Duta Bahasa: Melahirkan Generasi Muda yang Siap Menerjemahkan dan Menyelaraskan Cita-Cita Pemuda Angkatan 1928

Duta Bahasa: Melahirkan Generasi Muda yang Siap Menerjemahkan dan Menyelaraskan Cita-Cita Pemuda Angkatan 1928

Jakarta—“Generasi muda harus berpikir kreatif dan ke luar dari kotak (out of the box) dan selalu memanfaatkan momen, “ ungkap Putri Indonesia 2008, Zivanna Lestisha. Hal itu disampaikan pada saat berbagi pengalaman dalam pembekalan materi Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional 2015, di Hotel Ciputra, Jakarta, Selasa, 27 Oktober 2015.

Lebih lanjut, Zivanna menyampaikan bahwa menyambut Hari Sumpah Pemuda, inilah waktunya, kita sebagai pemuda Indonesia untuk bisa mengetahui arah tujuan kita mau ke mana, tidak hanya banyak protes mengenai kondisi bangsa tanpa mengetahui arah kita sendiri mau ke mana, tetapi dimulai dari diri sendiri dengan menemukan dahulu kesukaan terhadap suatu bidang.    

Sementara itu, Kepala Pusat Pembinaan, Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S., berharap duta bahasa sebagai generasi muda dapat menjadi penggerak penggunaan bahasa Indonesia yang cermat, apik dan santun kepada lingkungan di sekitarnya dan mempromosikan gerakan literasi melalui forum literasi atau rumah baca. Selain itu, duta bahasa sebagai seorang multi-bahasawan yang bisa dan biasa menggunakan lebih dari satu bahasa juga harus cerdas dalam menggunakan bahasa asing.

Selanjutnya, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Dr. Sugiyono, saat memberikan paparannya menekankan bahwa, “Duta bahasa tidak ada menang dan tidak menang, semuanya duta bahasa, karena kita (Badan Bahasa) menginginkan terbentuknya komunitas untuk melawan gerakan yang mengingkari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928  bahwa bahasa Indonesia itu bahasa yang dicetuskan pemuda sebagai bahasa persatuan, “ tegas Sugiyono.

Bukti nyata peran pemuda dalam membangun konsep kebangsaan Indonesia tecermin dalam ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kesadaran pemuda pada masa itu terhadap pentingnya menempatkan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa merupakan wawasan yang sangat bermasa depan. Alhasil, bangsa Indonesia kini dapat menikmati sebuah negara kesatuan yang berdaulat sehingga dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa- bangsa lain.

Semangat, idealisme, dan kepeloporan pemuda Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan itu patut diteladani oleh generasi penerus masa kini guna senantiasa memupuk jati diri keindonesiaan. Di tengah tantangan pergaulan antarbangsa yang kian bebas tanpa sekat, keanekaragaman suku bangsa serta budaya dan bahasa daerah justru seharusnya dapat menjadi modal untuk memperkuat jati diri bangsa. Namun, bangsa Indonesia masa kini cenderung abai terhadap modal kekuatan identitasnya sendiri. Dampak globalisasi dan otonomi daerah menimbulkan gejala yang ekstrem dalam kehidupan masyarakat: pada satu sisi lebih membanggakan bahasa dan budaya asing, sedangkan pada sisi lain terlalu mengedepankan identitas kedaerahan.

Untuk mendayagunakan modal kekuatan jati diri keindonesiaan guna menjawab tantangan era global, diperlukan generasi yang mampu menjernihkan dan menyeimbangkan kedua cara pandang yang sempit itu. Oleh karena itu, diperlukan barisan generasi muda yang cakap dan tangguh untuk mengawal dan memperkuat jati diri bangsa dengan modal kekuatan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Pada saat yang sama, diperlukan pula pemuda-pemudi Indonesia yang sanggup memanfaatkan bahasa asing strategis sebagai sarana meningkatkan daya saing bangsa dalam pergaulan internasional.

Berlandaskan pada pemikiran tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sejak tahun 2006 menyelenggarakan kegiatan Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan misi untuk senantiasa melahirkan generasi muda yang siap menerjemahkan dan menyelaraskan cita-cita pemuda Angkatan 1928 dalam tindakan nyata sesuai dengan dinamika perkembangan zaman. (an/mla)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa