Bimbingan Teknis Penelitian Bahasa Ibu

Bimbingan Teknis Penelitian Bahasa Ibu

Jakarta—Badan Bahasa. Kegiatan Bimbingan Teknis Merancang Penelitian Bahasa Ibu di Nusantara diselenggarakan pada tanggal 17 November 2016 di Gedung Samudra, Badan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta. Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama antara Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Bahasa, dan Masyarakat Linguistik Indonesia. Tujuannya adalah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para peserta dalam melakukan penelitian lapangan ke berbagai daerah yang ada di Indonesia. Narasumber kegiatan ini adalah, Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum., Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo, dan Dr. Katharina Endriati Sukamto.

Pentingnya diadakan penelitian bahasa ibu kata Dadang dalam sambutan pembukanya, “Karena data UNESCO menyatakan bahwa 50% anak putus sekolah dikarenakan bahasa pengantar di sekolah berbeda dengan bahasa ibunya. Angka putus sekolah ini banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama negara-negara di dunia ketiga. Dadang Sunendar menambahkan bahwa menurut Ibu Farhati dan kawan-kawan, kita harus menjadi orang tua yang cerdas bahasa, cerdas mengasuh, dan cerdas sosial. “Kajian ini menandakan bahwa mungkin ada kesalahan inisiasi bahasa sehingga kajian bahasa ibu berakibat pada otak dan pendidikan, ada juga trauma bahasa, atau kerusakan kemampuan sosial pada anak. Ini dapat dikaji oleh para linguis yang hadir di sini. Jika sudah dikuasai, maka akan dihasilkan model pengasuhan ramah otak, ada interaksi verbal dan interaksi fisiknya. Kita bisa melihat bagaimana perkembangan anak selanjutnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, masih kata Dadang, saat ini mengadakan pendekatan penguatan pendidikan karakter. “Pendekatan yang didorong oleh Pak Menteri adalah bacaan karya sastra. Diharapkan, anak-anak yang telah membaca puluhan judul karya sastra dapat membedakan mana sifat-sifat yang baik dan buruk. Kami sudah megajukan 263 cerita rakyat yang sedang diperiksa Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) kelayakannya. Saat ini baru 51 cerita yang dianggap layak baca oleh siswa SD, SMP, dan SMA, yang lain sedang berproses,” jelas Dadang.

Para peserta, setelah kegiatan ini diharapkan memperoleh pengetahuan
untuk melakukan penelitian di daerah mereka masing-masing. Mereka diharapkan mulai menerapkan pengetahuannya tersebut untuk mengambil data dan memfokuskan penelitiannya pada penguasaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia anak-anak usia sekolah dasar. (iw)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa