Mendikbud Buka Seminar Internasional Migrasi Bahasa Austronesia

Mendikbud Buka Seminar Internasional Migrasi Bahasa Austronesia

Jakarta—Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy membuka secara resmi Seminar Internasional Migrasi Bahasa Austronesia yang bertajuk “Melacak Proses Migrasi Bahasa Austronesia di Indonesia” di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu malam, 14 September 2016.

Dalam sambutannya, Muhadjir mengapresiasi terselenggaranya seminar yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terutama kepada orang-orang yang telah mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa, dalam hal ini penelitian bahasa Austronesia. Menurutnya, “Bahasa merupakan kesempurnaan dan keunggulan manusia, dan sumber suatu budaya itu adalah bahasa. Dengan bahasa kita menjadi mahluk yang istimewa, dan dengan bahasa juga kita akan dijatuhkan, jadi tepat ada anggapan bahwa orang itu akan terjaga atau tidak tergantung dengan bahasanya” ujarnya.

Selanjutnya, Muhadjir berpesan bahwa jika kita ingin menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, kita harus percaya diri dengan bahasa kita, contohnya, dalam program kelas internasional, mahasiswa asing yang akan belajar di Indonesia harus menguasai bahasa Indonesia, demikian juga dalam jurnal internasional, seharusnya tetap menggunakan bahasa Indonesia, tetapi diakui oleh lembaga penilai jurnal internasional.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Bahasa, Prof. Dr. Dadang Sunendar mengatakan bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk melacak proses migrasi bahasa Austronesia di Indonesia dengan mengemukakan fitur-fitur lingusitik bahasa daerah di Indonesia serta mendiskusikan keberagaman bahasa-bahasa daerah di tanah air yang memiliki ciri bahasa Austronesia. “Seminar ini juga bertujuan untuk  mempertemukan para ahli perbandingan bahasa, untuk bertukar pikiran mengenai seluk beluk bahasa Austronesia, dan seminar ini juga akan menjadi ajang bertukar pikiran para ahli bahasa dan para akademisi dalam mengkaji sejarah migrasi bahasa Austronesia di Indonesia secara lebih mendalam, sekaligus membuka wawasan mengenai kekayaan bahasa yang ada di Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia,” ungkap Dadang.

Rumpun bahasa Austronesia memiliki 1200 bahasa, yang dituturkan tidak kurang dari 300 juta penduduk,  dengan wilayah sebaran yang sangat luas, meliputi hampir setengah belahan dunia dari Madagaskar (barat) hingga pulau paskah (timur), dari Thailand dan Mikronesia (utara) hingga Selandia Baru (selatan). “Indonesia mempunyai peran penting dalam ketersebaran bahasa Austronesia, karena posisi Indonesia di titik sentral sebaran bahasa ini dengan jumlah penutur tidak kurang dari 200 juta orang,” ujar Dadang.

Lebih lanjut, Dadang mengharapkan melalui seminar ini akan menambah pemahaman dan komitmen terhadap Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 dan menyakini bahwa Undang-Undang ini telah mengakomodasi semuanya (masalah kebahasaan di Indonesia), yaitu (1) pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia, (2) pelestarian bahasa daerah (kerja sama Badan Bahasa dengan pemerintah daerah), dan (3) penguasaan bahasa asing, “Tiga hal utama ini masing-masing fungsinya tidak dapat ditukar, dan urutannya juga tidak boleh salah,” kata Dadang.  

“Jadi, fokusnya, menjaga muruah bahasa negara, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing. Kajian bahasa Austronesia akan memperkuat politik bahasa nasional di Indonesia, dan seminar ini akan melahirkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat untuk pengembangan dan pembinaan bahasa di Indonesia,” ungkap Dadang menutup sambutannya.

Seminar yang dilaksanakan selama tiga hari (14—16 September 2016) ini menghadirkan para pembicara ahli di bidang bahasa Austronesia, diantaranya Prof. Bernd Nothofer, Ph.D. (Goethe-Universität Frankfurt am Main), John Edward Terrel, Ph.D. (Field Museum of Natural History), Prof. Marian Klamer, Ph.D. (Universiteit Leiden), Prof. Dr. Mahsun (Universitas Mataram), Prof. Dr. Multamia RMT Lauder (Universitas Indonesia), Dr. Inyo Yos Fernandez (Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. Aron Meko Mbete (Universitas Udayana), dan Prof. Dr. Mulyanto (Univeritas Mataram).

Peserta dan pemakalah dari dalam negeri sebanyak 140 orang dan dari luar negeri sebanyak sepuluh orang, yang berasal dari perguruan tinggi, masyarakat umum, dan balai/kantor bahasa di Indonesia. Dan sebanyak 25 makalah yang telah lolos seleksi, akan dipaparkan pada sesi sidang pararel seminar tersebut. (an)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa