NTT, M. Luthfi Baihaqi, M.A., serta panitia dari Pusat Pengembangan Infrastruktur dan Pelindungan, Denda Rinjaya, Ni Nyoman Subardini, dan Dede Supriyadi. Pada kesempatan itu dipaparkan sejarah Bonet oleh pakar tradisi lisan Bonet, Prof. Feliksianus Sanga.
Pada tanggal 26—29 November 2014, pakar/praktisi tradisi lisan Bonet mengajarkan dan membimbing tentang musik Juk, musik Gong, tarian Natoni, dan Bonet kepada para peserta. Hasil dari kegiatan yang berlangsung selama lima hari itu kemudian dipentaskan pada tanggal 29 November 2014 di area car free day Jalan Raya El Tari, Nusa Tenggara Timur.
Pementasan Bonet di area car free day dibuka secara resmi oleh Walikota Kupang, Jonas Salean, M.Si., dan dihadiri oleh Wakil Walikota serta pejabat terkait. Pementasan tradisi lisan Bonet itu disambut baik oleh warga Kota Kupang yang ada di area car free day. Kegiatan itu pun diakhiri dengan Bonet bersama yang dilakukan oleh Walikota Kupang, Wakil Walikota, pejabat kota, peserta, pakar, panitia, dan warga yang sedang berolah raga di area car free day.
Melalui kegiatan ini diharapkan tradisi lisan yang ada di Provinsi NTT seperti Bonet, tidak dilupakan atau tergeser oleh budaya modern, tapi tetap dilestarikan oleh generasi muda. Dengan begitu tradisi lisan yang ada tetap menjadi identitas budaya kita sebagai bangsa yang bermartabat. (iwa/an)