Malam Inspirasi Rembuk Nasional 2017

Malam Inspirasi Rembuk Nasional 2017

Depok,Jawa Barat—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia mengawali kinerja tahun 2017 dengan menyelenggarakan acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK), yang dilaksakan selama tiga hari, tanggal 25—27 Januari 2017, bertempat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemendikbud, Cinangka, Depok, Jawa Barat.

 

Para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebudayaan memfokuskan untuk membahas layanan pendidikan yang merata, berkeadilan, dan berkualitas, yang dirangkum menjadi sebuah tema kegiatan yaitu Bersama Membangun Pendidikan dan Kebudayaan yang Merata, Berkeadilan, dan Berkualitas.

 

Malam pertama kegiatan, dilaksanakan sebuah pertemuan awal yang dinamakan Malam Inspirasi. Pada kesempatan tersebut, Didik Suhardi, Ph.D., selaku Sekretaris Jenderal Kemendikbud (Setjen), menjelaskan mengapa dinamakan sebagai malam inspirasi. “Karena malam ini, kami mengundang para tokoh yang insya Allah harapan kami bisa menginspirasi bagi kita semua, agar dalam diri kita muncul ide-ide baru, inovasi, kebaharuan, sehingga layanan kita, kualitas pendidikan kita, dan kebudayaan kita akan lebih baik, dan berkualitas, dan dirasakan di seluruh tanah air” jelas Didik Suhardi. “dengan mengucap syukur alhamdulillah, karena pada malam hari ini kita bisa bersama-sama di tempat ini, untuk melaksanakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangka memberikan layanan yang lebih baik kepada anak didik kita di seluruh tanah air, yaitu pendidikan dan kebudayaan” lanjut Setjen.

 

Pada sajian selanjutnya, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP., selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam materinya menjelaskan tentang arah kebijakan dan program strategis Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Tahun 2017 menjelaskan bahwa Presiden Republik Indonesia pernah berpesan kepadanya bahwa “Bapak Presiden pernah berpesan kepada saya, terutama waktu ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, agar kita melakukan perombakan yang agak besar-besaran di sektor pendidikan ini. Presiden memberikan salah satu kata kunci dari beliau, yaitu pentingnya revolusi mental atau revolusi karakter, revolusi budi pekerti, revolusi akhlak menjadi kunci pendidikan di Indonesia” kata Mendikbud. “Pendidikan karakter ini bukan sekedar program Kementerian, pendidikan karakter bukanlah ide baru dari Menteri, tetapi ini adalah betul2 visi dari Presiden dan harus melibatkan semua elemen di masyarakat, terutama masyarakat yang memiliki kepedulian di sektor pendidikan” tegas Prof. Muhadjir.

 

Peran kebudayaan menurut Mendikbud, kebudayaan bukanlah subkoordinasi dari pendidikan. “Justru kebudayan adalah ruh dan payung bagi pendidikan” ungkap Prof. Muhadjir. “Arah pendidikan kita harus selaras, dan diberi sapuan spiritual dari nilai-nilai kebudayaan kita” tambahnya. “Oleh karena itu, pada pendidikan karakter ini, muatan budaya, keunggulan lokal, kearifan lokal, kecerdasan lokal, harus diberikan ruang yang sebesar-besarnya” jelasnya. Mendikbud juga berpesan kepada Bapak dan Ibu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di seluruh Indonesia, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang ikut hadir dalam acara tersebut agar mengambil peran aktif, kreatif, dan inovatif dalam menyusun aktivitas pendidikan dengan melibatkan nilai kebudayaan lokal yang ada di tiap daerah. “Saya harapkan mencoba, bukan hanya mencoba, harus mengambil peran yang aktif, kreatif, dan inovatif, untuk menyusun aktivitas pendidikan kita dengan melibatkan kebudayan lokal yang ada di masing-masing daerah” jelas Mendikbud.

 

Di kesempatan lain, Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc., selaku Menteri Pariwisata (Menpar), juga memberikan sajian materinya tentang penandatanganan nota kesepahaman, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Menpar menjelaskan bahwa nota kesepahaman yang baru saja dia tandatangani bersama Mendikbud adalah tentang pariwisata berbasis pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Pariwisata akan memberikan sertifikasi terhadap lulusan SMK dengan standar MRA (Sertifikasi Standar Pekerja Negara ASEAN). “Pada sektor pariwisata pertumbuhannya terjadi kenaikan 10 persen, sehingga bisa diproyeksikan pariwisata menjadi penghasil devisa terbesar pada tahun 2019” jelas Dr. Arief.

 

Sementara itu, Staf Khusus Wakil Presiden, Ketua Penasihat Komisi Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Sofjan Wanandi selaku Pembicara Tamu Istimewa dalam acara tersebut, menyajikan materi tentang pentingnya pendidikan yang dapat meningkatkan kopetensi tenaga kerja dan menjadi kebanggaan bagi generasi saat ini dalam memajukan bangsa Indonesia. “60 persen dari sektor tenaga kerja kita itu masih lulusan SD, SMP, masih sangat rendah sekali, dan memang produktivitasnya masih sangat rendah sekali” jelasnya, “Sekarang juga mayoritas tenaga kerja di Indonesia itu sebenarnya bekerja di sektor informal bukan di sektor formal” tambahnya. “pada saat kita menerima tenaga kerja di Indonesia itu, tidak ada tenaga kerja yang siap pakai, selalu harus kita train kembali” keluhnya. “apalagi kita melihat kepincangan di antara sistem pendidikan kita yang dihasilkan oleh macam-macam universitas/perguruan tinggi, maupun saya pikir di tingkat SMK sekarang ini, itu kelihatan sekali kepincangannya” jelasnya. “Ada yang baik sekali tetapi ada yang ketinggalan, yang ketinggalan itu yang banyak dari yang baik. Karena kita belum memiliki standarisasi pak Menteri, untuk betul-betul meningkatkan ini, dan di sini perlu kerja sama antara swasta pengusahanya maupun juga usaha-usaha yang di daerah-daerah” tambahnya. “Ini sebenarnya sedang kita kerjakan pak Menteri” tegasnya. “Saya rasa ini masalah kita semua, bagaimana kita dapat mempercepat semua ini dan bagaimana kita harus melakukan hal-hal yang bisa menjual kita punya ekonomi ini untuk pembangunan” jelas Sofjan.

 

Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Pariwisata, tentang Pariwisata Berbasis Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, juga dilaksanakan acara Pemberian Apresiasi Peduli Pendidikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Organisasi/Lembaga Masyarakat. Kategori 1, Pengelola Pendidikan Terbaik di Daerah berdasarkan selisih skor pada tahun 2015 dan tahun 2016, terbaik dalam Pengelolaan Pendidikan Daerah Kabupaten/Kota yang diukur dari neraca pendidikan daerah, pelaksanaan UMBK, dan pengelolaan dana alokasi khusus. Peringkat pertama diraih oleh Pemerintah Kota Surabaya, Peringkat kedua diraih oleh Pemerintah Kota Malang, dan Peringkat ketiga diraih oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. Kategori 2, Peran Serta Organisasi/Lembaga dalam Bidang Pendidikan, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Jakarta, Yayasan BPK Penabur Jakarta Barat, dan Yayasan Tarakanita Jakarta Pusat.     

 

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan dan Kebudayaan, Menteri Pariwisata, Sofjan Wanandi, dan sekitar 1.087 tamu undangan yang berasal dari jajaran Pejabat Eselon 1 dan 2 di lingkungan Kemendikbud, Kepala Dinas Pendidikan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Standar Nasional Pendidikan, Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), Badan Akreditasi Nasional, The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), Organisasi Masyarakat yang bergerak di bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, serta Komunitas Peduli Pendidikan. (nav)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa