Festival Revitalisasi Sastra Berbasis Komunitas Vaino: Lestarikan Sastra Daerah dan Pertahankan Kearifan Lokal

Festival Revitalisasi Sastra Berbasis Komunitas Vaino: Lestarikan Sastra Daerah dan Pertahankan Kearifan Lokal

Palu — Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palu dan Pemerintah Kabupaten Sigi menyelenggarakan Festival Revitalisasi Sastra Berbasis Komunitas Vaino di Museum Provinsi Sulawesi Tengah, Palu, Jumat, 5 Agustus 2016.

Vaino adalah salah satu jenis pertunjukan rakyat yang telah ada sejak petengahan abad ke-17, setelah masuknya agama Islam di negeri ini. Vaino berasal dari kata Vae yang berarti melantunkan dan kata Ino yang berarti bersahutan secara syahdu, secara terminologi Vaino berarti melantunkan kata-kata berpantun secara syahdu dengan bersahut-sahutan antara dua kelompok atau lelaki dan wanita. Vaino biasa dipertunjukkan pada pesta perkawinan, pesta syukuran bahkan pada saat acara kedukaan, sebagai hiburan bagi keluarga yang ditinggalkan, terutama bagi putra dan putri. Vaino dijadikan sebagai sarana komunikasi untuk menyatakan berbagai ungkapan perasaan hati yang syahdu bagi rakyat.

Dalam sambutannya, Kepala Pusat Pembinaan, Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim menuturkan bahwa terkait kegiatan ini, Badan Bahasa telah melaksanakan dua program penting yaitu merevitalisasi bahasa dan merevitalisasi sastra. “Terselenggaranya festival ini sebagai cara awal Badan Bahasa memperkenalkan kembali Vaino kepada publiknya sendiri yaitu masyarakat Sulawesi Tengah,” ungkap Gufran.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palu, Dra. Rosdiana Lalusu, menyampaikan bahwa sastra merupakan pencerminan situasi kondisi dan adat istiadat suatu masyarakat. “Perkembangan dan pertumbuhan sastra di suatu masyarakat merupakan gambaran perkembangan dan pertumbuhan bahasa dan budaya masyarakat tersebut, “ ujarnya.

Festival Revitalisasi Sastra ini menampilkan Vaino versi Porame dan Tavanjuka, musikalisasi puisi, dan pembacaan puisi. Festival ini dihadiri oleh siswa, mahasiswa, guru, dosen, pemerhati dan komunitas pelaku sastra, dan berbagai organisasi kemasyarakatan di kota palu, serta  para staf Balai Bahasa Sulawesi Tengah.

 “Festival Revitalisasi sastra ini bagus sekali untuk dilaksanakan karena dapat memberikan pengetahuan kepada para generasi muda di Sulawesi Tengah, dan kesenian Sulawesi Tengah itu sendiri harus dilestarikan. Selain itu, pelaksanaan festival ini juga dapat menambah wawasan karena kita sebelumnya tidak mengetahui apa itu Vaino, namun berkat kegiatan ini kita menjadi tahu apa  itu Vaino dan bagaimana  melakukan Vaino itu sendiri,” tutur Intan Faramita, Mahasiswi Universitas Tadulako Palu setelah mengikuti festival ini.  Songgo mpoasi terima kasih. (jm/an)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa