Badan Bahasa Gelar Seminar Leksikografi Indonesia

Badan Bahasa Gelar Seminar Leksikografi Indonesia

Jakarta—Dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan dan pelindungan bahasa, Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Seminar Leksikografi Indonesia dengan mengangkat tema “Tantangan Leksikografis Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia” di Hotel Santika, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa, 26 Juli 2016.

Dalam sambutannya, Kepala Badan Bahasa, Kemendikbud, Prof. Dr. Dadang Sunendar mengatakan bahwa seminar ini bermanfaat dalam pengembangan leksikografi di Indonesia, “Melalui seminar ini, diharapkan leksikografi dapat lebih digaungkan dan diinformasikan kepada masyarakat, “ tuturnya.

Leksikografi adalah sebuah bidang ilmu yang membahas prinsip dan metode penulisan kamus, di Indonesia ilmu ini masih tergolong baru, karena baru berkembang mulai tahun 1900-an, sebelumnya karya leksikografi hanya berupa daftar kata dan bukan berupa kamus modern seperti yang kita temukan sekarang.

“Kamus bukan saja menunjukkan kosakata, tetapi juga kekayaan budaya. Hal ini yang dititipkan kepada kita (Badan Bahasa), bahwa keberadaan sebuah lema itu menunjukkan siapa kita, siapa Indonesia, dan apa bahasa Indonesia itu, “ kata Dadang.

Terkait dengan tema yang diangkat dalam seminar ini, Dadang mengatakan bahwa pada pasal 42 ayat 1, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 disebutkan bahwa “Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia”. Untuk itu, Pemerintah daerah bersama dengan Badan Bahasa harus berkerja sama dalam pelestarian bahasa daerah, misalnya melalui registrasi dan dokumentasi bahasa daerah, serta penyusunan kamus bahasa daerah, “ ungkapnya.

Lebih lanjut, Dadang mengatakan bahwa hal-hal yang mengancam keberadaan bahasa daerah adalah karena penyusutan jumlah penutur, perang saudara, bencana alam besar (tsunami), kawin campur antarsuku, sikap bahasa penuturnya, letak geografis, dan lain-lain. “Sikap bahasa penutur terhadap bahasanya, tidak hanya bahasa daerah tetapi bahasa Indonesia juga saat ini masih menjadi persoalan yang harus kita tangani bersama, “ tambah Dadang.  

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan, Dr. Dora Amalia selaku ketua panita mengatakan bahwa seminar ini dilaksanakan untuk menghimpun para pekamus, dosen, mahasiswa, peneliti, dan pemerhati bahasa yang mempunyai minat dan kepentingan bersama dalam rangka pengembangan leksikografi di Indonesia.

Seminar ini menghadirkan lima orang narasumber utama, yaitu Prof. Dr. Dadang Sunendar, M. Hum. (Kebijakan Pengembangan Kamus Bahasa Daerah di Indonesia), Dr. Sugiyono diwakilkan oleh Dr. Dora Amalia (Tantangan Leksikografis Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia), Deny Arnos Kwary, Ph. D. (Kamus sebagai Kitab Undang-Undang), Dr. Hasan Alwi diwakilkan oleh Azhari Dasman, M.Hum. (Pemerian Makna), dan David Moeljadi (Wordnet Bahasa).

Selain itu, seminar ini juga menghadirkan 14 orang pemakalah yang membawakan beberapa subtema yaitu (1) Leksikografi Lapangan, (2) Pemanfaatan TIK dalam Penyusunan Kamus, (3) Penanganan Dokumentasi Bahasa-Bahasa Daerah, (4) Aspek-Aspek dalm Penanganan Kata-Kata Budaya dalam Kamus, dan (5) Penyusunan Korpus Bahasa Indonesia.

Seminar ini berlangsung selama empat hari (26—29 Juli 2016). Peserta yang mengikuti seminar ini berjumlah 49 orang, yang terseleksi dari 107 orang peserta yang mendaftar. Peserta berasal dari Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Riau, Aceh, Sulawesi Selatan, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Di akhir acara, dilakukan peluncuran Kamus Besar Bahasa Indonesia IV Daring oleh Kepala Badan Bahasa, Prof. Dr. Dadang Sunendar. “Mudah-mudahan dengan peluncuran KBBI IV Daring ini akan mendorong masyarakat untuk menambah kosakata baru terutama dari bahasa daerahnya, “pesannya. (an/nav)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa