Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara: Perpustakaan Sangat Penting Bagi Pertumbuhan Kecerdasan

Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara: Perpustakaan Sangat Penting Bagi Pertumbuhan Kecerdasan
MEDAN – Balai Bahasa Sumatera Utara memberikan hibah buku kepada Perpustakaan Terapung (Perapung) di Kampung Nelayan, Belawan, Senin, tanggal 11 April 2016. Penyerahan buku sebanyak 100 buah itu dilakukan Kepala Balai Bahasa Sumatera Utara, Dr. Tengku Syarfina, M.Hum. kepada pengelola dan pengurus Perapung. Acara yang berlangsung sederhana ini, juga disaksikan sejumlah anak-anak nelayan yang sedang membaca di ruangan perpustakaan tersebut.
 
“Kehadiran perpustakaan sangat penting bagi pertumbuhan kecerdasan, terutama kecerdasan anak. Memang minat baca masyarakat dan anak-anak masih rendah. Mudah-mudahan perpustakaan kecil seperti perpustakaan terapung ini, dapat meningkatkan minat baca,” ungkap Syarfina.
 
Syarfina menambahkan, program hibah buku bagi taman bacaan ataupun perpustakaan swadaya masyarakat merupakan bagian dari Gerakan Literasi Bangsa dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Gerakan Literasi bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya membaca dan menulis. Buku-buku yang kami sumbangkan pun terdiri dari buku-buku tentang cerita rakyat, cerita anak, pendidikan anak, dan buku-buku permainan anak,” ujarnya. 
 
“Selain itu, hibah buku ini juga sebagai bentuk kepedulian dan pengabdian kepada masyarakat. Semoga buku-buku ini dibaca dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar Kampung Nelayan, khususnya anak-anak,” harap Syarfina.
 
Kepala Subbagian Tata Usaha, Salbiyah Nurul Aini, S.E., M.M. yang turut mendampingi Kepala Balai Sumatera Utara, juga menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini akan terus ditingkatkan. Balai Bahasa Sumatera Utara sedang berupaya mendata perpustakaan atau taman bacaan yang dikelola pribadi atau swadaya masyarakat. “Perpustakaan atau taman bacaan seperti ini cenderung terabaikan. Kita coba untuk benahi. Kita akan jalin kemitraan dengan mereka, termasuk komunitas baca dan menulis,” jelas Salbiyah.
 
Awalnya, Perpustakaan yang berdiri di atas laut dan terletak di antara pemukiman nelayan Belawan itu, digagas Irwan Saputra, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan (Unimed). Melihat keadaan anak-anak di kampung nelayan yang banyak putus sekolah, Irwan berinisiatif untuk membantu mengurangi angka putus sekolah itu dengan membimbing dan menjaga semangat anak-anak kampung nelayan melalui pengadaan perpustakaan. Hal yang tidak pernah ada sebelumnya di kampung itu sebelumnya. Perapung pun berdiri dan mulai dibuka sejak 26 Januari 2014. 
 
“Setiap hari anak-anak dapat membaca di Perapung. Khusus hari Minggu, anak-anak belajar dan berdiskusi dengan kami perihal mata pelajaran di sekolah,” kata Naya Hafiza Surbakti, pengurus sekaligus relawan Perapung. 
 
Naya yang juga Duta Bahasa Sumatera Utara ini menuturkan, setiap hari Minggu dia dan para relawan harus menempuh jarak Medan – Belawan sekitar 25 kilometer. Kemudian mangarungi laut (muara) dengan sampan kecil kira-kira 15 menit. “Kami berupaya mengubah pandangan anak-anak atas dunia pendidikan. Kami ajarkan mereka berbagai mata pelajaran dan kreativitas. Hampir seratus orang anak-anak nelayan yang membaca dan belajar di sini,” ucapnya.
 
Sejak dibuka, koleksi buku yang terpajang di Perpustakaan Terapung hampir mencapai 1000 buah. Namun, karena awal Januari 2016 lalu bangunan perpustakaan ini rubuh dihantam air pasang, sebagian koleksi buku rusak. Ruang perpustakaan pun terpaksa dipindahkan ke tempat yang baru. Dengan luas bangunan yang hanya 4 x 4 meter dan terletak di jalur perlintasan dan penyeberangan, memungkinkan perpustakaan terapung satu-satunya di Sumatera Utara ini sangat kurang memadai. Apalagi perpustakaan ini diperuntukkan bagi anak-anak. (AM/BalaibahasaSumut)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa