Diplomasi Kebahasaan: Praktik Terbaik dalam Tugas Kenegaraan

Diplomasi Kebahasaan: Praktik Terbaik dalam Tugas Kenegaraan

Jakarta—Diplomasi kebahasaan, praktik terbaik dalam tugas kenegaraan, inilah tema yang diusung oleh Prof. Dr. Farouk Muhammad, wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia dalam materinya yang disampaikan pada pelaksanaan hari ketiga Seminar dan Lokakarya Kebahasaan Lembaga Adat yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka memperingati hari jadi Bahasa Negara.

Farouk menyatakan bahwa DPD akan ikut berperan dan mendorong bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar  atau bahasa perekat dalam menyambut era integrasi bangsa-bangsa Asean dalam kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Bahasa Indonesia mempunyai daya saing yang sangat strategis di kawasan Asean, hal ini terbukti dengan banyak di bukanya pelajaran bahasa Indonesia di negara-negara lain, seperti Vietnam, Australia, dan Jepang.

“Bagaimana memperkuat identitas kita sebagai bangsa, karena intervensi melalui bahasa dan budaya dari negara lain sudah sangat berbahaya, mari kita cegah bersama intervensi itu”, tegas Farouk. Dalam kesempatan itu Farouk menjelaskan bahwa saat ini DPD sedang membuat RUU Wawasan Nusantara,  Farouk berharap dengan adanya semiloka ini, lembaga adat dapat memperkaya isi dan berkontribusi dalam banyak hal khususnya pengembangan wawasan nusantara.

Pada kesempatan lain, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd. (Rektor Universitas Negeri Malang) menyampaikan materinya dengan topik Peran Perguruan Tinggi dalam Internasionalisasi Bahasa Indonesia, kemudian Bertold Damshauser dan Prof. Dr. Aminuddin Aziz menyampaikan materi dengan topik Peran Perguruan Tinggi dalam Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui Peningkatan Akses Diplomasi.

Kegiatan Seminar dan Lokakarya Kebahasaan Lembaga Adat ini berlangsung dari tanggal 17—21 Agustus 2015 di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, dan dihadiri oleh 250 orang peserta, yang terdiri dari 92 orang perwakilan lembaga adat dari seluruh Indonesia, 20 orang perwakilan diaspora dari Amerika Serikat, Jerman, dan Filipina, dan 138 peserta dari Badan Bahasa, Balai/Kantor Bahasa, serta guru dan mahasiswa. (nav/tri)

 

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa